Latar Belakang: Enuresis (mengompol) masih menjadi masalah kesehatan tersering pada anak-anak. Enuresis adalah keluarnya urin yang tidak disadari sampai anak 5 tahun. Enuresis memberikan pengaruh buruk baik secara psikologis maupun sosial yang mempengaruhi kehidupan anak dan orang tuanya. Anak dengan enuresis lebih cenderung terbatas dalam aktivitas sosial, dijauhi keluarga dan teman, adanya perlakuan buruk dari orangtua/pengasuh seperti dimarahi, dihukum atau ditolak yang menyebabkan perasaan rendah diri pada anak dan perkembangan kepribadiannya. Prevalensi enuresis pada anak laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan (10.7% vs 5.4%). Prevalensi enuresis menurun seiring dengan bertambahnya usia yaitu 15% pada usia 5 tahun, 10% pada usia 7 tahun dan 5% pada usia 11-12 tahun Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dan usia dengan kejadian enuresis pada anak prasekolah.Subjek dan Metode: Desain penelitian menggunakan diskriptif korelasi dengan pendekatan case control 1:1. Populasi seluruh siswa/siswi usia prasekolah (PAUD dan TK) di wilayah Kelurahan Candirejo. Sampel sebanyak 32 siswa/siswi yang mengalami enuresis dan 32 siswi yang tidak mengalami enuresis. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tentang jumlah enuresis. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan chi square.Hasil : Analisis univariat diperoleh rerata usia anak adalah 55.59 bulan, rerata frekuensi enuresis adalah 3.41. Kejadian enuresis pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan (63.3% vs 38.2%). Enuresis pada anak usia ≤55.5 bulan sebesar 62.9% Ada hubungan antara jenis kelamin dan usia dengan kejadian enuresis (p=0.045, OR=2.79, CI95%=1.011-7.698, p=0.024, OR=0.311, CI95%=0.111-0.869). Kesimpulan: Anak laki-laki lebih cenderung untuk mengalami enuresis dibandingkan dengan anak perempuan. Ajarkan toilet training sejak dini pada anak anak, dan khususnya pada anak laki-laki.Kata Kunci: Jenis kelamin, Usia, Enuresis.