Stockholm Syndrome adalah suatu kondisi paradoks (bertenganaan) dengan psikologis, dimana akan timbul ikatan yang kuat antara korban terhadap pelaku kekerasan, ikatan ini meliputi rasa cinta korban terhadap pelaku, melindungi pelakuyang telah pacaran menganiayanya, menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab kekerasan, dan menyangkal atau meminimalisir kekerasan yang terjadi (Agarwal, 2017). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Stockholm Syndrome dan pemaafan (Forgiveness) pada remaja perempuan yang mengalami kekerasan dalam pacaran (Intimate Patner Violence). Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif deskriptif, dengan subjek yang berjumlah dua orang.
Orang yang mengalami kekerasan dalam pacaran ternyata sangat berdampak buruk bagi korban ntah itu dari segi fisik maupun psikologis, dari segi fisik korban akan mengalami luka dan lebam di bagian tubuh korban, kemudian dari kondisi psikologis akan membuat korban merasa cemas, emosi tidak stabil seperti menangis tiba-tiba, dan tidak fokus. Akan tetapi walaupun demikin kedua subjek masih mempertahankan hubungannya dengan alasan sudah merasa nyaman dan sangat cinta terhadap pasangannya sehingga hal itulah yang membuat ke dua subjek mampu bertahan dan memaafkan semua tindakan kekerasan yang dilakukan pasangannya.
Kata kunci: Remaja yang mengalami kekerasan dalam pacaran, stocholm
syndrome, pemaafan