2016
DOI: 10.22302/jpk.v0i0.222
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Tumpangsari Sorgum Dan Kedelai Untuk Mendukung Produktivitas Lahan TBM Karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg)

Abstract: Sorghum (Sorghum bicolor) and soybean (Glycines o r g h u m ; s o y b e a n ; l a n d productivity. AbstrakPenanaman sorgum (Sorghum bicolor) dan kedelai (Glycine max) sebagai tanaman tumpangsari merupakan pilihan yang tepat untuk mendukung upaya pengembangan pertanian berkelanjutan dan peningkatan produksi pangan Indonesia. Lahan karet belum menghasilkan cukup luas untuk dimanfaatkan untuk upaya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pola tanam tumpangsari yang tepat dan melihat interaksinya ter… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
1
0
4

Year Published

2019
2019
2021
2021

Publication Types

Select...
4

Relationship

1
3

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(5 citation statements)
references
References 5 publications
0
1
0
4
Order By: Relevance
“…Model tumpangsari karet dengan tanaman ekonomis lainnnya adalah solusi untuk masalah ini, karena dapat meningkatkan produktivitas karet secara keseluruhan baik produktivitas lahannya maupun produktivitas karetnya (Rodrigo et al, 2001;Rodrigo et al, 2004;Xianhai et al, 2012;Sahuri, 2017a). Keuntungan model ini antara lain: 1) kebun karet terpelihara dari pertumbuhan gulma (Pathiratna, 2006;Pathiratna dan Perera, 2006;Sahuri, 2017b;Sahuri, 2017c); 2) pertumbuhan lilit batang karet lebih baik daripada menggunakan kacangan penutup tanah ( Pathiratna, 2006;Ferry et al, 2013;Tistama et al, 2016;Sahuri, 2017b;Sahuri, 2017c;Sahuri, 2017d); 3) meningkatkan produksi karet (Ogwuche et al, 2012;Snoeck et al, 2013); 4) meningkatkan bahan organik tanah (Rodrigo et al, 2004;Rodrigo et al, 2005;Pansak, 2015;Tistama et al, 2016;Sahuri, 2017b); dan 5) meningkatkan pendapatan petani dan menyediakan kebutuhan pangan sendiri (Raintree, 2005;Ogwuche et al, 2012;Snoeck et al, 2013;Sahuri, 2017b;Sahuri, 2017c).…”
Section: Implementasi Model Tumpangsari Karetunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Model tumpangsari karet dengan tanaman ekonomis lainnnya adalah solusi untuk masalah ini, karena dapat meningkatkan produktivitas karet secara keseluruhan baik produktivitas lahannya maupun produktivitas karetnya (Rodrigo et al, 2001;Rodrigo et al, 2004;Xianhai et al, 2012;Sahuri, 2017a). Keuntungan model ini antara lain: 1) kebun karet terpelihara dari pertumbuhan gulma (Pathiratna, 2006;Pathiratna dan Perera, 2006;Sahuri, 2017b;Sahuri, 2017c); 2) pertumbuhan lilit batang karet lebih baik daripada menggunakan kacangan penutup tanah ( Pathiratna, 2006;Ferry et al, 2013;Tistama et al, 2016;Sahuri, 2017b;Sahuri, 2017c;Sahuri, 2017d); 3) meningkatkan produksi karet (Ogwuche et al, 2012;Snoeck et al, 2013); 4) meningkatkan bahan organik tanah (Rodrigo et al, 2004;Rodrigo et al, 2005;Pansak, 2015;Tistama et al, 2016;Sahuri, 2017b); dan 5) meningkatkan pendapatan petani dan menyediakan kebutuhan pangan sendiri (Raintree, 2005;Ogwuche et al, 2012;Snoeck et al, 2013;Sahuri, 2017b;Sahuri, 2017c).…”
Section: Implementasi Model Tumpangsari Karetunclassified
“…Pendapatan usaha tani tanaman sela padi dan jagung selama TBM 1 sampai dengan TBM 3 berturut-turut adalah sebesar Rp 4,26 juta; Rp 2,51 juta, dan Rp 1,18 Juta per ha (B/C rasio 1,09) (Hendratno et al, 2015). Kelayakan finansial dari pengusahaan sorgum dan kedelai sebagai tanaman sela karet pada saat pada saat TBM 1 dan 2 masing-masing memiliki R/C ratio 1,24 dan 1,39 layak secara finasial, namun bila dilakukan saat TBM 3 akan rugi (Tistama et al, 2016).…”
Section: Analisis Finansial Model Tumpangsari Karetunclassified
“…Nilai tambah pola tanam tumpangsari antara lain: 1) tanaman sela dapat memenuhi kebutuhan pangan seharihari, 2) jika areal yang diusahakan cukup luas dapat menjadi sumber pendapatan petani selama tanaman karet menghasilkan, 3) dapat menekan pertumbuhan gulma sehingga menghemat biaya pemeliharaan. Penelitian tumpangsari berbasis karet telah banyak dilakukan, di antaranya dengan pisang (Rodrigoet al 2005), padi (Sahuriet al 2016), cabai rawit (Sahuri dan Rosyid 2015), kakao (Zakariyya et al 2016), dan sorgum (Tistama et al 2016).…”
Section: Pengaturan Pola Tanamunclassified
“…Penelitian ini sejalan dengan penelitan Tistama et al (2016) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan sorgum dan kedelai normal di TBM 1, sedangkan pada perlakuan kombinasi pertumbuhan kedelai terganggu karena naungan dari tanaman sorgum. Sementara tanaman tumpangsari yang terkena cahaya menunjukkan berat kering biomassa yang tinggi, daun lebih tebal, dibandingkan tanaman yang ternaung.…”
Section: Perbedaan Nilai Duga Ragam Genetik Dan Ragam Fenotip Pada Siunclassified