2019
DOI: 10.26877/bioma.v8i1.4696
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Uji Kuantitatif Kandungan Formalin Pada Bahan Pangan Mentah Di Pasar Tradisional Kota Yogyakart

Abstract: Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat dan atau bentuk pangan. Formaldehid merupakan salah satu substansi yang sering digunakan sebagai BTP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar formaldehid dalam bahan pangan mentah yang dijual di pasar tradisional Kota Yogyakarta. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahu putih, mie basah, ikan pindang, dan ikan asin. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling. Analisis k… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3
1

Citation Types

1
1
0
4

Year Published

2020
2020
2023
2023

Publication Types

Select...
3

Relationship

0
3

Authors

Journals

citations
Cited by 3 publications
(6 citation statements)
references
References 2 publications
1
1
0
4
Order By: Relevance
“…Cases of the use of formalin in pindang fish circulating in 6 out of 10 traditional markets in the city of Yogyakarta are positive for formaldehyde [9]. Testing the formalin content of 24 samples (12 fresh fish, 12 pindang) at TPI Tulungagung using the Formalin Kit test showed that all samples turned purple, indicating that the samples contained positive formalin [10].…”
Section: Research Backgroundmentioning
confidence: 99%
“…Cases of the use of formalin in pindang fish circulating in 6 out of 10 traditional markets in the city of Yogyakarta are positive for formaldehyde [9]. Testing the formalin content of 24 samples (12 fresh fish, 12 pindang) at TPI Tulungagung using the Formalin Kit test showed that all samples turned purple, indicating that the samples contained positive formalin [10].…”
Section: Research Backgroundmentioning
confidence: 99%
“…Selain masalah transportasi dalam pemasaran, ikan mempunyai sifat mudah membusuk. Ikan segar hanya bisa bertahan sekitar delapan jam setelah penangkapan, sedangkan ikan pindang dengan pemindangan tradisional mampu bertahan hanya 2 hari, selebihnya akan timbul proses perubahan menjadi busuk (Adhitama, 2018;Hermana et al, 2018;Wulandari et al, 2019). Fenomena saat ini, nelayan enggan menggunakan pengawetan secara tradisonal dengan penggaraman ataupun pengeringan, karena proses ini juga tidak bertahan lama seperti menggunakan zat kimia.…”
Section: Pembahasanunclassified
“…Formalin (CH2O) merupakan suatu larutan yang tidak berwarna, memiliki kandungan 37% formaldehida dalam air yang biasanya ditambahkan metanol 10-15% yang berfungsi sebagai stabilator. Dampak negatif formalin tidak akan dirasakan beberapa hari setelah seseorang mengkonsumsi makanan tertebut, tetapi setelah beberapa tahun baru berdampak terhadap kesehatan (Nopiyanti et al, 2018;Tatuh et al, 2016;Wulandari et al, 2019). Pekerja di bidang kimia yang selalu terpapar dengan formalin akan mengalami kerusakan pada ginjal, disorganisasi permanen kesehatan umum terutama fungsi pernapasan, gas darah (karena cacat difusi), metabolisme hati melambat secara permanen dengan kehilangan sebagian atau keseluruhan dari sifat sintetiknya, sehingga meningkatkan morbidity dan mortality.…”
Section: Pembahasanunclassified
“…Perbedaan ini sangat mencolok disebabkan para pengelola yang tidak tahu penggunaan dan belum pernah dilakukan sosialisasi dari pihak pemerintah (Tabel 1). Ikan yang mengandung formalin menunjukkan panjang gelombang maksimal dan warna yang diabsorbsi, adanya interaksi dari energy radiasi elektromagnetik dengan menggunakan zat kimia pada cahaya putih diubah menjadi cahaya monokromatis yang biasa dilewatkan kedalam larutan berwarna, dimana sebagian cahaya kemudian diserap akan diserap, sebagian diteruskan (Wulandari, Sri Wijayanti;Lessy, Nina Sakina;Supriyatin, 2019). Tidak berbeda dengan penelitian sebelumnya menunjukkan pedagang sekarang semakin berani menggunakan formalin pada barang dagangannya agar tetap terlihat segar tanpa memikirkan dampak yang akan diderita oleh konsument (Tambunan, 2017).…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Pekerja di bidang kimia selalu terpapar dengan formalin dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, disorganisasi permanen kesehatan umum terutama, fungsi pernapasan, gas darah (karena cacat difusi), metabolisme hati melambat secara permanen dengan kehilangan sebagian atau keseluruhan dari sifat sintetiknya, sehingga meningkatkan morbidity dan mortality (Verma, Srivastav, Gupta, & Asghar, 2016). Penelitian lain meneliti tentang fenomena pedagang menggunakan formalin untuk mengawetkan dagangannya (Hoque, Jacxsens, De Meulenaer, & Alam, 2016;Wijayanti & Lukitasari, 2016, Hastuti, 2017Wulandari, Sri Wijayanti;Lessy, Nina Sakina;Supriyatin, 2019). Penelitian lain mengatakan bahwa ciri ikan yang di formalin meliputi: ikan jarang sekali dikerubuti lalat, warna ikan menjadi putih cerah, dagingnya tidak mudah hancur dan tidak beraroma khas (Wijayanti & Lukitasari, 2016).…”
unclassified