Shallots (Allium ascolonicum, L) are high-value horticultural commodities that need to be developed as strategic commodities in addition to rice, red chilies, chicken and beef. In addition, shallots have a high economic value and are a commodity used in the processing of various foods. This causes the consumption or demand for shallots to increase along with the increase in population. Therefore, this study aims to analyze the cost structure of shallot farming with the aim of the market for consumption and for the fried onion industry in Majalengka District, Majalengka Regency. The method used to estimate the Cobb-Douglas production function is the stochastic frontier method, with the sampling technique used in this study, namely proportional random sampling. Based on the results of the analysis, it is found that the cost structure of shallot farming for the purpose of the fried onion industry and consumption is feasible when viewed from the R/C ratio of the average agricultural destination for the fried onion industry with a value of 1.25 and for shallot farming for consumption purposes with a value of 1.30, where R/C > 1. Meanwhile, the production factor that requires the largest cost for shallot farming, the purpose of the fried onion industry, is the cost of seeds / seeds with a value of IDR. 13,548,300 and the largest cost used by shallot farming for consumption purposes is the cost of seeds / seedlings of IDR. 30,870,148.94. This is due to the need for seeds for an area of one hectare, the price of seeds is quite high due to the limited number of seeds / seeds needed so that the price of seeds increases and the factor of chaos also affects the limited number of seeds needed. The results of this study are expected to be a reference for local governments in developing agriculture, especially in the shallot tabi business sector.
Bawang merah (Allium ascolonicum, L) merupakan komoditas hortikultura bernilai tinggi yang perlu dikembangkan sebagai komoditas strategis selain beras, cabai merah, daging ayam, dan daging sapi. Selain itu, bawang merah memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan komoditas yang digunakan dalam pengolahan berbagai makanan. Hal tersebut menyebabkan konsumsi atau permintaan bawang merah meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Oleh karena itu, pada penelitian ini bertujuan menganalisis struktur biaya usahatani bawang merah dengan tujuan pasar untuk konsumsi dan untuk industri bawang goreng di Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka. Metode yang digunakan untuk menduga fungsi produksi Cobb-Douglas adalah metode stochastic frontier, dengan teknik penarikan sampel yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu proporsional random sampling. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa struktur biaya usahatani bawang merah tujuan industri bawang goreng dan konsumsi layak diusahakan bila dilihat dari R/C rasio rata-rata usahatani tujuan industri bawang goreng dengan nilai 1,25 dan untuk usahatani bawang merah tujuan Konsumsi dengan nilai sebesar 1,30, dengan R/C >1. Sedangkan faktor produksi yang membutuhkan biaya terbesar untuk usaha tani bawang merah tujuan industri bawang goreng yaitu biaya bibit/benih dengan nilai sebesar Rp.13.548.300 dan biaya terbesar yang digunakan usahatani bawang merah tujuan konsumsi yaitu biaya benih/bibit sebesar Rp.30.870.148,94. Hal ini disebabkan kebutuhan bibit untuk luasan satu hektar, harga bibit yang cukup tinggi karena keterbatasaan jumlah bibit/benih yang dibutuhkan sehingga harga bibit meningkat dan faktor kemaurau juga pengaruh terhadap keterbatasan bibit yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan pertanian khususnya pada sector usaha tabi bawang merah.