Introduction: The age of children is a period where the process of growth and development is taking place. The existence of developmental disorders in children is a serious problem for both developed and developing countries in the world. The importance of monitoring growth and development requires adequate nutrition and nutrition, one of which is vitamin D. Vitamin D is a prohormone that plays an important role in calcium absorption in the intestines and helps harden bones by regulating calcium available in the blood. Objective: to see the description of Vitamin D 25-OH Total in toddlers and children with growth and development disorders. Methods: This study used a descriptive design with a cross sectional approach. The research sample was determined by purposive sampling technique based on inclusion and exclusion criteria. The study was conducted at the Clinical Laboratory of Prodia Kramat in March-April 2021. Results: Levels of D 25-OH were examined from the patient's serum using the DiaSorin Liaison XL device. Other variables measured to determine vitamin D status were appetite, frequency of eating, nutritional adequacy, consumption of vitamin D supplements, outdoor activities, sunbathing, genetic risk factors and environmental risk factors. Data on the results of the examination of total 25-OH vitamin D levels and vitamin D status in respondents were analyzed descriptively, then displayed in tables and described. Conclusion: showed that the majority of respondents who were examined experienced stunting growth and development disorders as much as 76% with vitamin D 25-OH status total experiencing insufficiency as much as 53%.
Penyakit yang diakibatkan parasit seperti protozoa dan kecacingan merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, karena penyakit ini tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia. Penularan penyakit pada manusia dapat terjadi melalui banyak cara antara lain melalui lalat sebagai vektor mekanik. Lalat dapat membawa bakteri patogen, protozoa, larva serta telur cacing yang menempel pada tubuhnya dan dapat mencemari bahan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat parasit pada eksoskleton lalat hijau Chrysomya spp. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian merupakan seluruh lalat hijau Chrysomya spp. yang tertangkap di Pasar Kemiri Basmol, Kembangan Utara. Hasil penelitian didapatkan lalat hijau Chrysomya spp. (68 ekor), dari hasil pemeriksaan parasit pada eksoskleton tubuh lalat Chysomia spp. ditemukan protozoa (Endolimax spp., dan Entamoeba coli) dan telur helminth (Chlonorchis spp.).
Hipertensi dapat meningkatkan fungsi gangguan pada ginjal dengan menyempitkan dan menebalkan aliran darah sebagai filtrasi kotoran tubuh dengan menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali ke darah. Hasil metabolisme yang di buang oleh ginjal yaitu ureum dan kreatinin, sebagai indikator untuk menilai fungsi ginjal apabila meningkat, hal ini menunjukkan fungsi ginjal tidak baik. Penelitian bertujuan untuk melihat perbedaan kadar ureum dan kreatinin pada pasien gagal ginjal kronik dengan riwayat penyakit hipertensi sebelum dan sesudah terapi hemodialisa di Siloam Hospitals Lippo Village. Metode penelitian deskriptif dengan purposive sampling yang melibatkan pasien gagal ginjal kronik dengan riwayat penyakit hipertensi yaitu sebanyak 45 pasien. Penelitian ini dilakukan pada bulan September – Desember 2021. Hasil analisis uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan yang signifikan antar kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah hemodialisa dengan nilai A-Sig 0,000 (<0,05), sehingga Ho diterima sedangkan Hi ditolak. Terapi hemodialisa dapat menurunkan kadar ureum dan kreatinin pada pasien gagal ginjal kronis.
Indonesia merupakan Negara beriklim tropis yang menjadikannya sebagai Negara yang subur sehingga berlimpahnya berbagai sumber daya alam. Suburnya Negara Indonesia sangat memadai untuk pertumbuhan berbagai macam mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Salah satu jamur yang penyebarannya cukup banyak di alam adalah Aspergillus. Aspergillus ada yang bersifat parasit dan saprofit. Aspergillus yang bersifat parasit dapat menyebabkan penyakit Aspergillosis. Salah satu hewan yang sering terserang yaitu unggas. Penyakit jamur pada unggas dikenal dengan Brooder Pneumonia yang menyerang sistem pernapasan ayam. Spesies jamur yang menyerang pernapasan ayam berasal dari golongan Aspergillus flavus dan Aspergillus fumigatus. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi Jamur Aspergillus sp. Pada Paru-Paru Ayam Pedaging Yang Dijual Di Pasar Cengkareng, Jakarta Barat. Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan dari 15 sampel paru-paru ayam pedaging yang diuji secara makroskopis dan mikroskopis ditemukan sebanyak 12 sampel paru-paru terinfeksi oleh jamur Aspergillus sedangkan 3 sampel lainnya tidak ditemukan jamur. Dari 12 sampel paru-paru yang terinfeksi jamur Aspergillus sebanyak 6 sampel teridentifikasi sebagai Aspergillus flavus, sebanyak 3 sampel adalah jamur Aspergillus niger dan jamur Aspergillus terreus sebanyak 3 sampel.
ABSTRACT Cholesterol is a fat that is needed by the body, but if it is in excess, it can cause accumulation of cholesterol in the walls of blood vessels so that it can slowly harden the walls of blood vessels and then inhibit blood flow and cause atherosclerosis. To know the cholesterol level in the blood, it is necessary to check the cholesterol using blood serum and blood plasma samples. However, it is advisable to use blood serum to check cholesterol so that anticoagulant contaminants do not occur. To obtain blood serum can be done by the centrifuge method and not centrifuged (precipitated). Cholesterol examination using the centrifuge method is directly examined without delay, while the non-centrifuge method is subject to a maximum delay of 2 hours after sampling. This study aims to determine whether there is a difference in total blood cholesterol levels in centrifuged and non-centrifuged serum at the Ratnasari Medical Center Clinic in March-May 2020. The results showed that the average cholesterol value for centrifuged samples was 170.1 mg / dl and not. centrifuged at 168.8 mg / dl. Based on the Paired t-test, the p-value was 0.07 (p> 0.05), which means that there was no significant difference between centrifuged and non-centrifuged serum (p> 0.05). The conclusion of this study is that there is no difference in the value of total cholesterol levels in centrifuged and non-centrifuged serum at the Ratnasari Medical Center Clinic Rawamangun. Keywords: Cholesterol, Blood Serum, Centrifuge, Not Centrifuged ABSTRAK Kolesterol merupakan suatu lemak yang dibutuhkan oleh tubuh tetapi jika jumlahnya berlebih dapat menyebabkan penimbunan kolesterol di dinding pembuluh darah sehingga secara perlahan dapat mengeraskan dinding pembuluh darah kemudian menghambat aliran darah dan menyebabkan aterosklerosis. Untuk mengetahui kadar kolesterol di dalam darah diperlukan pemeriksaan kolesterol menggunakan sampel serum darah dan plasma darah. Namun, pemeriksaan kolesterol lebih dianjurkan menggunakan serum darah agar tidak terjadi kontaminan oleh antikoagulan. Untuk memperoleh serum darah dapat dilakukan dengan metode disentrifus dan tidak disentrifus (diendapkan). Pemeriksaan kolesterol menggunakan metode disentrifus langsung dilakukan pemeriksaan tanpa ditunda sedangkan metode tidak disentrifus dilakukan penundaan pemeriksaan maksimal 2 jam setelah pengambilan sampel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar kolesterol total darah pada serum disentrifus dan tidak disentrifus di Klinik Ratnasari Medical Centre pada bulan Maret-Mei 2020. Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata kolesterol untuk sampel disentrifus sebesar 170,1 mg/dl dan tidak disentrifus sebesar 168,8 mg/dl. Berdasarkan Uji Paired t-test didapatkan hasil p-value 0.07 (p>0.05) yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara serum disentrifus dan tidak disentrifus (p > 0.05). Kesimpulan penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan nilai kadar kolesterol total pada serum yang disentrifus dan tidak disentrifus di Klinik Ratnasari Medical Centre Rawamangun. Kata Kunci: Kolesterol, Serum Darah, Sentrifus, Tidak Disentrifus
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.