Lari sprint atau lari jarak pendek adalah salah satu nomor dalam atletik yang paling bergengsi, pelarinya disebut Sprinter. NMT adalah tehnik aplikasi yang menggunakan elastic adhesif tape yang memberikan kemampuan peningkatan fungsional otot, dan stimulasi sistem saraf. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh neuromuscular taping terhadap kekuatan otot, fleksibilitas otot dan waktu tempuh sprinter 100 meter. Penelitian ini menggunakan metode pre test-post test with control grup design dengan total sampel berjumlah 13 orang dengan rentang usia atlet 15-19 tahun, pada tanggal 4-5 Agustus 2016 di GOR Gresik. Metode 1 kelompok dengan 2 perlakuan yaitu perlakuan I sebelum pemberian NMT dilakukan pengukuran kekuatan otot, fleksibilitas otot, dan waktu tempuh berlari 100 meter dan sesudah pemberian NMT dilakukan pengukuran kembali, perlakuan 2 sebagai kelompok kontrol dilakukan tanpa pemberian NMT dilakukan pengukuran kekuatan otot, fleksibilitas otot, dan waktu tempuh berlari 100 meter. Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan 1 kekuatan otot gastrocnemius dengan peningkatan rerata 11,38±7,83kg, nilai p=0,000, fleksibilitas nilai p=0,003 (dorsofleksi), p=0,013 (plantarfleksi) dengan peningkatan rerata 3,46±4,27 derajat, dan pemendekan waktu tempuh dengan nilai p=0-001, pada perlakuan 2 kekuatan otot gastrocnemius dengan penurunan rerata 2,12±2,43kg, nilai p=0,009, fleksibilitas nilai p=1,000 (dorsofleksi), p=0,165 (plantarfleksi) dengan peningkatan rerata 0,77±1,88 derajat, dan waktu tempuh terjadi perpanjangan waktu dengan nilai p=0-001 . Pemberian NMT pada sprinter memberikan hasil yang lebih baik dalam peningkatan kekuatan otot, fleksibilitas otot dan memperpendek waktu tempuh.
Based on the results of observations of researchers at dr. Soepraoen the physiotherapy services provided are not optimal, as seen from the level of patient compliance which is lacking, this is influenced by several factors, namely reliability, responsiveness, lack of empathy for the physiotherapist, plus incomplete and inadequate facilities. So this study aims to see. There is a relationship between physiotherapy services and patient satisfaction. This research was conducted at dr. Soepraoen with a sample of 85 respondents using a purposive sampling technique. The research instrument used was a questionnaire and the data was analyzed using the chi-square test with a significant level (α=0.05). The results of this study indicate that there is a relationship between physiotherapy services and patient satisfaction (p=0.000). Based on research results. It can be concluded that there is a relationship between physiotherapy services and patient compliance.
Fleksibilitas otot hamstring adalah salah satu aspek yang penting pada pemain sepak bola terutama pada gerakan menendang. Akibat kurangnya fleksibilitas hamstring dapat menyebabkan terjadinya cedera. Contract relax stretching merupakan salah satu manajemen Fisioterapi dalam upaya pengembangan, memelihara dan memulihkan gerak pada atlet. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas contract relax stretching pada pemain sepak bola usia 12-14 tahun. Populasi studi ini sebanyak 50 orang dengan metode purposive sampling diperoleh 30 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Studi ini menggunakan alat ukur sit and reach test. Dengan desain penelitian quasi eksperimen dan metode pre-post satu kelompok. Dosis contract relax stretching sebanyak 3 kali seminggu selama sebulan dengan dosis empat kali repetisi, pemberian stretching selama 10 detik, 3 set dan jeda istirahat 5 detik. Uji hipotesis Wilcoxon diperoleh nilai median pre 4.00 dan post 5.00 dengan selisih nilai 1.00. Sehingga, nilai P sebanyak 0.00 <0.05. Maka ditarik kesimpulan pada pemberian contract relax stretching pemain sepak bola usia 12-14 tahun secara signifikan mengalami peningkatan fleksibilitas hamstring.
Objective: To determine whether core strengthening exercise has an effect on static balance in children with ADHD at Wates Physiotherapy, Kediri.Methods: This article used pre and post test experiments conducted on 15 pediatric patients with ADHD. The core strengthening exercise was carried out for 4 weeks with a meeting intensity of 12 times (3 times a week).Results: Core strengthening exercise in the first week had no significant effect on static balance with a significant value of 0.055>0.05. Meanwhile, at weeks 2 to 4, it showed a significant effect with a significant result of 0.001 at week 2 and 0.000 <0.05 at weeks 3 and 4.Conclusion: Core strengthening exercise has a significant effect on improving static balance in children with ADHD in a training period of more than 1 week (minimum 2 weeks to 4 weeks / 1 month). The average of static balance increase on 15 child with ADHD after 1 month of exercise seen from the stork test is 1,54.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.