Latar Belakang: Asma bronkial adalah penyakit inflamasi saluran napas yang dapat menyerang semua kelompok umur. Asma ditandai dengan serangan berulang sesak napas dan mengi. Sehingga menyebabkan masalah bersihan jalan napas tidak efektif yang ditandai dengan sesak napas, batuk dan peningkatan produksi mucus pada saluran pernapasan. Penelitian ini bertujuan membandingkan kedua masalah keperawatan Asma Bronkial kedua pasien dalam pemenuhan kebutuhan bersihan jalan napas. Metode: jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan sudi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien Asma bronkial dalam pemenuhan kebutuhan bersihan jalan nafas. Subjek dalam studi kasus ini dua orang pasien dengan inisia; Ny A yang berusia 57 Tahun dan pasien kedua Ny.S berusia 60 tahun, Asuhan keperawatan dilakukan di ruang penyakit dalam di rumah sakit pemerintah di Kota Palembang. Pengabilan data pada pasien satu dilakukan tanggal 15 – 17 April 2021 dan pasien 2 pada 22 – 24 April 2021. Analisa data yang digunakan dalam studi ini adalah analisis deskriptif yaitu dengan menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang terkumpul dan membuat kesimpulan yang disajikan dalam bentuk narsi. Hasil: kedua pasien mengeluh sesak napas, mengi dan batuk, Kedua responden memiliki Riwayat asma bronkial, Implementasi Keperawatan asma bronkhial dengan masalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif yang dilakukan adalah batuk efektif dan posisi semifowler. Kedua pasien dilakukan Nebulizer dan hsul observasi pasien tenang dan tidak sesak. Kesimpulan : Batuk efektif perlu dikalukan secara rutin dan penting untuk diajarkan kepada keluarga.
Air pollution cannot be avoided by people especially those living in big cities. Rubber factories and landfill sites are two examples of activities that can trigger air pollution. H<sub>2</sub>S gas produced from rubber factories and landfill sites can create unpleasant smells and air contamination and increase free radicals in environment. This study was to assess the level of oxidative stress in people living near rubber factories and landfill sites. This was cross-sectional study involving 60 people as the study sample. The level of H<sub>2</sub>S gas was measured to determine the presence of air pollution. Blood collected from vena mediana cubiti was drawn to determine the level of malondialdehyde (MDA) as a marker of oxidative stress. Data obtained from this study were analyzed using independent t-test. The levels of H<sub>2</sub>S gas from landfill site were higher than those from rubber factory (0.482 ppm vs. 0.332 ppm). On the other hand, the average level of MDA in people living near the rubber factory was higher than that living near the landfill site (0.847 ± 0.269 nmol/mL vs 0.748 ± 0.253 nmol/mL). It was found no significant difference (p <0.05) in the average levels of MDA between people living near the rubber factory and those living near the landfill site. There was no significant difference in the average levels of oxidative stress between people living near rubber factory and those living near landfill site.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.