Telah dilakukan perbandingan empat pengukuran curah hujan di Stasiun Klimatologi Mlati, Yogyakarta pada tahun 2018. Empat pengukuran curah hujan antara lain tiga hasil pengukuran permukaan (Automatic Weather Station, Penakar Hujan Hellman dan Penakar Hujan OBS=Ombrometer) dan hasil estimasi dari citra satelit (GsMap). Data mentah diolah menjadi aggregat waktu (rata-rata perjam, rata-rata harian dan bulanan). Evaluasi pengukuran berdasarkan ketersediaaan data yang ada setiap bulan dan nilai korelasi antar masing-masing peralatan pengukuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan pengukuran nilai curah hujan antara hasil pengukuran penakar hujan di permukaan bumi (OBS, Hellman dan AWS) dengan hasil estimasi (GSMaP) di Stasiun Klimatologi Mlati pada 2018. Nilai Korelasi Pearson data curah hujan per jam antara Hellman, AWS dan GSMaP menunjukkan nilai korelasi kecil disebabkan karena banyak data hilang dan ketidaksesuaian waktu, sedangkan korelasi Pearson data curah hujan per hari antara OBS, Hellman, AWS dan GSMap, nilai tertinggi adalah antara data OBS dengan Hellman, sebesar 0,62, sedangkan nilai pengukuran curah hujan akumulasi tahunan pada tahun 2018 paling besar adalah penakar hujan OBS, sebesar 2488,3 mm/tahun.
Penelitian telah dilakukan untuk mengkaji pengaruh faktor-faktor meteorologi dan lingkungan terhadap konsentrasi gas rumah kaca (N O) di Bukit Kototabang. Faktor-faktor meteorologi dan lingkungan yang dianalisa adalah temperatur 2 udara, tekanan udara, kelembaban udara, kelembaban tanah, temperatur tanah dan konsentrasi NO. Pengukuran konsentrasi N O dilakukan dengan Thermo Scientific™ IRIS 4600 Mid-IR Laser-Based N O Analyzer dengan 2 2 menggunakan sumber cahaya laser Infra merah menengah. Data faktor-faktor meteorologi diperoleh dari instrumen Meteorological Automatic Weather Station (MAWS). Sedangkan data faktor lingkungan diperoleh dari Agroclimate Automatic Weather Station (AAWS) dan TS42i-TL. Periode data dibagi menjadi perjam, perhari dan perbulan untuk mengetahui variasi dan pola siklusnya. Berdasarkan analisis korelasi Pearson parameter kelembaban tanah dan temperatur tanah dominan terhadap konsentasi N O dengan nilai sebesar R>0,5 atau R<-0,5 pada hampir semua bulan 2 pengamatan. Nilai korelasi Pearson untuk variasi bulanan yang bernilai baik dengan ditunjukkan untuk hubungan antara konsentrasi N O dengan temperatur tanah kedalaman 100 cm (R=0,75), temperatur tanah kedalaman 10 cm (R=0,63), 2 dan kelembaban tanah kedalaman 100 cm (R= 0,54).
Telah dilakukan pembuatan model sederhana menggunakan pengaruh gas CO ,SO dan 2 2 NO terhadap tingkat keasaman (pH) air hujan. Pengukuran gas Co , SO dan NO 2 2 dilakukan dengan metode monitoring terus-menerus. Gas CO diukur dengan instrumen 2 Picarro analyzer G1301 dengan metode CRDS, gas NO diukur dengan instrumen TS42-TL 2 dengan metode Chemiluminescence, sedangkan gas SO diukur dengan instrumen TS43i-2 TLE dengan metode UV Fluorescence.Dari tiga macam gas tersebut muncul 7 macam skenario model. Besarnya pengaruh gas CO , SO dan NO dihitung, kemudian 2 2 2 dibandingkan dengan pH air hujan observasi. Besarnya nilai Korelasi Pearson digunakan sebagai indikator pemilihan skenario model yang sesuai. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat keasaman air hujan di SPAG Bukit Kototabang pada bulan April 2009 dipengaruhi oleh campuran gas CO dan gas NO , pada bulan Mei 2009 dipengaruhi oleh 2 2 gas CO saja, pada bulan Juni 2009 dipengaruhi oleh campuran gas CO dan gas SO. Data 2 2 2 tingkat keasaman air hujan bulan April, Mei dan Juni 2009 dibandingkan dengan model ini mengkonfirmasi bahwa kondisi udara di lingkungan sekitar SPAG Bukit Kototabang masih bersih.
ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisa pengaruh letusan abu vulkanik Gunung Marapi di Sumatera Barat pada awal bulan Agustus 2011 terhadap pengukuran gas (SO 2 ) dan partikel (PM 10 dan SPM) di SPAG Bukit Kototabang. Sebagai data pembanding yaitu data rata-rata harian sebelum letusan abu vulkanik gunung Marapi, yaitu data harian bulan Juli 2011, sedangkan sebagai data sampel (data setelah Gunung Marapi meletus) digunakan data rata-rata harian 1-10 Agustus 2011. Model Hysplit Volcanic Ash dari NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan Citra Satelit OMI (Ozon Monitoring Instrument) digunakan untuk memperkirakan arah letusan Gunung Marapi. Hasil analisis menunjukkan bahwa letusan abu vulkanik Gunung Marapi pada awal Agustus 2011 tidak berpengaruh terhadap pengukuran pengukuran gas (SO 2 ) dan partikel (PM
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.