ABSTRAKTanaman penghasil serat alami dari genus Hibiscus yang cukup populer di Indonesia adalah rosela (Hibiscus sabdariffa L.). Nilai kemanfaatan rosela sangat luas baik untuk pangan dan kesehatan, sehingga potensi diversifikasi rosela cukup besar. Tujuan penulisan review ini adalah untuk memberikan informasi kandungan fitokimia potensial tanaman rosela herbal yang memiliki efek farmakologis dan fisiologis serta beberapa diversifikasi produk makanan, minuman dan produk kesehatan. Bagian tanaman rosela herbal yang memiliki kandungan fitokimia potensial adalah daun, buah, biji, batang dan akar. Senyawa fitokimia potensial tersebut meliputi kelompok senyawa fenol, alkaloid, tannin, flavonoid, saponin, dan asam organik. Fungsi rosela herbal secara farmakologis dan fisiologis diantaranya memiliki aktivitas antibakteri, antifungal, aktivitas antiinflamasi, antidiabetes, aktivitas antioksidan, dan aktivitas antihipertensi. Diversifikasi produk rosela herbal meliputi nanokapsul ekstrak rosela, pewarna alami, pangan fungsional, obat herbal, feed additive, bahan kosmetik, minyak goreng, cat, dan bahan bakar nabati. Inovasi teknologi proses produksi dalam diversifikasi produk rosela perlu terus dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dan optimalisasi pemanfaatan komponen bioaktif rosela herbal. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan produksi rosela herbal nasional.Kata kunci: Rosela, fitokimia potensial, diversifikasi, farmakologis Potential Divercification of Herbs Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) for Food and Health ABSTRACTPlants of the genus Hibiscus that produce natural fibers are roselle (Hibiscus sabdariffa L.). The benefit value of roselle is very wide for food and health, so the potential of roselle product diversification is quite large. The purpose of this review provides information on potential phytochemical content of herbs roselle plants that have pharmacological and physiological effects as well as some product diversification for food, drink, and health product. The plant part of herbs roselle that has potential phytochemical content is leaves, fruit, seed stem and root. These potential phytochemical compounds include groups compounds of phenol, alkaloids, tannins, flavonoids, saponins, and organic acids. The functions of herbs roselle for pharmacological and physiological include antibacterial, antifungal, anti-inflammatory activity, antidiabetic activity, antioxidant activity, and antihypertensive activity. Products diversification of herbs roselle includes nanocapsul of roselle extract, natural dyes, functional foods, herbal medicines, feed additives, cosmetic ingredients, cooking oil, paints, and biofuels. The innovation technological of production process in the roselle product diversification needs to be continuously done to increase the added value and optimization of bioactive herb component utilization. Therefore it is expected to improve the welfare of farmers and national production of herbs roselle.
<p>Program swasembada gula 2014 memberikan dampak perluasan area pertanaman tebu. Pada tahun 2010 luas areal tebu telah mencapai 418.259 ha dengan produksi tebu nasional 34.218.549 ton, sehingga diha-silkan limbah daun tebu dan bagas sebanyak 16,7 juta ton yang sangat potensial untuk pakan ternak. Ino-vasi teknologi dibutuhkan dalam peningkatan kandungan nutrisi limbah tebu yang masih rendah. Pembuatan pakan fermentasi probiotik dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan nutrisi dan daya cerna pakan. De-gradasi senyawa organik dapat dilakukan dengan bantuan bakteri selulolitik, lignolitik, dan hemiselulolitik. Mikroba yang dapat dimanfaatkan dalam pakan fermentasi probiotik meliputi jamur (Aspergillus niger, Pha-nerochaete chrysosporium), khamir (Saccharomyces cerevisieae), dan bakteri (Lactobacillus, Bifidobacterium, dan Streptococcus).</p><p>Sugar self-sufficiency programs in 2014 impact the extension of sugarcane planting area. In 2010, sugarcane area have reached 418,259 ha with a nation production of 34,218,549 tons of sugarcane, so that the result-ing waste sugarcane leaves and bagasse as many as 16.7 million tons with huge potential for livestock feed. Technological innovation is needed in improving the nutrition content of low sugarcane waste. Preparation of feed probiotics fermentation may be an alternative to improve the nutrients and digestibility of feed. Degra-dation of organic compounds can be done by cellulolytic, lignolitic, and hemicelulolitic bacteria. Microbes that can be utilized in feed probiotics fermentation include fungi (Aspergillus niger, Phanerochaete chrysospo-rium), yeast (Saccharomyces cerevisiae), and bacteria (Lactobacillus, Bifidobacterium, and Streptococcus).</p>
Abstrak Katekin merupakan salah satu poliphenol utama pada tanaman teh yang menjadikan teh sebagai minuman yang baik untuk dikonsumsi. Program pemuliaan tanaman teh dalam merakit klon yang memiliki kandungan katekin tinggi tidak dapat dilepaskan dari plasma nutfah teh. Informasi akan kandungan katekin klon koleksi plasma nutfah dapat menjadi acuan bagi pemulia dalam melakukan seleksi tetua untuk proses persilangan buatan. Selain itu klon-klon koleksi plasma nutfah dengan kandungan katekin tinggi dapat dikembangkan langsung sebagai klon anjuran yang dapat meningkatkan kandungan katekin. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kandungan katekin pada klon koleksi plasma nutfah teh. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Gambung Pusat Penelitian Teh dan Kina, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ketinggian tempat 1300 mdpl, dengan jenis tanah Andisol. Analisis kandungan katekin dilakukan di laboratorium dengan menggu-nakan metode yang tertera pada AOAC (1984). Bahan tanaman yang digunakan merupakan klon teh generasi pertama koleksi plasma nutfah sebanyak 10 klon, yaitu klon: Cin 20, Cin 29, Cin 149, RS 1, RB 1, RB 2, PS 354, PS 385, KP 2, SA 73. Karakter yang diamati adalah kandungan katekin total, EGC, ECG dan EGCG dalam pucuck yang diambil. Analisis data yang digunakan adalah analisis keragaman dan uji beda menggunakan uji gerombol Scott-Knott. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Kandungan katekin total dan derivatnya antar klon koleksi aksesi plasma nutfah berbeda-beda; (2) Klon dengan kandungan katekin total tertinggi adalah klon RB 1 dan terendah adalah klon RS 1 dan Cin 149; (3) Klon dengan kandungan EGCG yang tertinggi adalah klon RB 1 dan RB 2 dan terendah adalah klon Cin 149 dan RS 1. (4) Klon dengan kandungan ECG tertinggi terdapat pada klon Cin 149 dan terendah pada klon PS 354 dan Cin 20. Abstract Catechins is one of the main polyphenol in the tea plant, which makes the tea as a beverage is good for consumption. To develop new ellite tea clones with a high catechins content can not be separated from utilization of
<p>ABSTRACT<br />The level of sugarcane yield in dry land or rainfed generally still low at 40 to 50 tons per hectare. Farmers prefer maintenance of sugarcane than unloading ratoon cane (RC). This can be understood because unloading RC requires high cost, especially in the purchase of seed cane and tillage. Approach through maintaining ratoon techniques are expected to increase production and sugar yield. The research purposes to obtain cane yield and sugar yield RC optimally with maintaining ratoon techniques in dry land. Research has conducted in the Ngimbang, Lamongan district from June 2013 until August 2014. Sugarcane varieties used PS 862 (early ripening) belong to farmers. The study compiled by randomized block design (RBD) and repeated 3 times. The treatment consisted of 1). Replanting; 2). Off barring; 3). Organic fertilizer; 4). Maintaining 10 plants/m; 5). Giving PGR; 6). The package of (1+2); 7). The package of (1+2+3); 8). The package of (1+2+3+4); 9). The package of (1+2+3+4+5); and 10). Control. The results showed that the complete treatment of maintaining ratoon (replanting, off barring, organic fertilizer, maintaining 10 plants/m and PGR) obtained the highest value on the highgrowth parameters include 304.67 cm and a diameter of 3.16 cm, while the production parameters include the stalk number 5.73 stalk/m, stalk weight 1.29 kg/stalk, and stalk length 264.11 cm. Maintaining ratoon could gave the best cane yield and sugar yield than ratoon plants without maintaining ratoon cane with an increase of cane yield 16.20 tons/ha (32.14%) and an increase of sugar yield 1.38% (25.60%). Maintaining on ratoon cane 4th on rainfed significantly increase the production of sugarcane per hectare although not linear with increasing sugar yield.<br />Keywords: Maintaining ratoon, PS 862 varieties, dry land, Sacharrum officinarum</p><p> </p><p>PENINGKATAN PRODUKSI DAN RENDEMEN TEBU (Sacharrum officinarum) MELALUI RAWAT RATOON</p><p>ABSTRAK<br />Tingkat produktivitas tebu di lahan kering atau tadah hujan umumnya masih rendah sebesar 40 sampai dengan 50 ton per hektar. Para petani tebu lebih memilih rawat ratoon daripada membongkar tebu ratoon (RC). Hal tersebut dapat dipahami karena membongkar ratoon membutuhkan biaya yang lebih besar, terutama dalam pembelian bibit tebu dan olah tanah. Pendekatan melalui teknik rawat ratoon diharapkan dapat meningkatkan produksi dan rendemen tebu. Tujuan dari penelitian untuk memperoleh pertanaman tebu dengan teknik rawat ratoon yang berproduksi dan berendemen optimal di lahan kering. Penelitian dilaksanakan di Ngimbang, Kabupaten Lamongan mulai Juni 2013 sampai Agustus 2014. Varietas tebu yang digunakan yaitu PS 862 (masak awal) milik petani. Penelitian disusun dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang 3 kali. Perlakuan terdiri atas 1). Sulam; 2). Pedot Oyot; 3). Pupuk Organik; 4). Pertahankan 10 tanaman/m; 5). Pemberian ZPT; 6). Paket (1+2); 7). Paket (1+2+3); 8). Paket (1+2+3+4); 9). Paket (1+2+3+4+5); dan 10). Kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lengkap pada rawat ratoon (sulam, pedot oyot, pupuk organik, 10 tanaman/m dan ZPT) diperoleh nilai tertinggi pada parameter pertumbuhan meliputi tinggi 304,67 cm dan diameter 3,16 cm, sedangkan parameter produksi meliputi jumlah batang terpanen 5,73 batang/m, bobot batang 1,29 kg/batang, dan panjang batang 264,11 cm. Rawat ratoon dapat memberikan hasil produksi dan rendemen terbaik dibandingkan tanaman tebu tanpa rawat ratoon dengan kenaikan sebesar 16,20 ton/ha (32,14%) dan peningkatan angka rendemen 1,38% (25,60%). Rawat ratoon RC 4 pada lahan tadah hujan secara signifikan meningkatkan produksi tebu perhektar meskipun tidak linier dengan peningkatan rendemen gula.</p><p>Kata kunci: Rawat ratoon, varietas PS 862, lahan kering, Sacharrum officinarum</p>
ABSTRACT<br /><br />The increasing demand on sugar and increasing land competition among agriculture comodities, urges improving sugar production through intensification programs. Planting arrangement was one of the intensification programs to increase sugar production. Hence the objective of the experiment was to evaluate planting arrangement in order to produce higher sugar yield. Research was carried out in Muktiharjo Research Station, Pati in January to October 2013 for plant cane (PC) and November 2013 to October 2014 for first ratoon cane (RC-1). Five packages of planting arrangement was evaluated in this study, they were (1) a single row CTC (distance inter row = from center to center) 110 cm + single seed, (2) single row CTC 130 cm + single seed, (3) double row CTC 50/135 cm + single seed, (4) double row CTC 50/170 cm + double seeds and (5) double row CTC 50/210 cm + double seeds, arranged in a randomized block design with three replications. A double row CTC 50/170 cm + double seeds planting arrangement produced the highest cane productivity, sugar yield and profit, i.e., 191.02 ton ha-1, 15.33 ton ha-1 and IDR 30,654,000,- ha-1, respectively for the PC whereas for the RC-1 was 177.36 ton ha-1, 12.43 ton ha-1, and IDR 30,897,000,- ha-1, respectively.<br /><br />Keywords: Double row, production, Saccharum officinarum, sugar yield
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.