Tempat wisata dan tokoh sejarah Kabupaten Sumedang menjadi sumber inspirasi pembuatan produk cinderamata. Cinderamata memiliki tiga syarat yaitu sebagai objek, kenangan dan hadiah. Objek memiliki nilai didalamnya atau simbol dari pengalaman seseorang di satu tempat/wilayah. Penelitian penciptaan dan penyajian seni ini menggunakan metode kualitatif dengan tahapan penciptaan eksplorasi, eksperimen dan finalisasi produk. Hasil penelitian penciptaan dan penyajian seni ini menjelaskan proses penciptaan cinderamata ikon Sumedang yaitu Menara Loji Jatinangor, Monumen Lingga, Pangeran Aria Soeria Atmadja dan benda-benda pusaka yang menjadi koleksi Museum Geusan Ulun yaitu Mahkota Binokasih yang pernah dipakai oleh Prabu Geusan Ulun, dan wisata kuliner yang sudah terkenal yaitu Tahu Sumedang. Sumber penciptaan yang dipilih berupa tempat, benda dan makanan khas Sumedang dikarenakan benda-benda tersebut memperlihatkan kekhasan Kabupaten Sumedang membedakan dengan peninggalan sejarah di daerah lain.
ABSTRAKPenelitian ini menemukan teori manajemen komunitas khususnya konsep pikukuh tilu dalam manajemen babarit dan model manajemen babarit dalam upacara adat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis kualitatif, sebagai langkah awal pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan obervasi lapangan. Hal ini menitikberatkan pada pengamatan yang didukung dengan wawancara dan perekaman kejadian. Wawancara dilakukan dengan pelaku, tokoh yang terlibat langsung, dan tokoh seniman yang terlibat di dalamnya. Teknik wawancara yang mendalam dengan cara memilih informan kunci guna mendapatkan validitas data yang menghasilkan deskripsi yang lebih utuh dan menyeluruh. Hasil penelitian merujuk pada pola pikir masyarakat Sunda Wiwitan dengan konsep pikukuh tilu yakni ngaji badan, tuhu/mikukuh kana tanah, madep ka ratu-raja. Dalam upacara adat ada 3 (tiga) tahapan dalam proses pengelolaan manajemen babarit yakni, ngajayak, babarit, nutu.Kata kunci: pikukuh tilu, manajemen komunitas, upacara adat, babarit, Cigugur Kuningan
Pangandaran regency is one of the regencies in West Java province which has a diversity of art and culturethat is continuously maintained its sustainability. One of the art traditions is Gondang Buhun. It is a traditional artthat is maintained by the local community hereditary and has noble values that can be used as a medium of educationcharacters for adolescents in Pangandaran Regency. This research uses qualitative method with case study approachwhich describes the process of art of Gondang Buhun tradition as a medium of adolescent education characters. Theresult of this research is Gondang Buhun art process as a media of educational characters; The supporting andinhibiting factors of Gondang Buhun tradition are as media of educational characters; and educational efforts ofadolescent characters through the art of Gondang Buhun tradition.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.