This research discusses the nature of self-appearance or (personal grooming) which includes the obligation to maintain cleanliness, both physically and mentally. This nature is attached to the individual. This research is included in the literature review, the object of this study is the verses of the Koran and epistemology related to the nature of personal grooming, the approach used is the thematic interpretation related to nature in the perspective of a literature review related to nature and cleanliness. The results of the study reveal that self-appearance is part of aesthetics in Islam or enters into the context of adab or ethics, as part of human nature. For this reason, self-appearance (personal grooming) is also part of the form of self-cleaning, as a manifestation of good luck.
Tulisan ini berupaya untuk mengungkap problem sosial yang ditimbulkan akibat dari adanya pelanggengan nikah siri yang telah berevolusi menjadi problem sosial kemasyarakatan seperti nikah siri online, munculnya qadi illegal demikian halnya wali dan saksi, pemalsuan dokumen dan yang terpenting adalah dampak buruk bagi anak-anak yang terlahir dari perkawinan secara siri. Maka rekonseptualisasi hukum perkawinan dalam Islam merupakan suatu keniscayaan, karena sejatinya fikih merupakan hasil pemikiran para ulama yang sangat mungkin mengalami pembaruan seiring dengan perkembangan zaman. Penelitian ini menggunakan pendekatan maslahah yang berasas pada kerangka maqasid al-syari’ah yang lebih mengedepankan kemaslahatan umat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya problem sosial dari nikah siri yang terus berevolusi meniscayakan untuk melakukan reinterpretasi terhadap konsep perkawinan dalam hukum Islam yang dapat dilakukan dengan melakukan pembacaan ulang terhadap formalisasi fikih oleh kelompok dominan yang merupakan tantangan modernitas, membangun fikih maqashid serta melakukan reformulasi fikih dengan meletakkan landasan teologis (filosofis), metodologis dan etis. Fikih maqashid meniscayakan kemaslahatan umat Islam sesuai dengan zamannya namun tetap dalam koridor hukum Islam yang berlandaskan pada al-Qur’an dan Hadis Nabi sebagai landasan dasarnya.
Nikah Siri (unregistered, or 'secret' marriage) has increased in Indonesia since the passing of marriage law No. 1/1974, one article of which required the registration of all marriages. Meanwhile, under Islamic law (fikih munakahat), registration was not one of the pillars of marriage. The 1974 state law provides for penalties for persons involved in unregistered marriages such as nikah siri: on the other hand, under Islamic law nikah siri was considered as marriage, as the terms and the pillars of marriage were fulfilled, even without registration. Religious and state law are clearly at odds as far as marriage registration is concerned.Gradually, Nikah Siri has led to various forms of social problems such as nikah siri online, falsification of documents, and even human trafficking. The main problem which is one focus of this research is the negative impact of nikah siri on women and children. Not having an official marriage registration document creates difficulties for women and children which affects their future life opportunities, as with children not being accepted for schooling, as one example. One significant legal ruling discussed has implications for this social deprivation of women and children but not to the extent expected to date.By using the concepts of dualism from ecofeminism theory (perspective) to analyse the role of patriarchy in creating and perpetuating gender inequality in the case of nikah siri, the writer argues that Islamic marriage law -as it has developed in Indonesia -is still dominated by patriarchal values and, as such, impacts negatively on women and
Artikel ini membahas mengenai tradisi lokal masyarakat Bugis di Desa Allakuang, yaitu tradisi mattamalahoja yang dilakukan untuk mendoakan hajat orang lain agar dapat segera terpenuhi. Tradisi mattamalahoja dilakukan dengan membaca QS al-Insyirah/94 sebanyak 99 kali dan QS al-Ikhlas/112 sebanyak 1000 kali sebagai pengantar. Keunikan dari tradisi mattamalahoja adalah syarat-syarat dari pelaksanaannya yaitu dianjurkannya untuk memperbaharui wudu, dilakukan di tempat yang hening dan hanya orang-orang yang dianggap alim yang bisa melakukannya. Dalam artikel ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif melalui penelitian lapangan dengan sistem analisis data yang digunakan adalah analisis konten. Sumber datanya mengombinasikan antara hasil wawancara dengan penjelasan dari QS al-Insyirah/94 dan QS al-Ikhlas/112. Pada akhirnya, penulis menyimpulkan bahwa dalam tradisi mattamalahoja melalui QS al-Ikhlas/112 dan QS al-Insyirah/94 dapat mempengaruhi praktik dan pemahaman keberagamaan masyarakat dengan membentuk sikap dan keyakinan yang utuh dalam menjalankan tradisi mattamalahoja. Masyarakat dapat memahami pentingnya sikap tawakkal, kelapangan atau rasa lega, serta keesaan Allah swt. dalam memenuhi hajat. Sehingga dengan itu, akan membantu untuk mereka mendoakan orang lain dengan hati yang ikhlas dan menaruh harapan hanya kepada Allah swt. tempat meminta pertolongan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.