Indonesia has been still experiencing regional economic disparity problems, including in labour productivity. This study employs dynamic panel approach to analyze convergence and to identify determinants of regional labour productivity during the period of 1987-2011. The System Generalized Method of Moments (Sys-GMM) estimation results show that regional convergence process occurs with speed of convergence of 0.06518 per year. Physical capital stock, human capital stock, total trade, and real wage give positive impacts. Therefore, government should prioritize in overcoming labour productivity disparity in Eastern Indonesia in which are more unequal than in Western Indonesia where interventions should be greater for provinces with lower labour productivity.Keywords: Disparity, Convergence, Labour Productivity, Dynamic Panel AbstrakIndonesia masih mengalami masalah terkait dengan disparitas perekonomian regional, termasuk dalam hal produktivitas tenaga kerja. Studi ini menggunakan pendekatan panel dinamis untuk menganalisis konvergensi dan mengidentikasi determinan produktivitas tenaga kerja regional selama periode 1987-2011. Model estimasi System Generalized Method of Moments (Sys-GMM) menunjukkan bahwa proses konvergensi regional terjadi dengan kecepatan konvergensi 0,06518 per tahun. Stok modal fisik, stok modal manusia, total perdagangan, dan upah riil ditemukan memberikan pengaruh positif. Pemerintah harus lebih memprioritaskan untuk mengatasi masalah disparitas produktivitas tenaga kerja di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang lebih timpang dibandingkan Kawasan Barat Indonesia (KBI) di mana intervensi harus lebih fokus terhadap provinsi-provinsi dengan tingkat produktivitas tenaga kerja yang lebih rendah.Kata kunci: Disparitas, Konvergensi, Produktivitas Tenaga Kerja, Panel Dinamis
Cocoa is one of the leading commodities from the plantation sub-sector in Indonesia. At the world level, Indonesia is the third-largest producer of cocoa beans after Côte d’Ivoire and Ghana (FAO, 2017). However, Indonesia still exports cocoa in the form of (raw) beans which results in the loss of added value and not developing the domestic cocoa industry. For this reason, the government issued No. 67/PMK.011/ 2010 concerning the imposition of Export Levy and Export Levy Tariffs to suppress the export of cocoa beans and then increase the competitiveness of processed cocoa exports. The purpose of this study was to determine the competitiveness performance of Indonesian processed cocoa to Germany and what factors influenced the export competitiveness in 1992-2017. This study uses secondary data from various sources that were analyzed using Revealed Comparative Advantage (RCA) and Error Correction Mechanism (ECM). The analysis shows that in the long run the variable exchange rate, world cocoa prices, and dummy export duty significantly affect competitiveness while in the short term, population variables and world cocoa prices significantly influence competitiveness.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan pertama di ASEAN pada tahun 2017 seharusnya mampu memaksimalkan potensi sumber daya manusia yang ada. Sayangnya, hal tersebut belum dapat tercapai terlihat dari IPM Indonesia yang hanya menempati urutan keenam di ASEAN dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk Indonesia yang belum mencapai target wajib belajar sembilan tahun. RLS antarprovinsi di Indonesia yang berbeda menunjukkan terjadinya ketimpangan pendidikan, dimana DKI Jakarta merupakan provinsi dengan RLS tertinggi yaitu sebesar 1,65 kali lebih tinggi dari Papua yang merupakan provinsi dengan RLS terendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ketimpangan capaian pendidikan yang diukur dengan Koefisien Gini Pendidikan (KGP) di Indonesia dan faktor-faktor yang memengaruhi KGP tahun 2017 dengan metode regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan ketimpangan pendidikan di Indonesia pada tahun 2017 berada pada kategori ketimpangan rendah. Jika dilihat dari klasifikasi wilayah, daerah perkotaan memiliki nilai KGP lebih rendah dibandingkan daerah perdesaan. Sedangkan menurut jenis kelamin, KGP Laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan. Selain itu, anggaran pendidikan dan persentase penduduk berusia 15 tahun ke atas yang melek huruf atau AMH berpengaruh negatif terhadap ketimpangan pendidikan di Indonesia tahun 2017.
Provinsi Banten merupakan provinsi dengan tingkat pengangguran terbuka yang tertinggi di Indonesia. Pada tahun 2020, tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Banten mencapai 10,64 persen. Tingginya tingkat pengangguran tersebut didominasi oleh angkatan kerja berusia 16 hingga 30 tahun. Tingginya pengangguran pada usia muda terutama pengangguran usia muda terdidik dapat menjadi timbulnya permasalahan perekonomian di Provinsi Banten. Permasalahan ini dapat disebabkan oleh karakteristik individu tersebut ataupun karakteristik wilayahnya. Untuk dapat mengetahui pengaruh karakteristik tersebut maka digunakan analisis regresi logistik biner multilevel. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa seluruh variabel signifikan memengaruhi pengangguran terdidik usia muda di Provinsi Banten. Angkatan kerja usia muda terdidik yang cenderung menjadi pengangguran yaitu angkatan kerja yang memiliki karakteristik tinggal di perdesaan, belum kawin, bukan kepala rumah tangga, tidak pernah mengikuti pelatihan bersertifikat, memiliki pengalaman kerja, tinggal di kabupaten/kota dengan jumlah penduduk yang besar, serta tinggal di kabupaten/kota dengan PDRB yang rendah.
Pendidikan menjadi faktor penting dalam pembentukan modal manusia. Pendidikan yang berkualitas dan merata akan meningkatkan modal manusia, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai kualitas pendidikan yakni rata-rata lama sekolah (RLS). Indonesia dalam Human Development Report 2019 berada di peringkat terendah di antara negara anggota ASEAN 5 untuk RLS. Jika dikaji lebih lanjut berdasarkan kawasan maka KTI memiliki RLS yang lebih rendah dari RLS KBI dan RLS nasional. Jika masalah kualitas pendidikan dan tidak meratanya pendidikan di Indonesia khususnya di KTI tidak segera diatasi, maka 90 persen masyarakat miskin yang bertempat tinggal di Indonesia (bersama Filipina) khususnya di KTI akan terus terjerat dalam lingkaran kemiskinan karena tidak mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi panel untuk menjelaskan determinan ketimpangan capaian pendidikan di KTI. Jenis data yang digunakan berupa data panel dengan cross-section sebanyak 17 provinsi dari tahun 2015-2019. Berdasarkan hasil regresi dengan metode estimasi FGLS/SUR diperoleh bahwa investasi, distribusi guru dan akses pendidikan berpengaruh negatif signifikan, sedangkan remaja menikah muda dan ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh positif signifikan terhadap ketimpangan capaian pendidikan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.