ABSTRAK Jembatan beton prategang merupakan jenis jembatan yang banyak digunakan di Indonesia karena memiliki kekuatan yang tinggi dan berat jembatan lebih ringan. Jembatan Cibaruyan yang dibangun pada tahun 2014 dan berada di Kabupaten Ciamis menggunakan jenis jembatan beton prategang tipe I girder, mengacu pada peraturan RSNI T-02-2005. Seiring dengan perubahan waktu telah ada standar pembebanan jembatan terbaru yaitu SNI 1725:2016. Karena adanya perubahan tersebut, maka akan dilakukan studi komparasi antara kedua peraturan. Pemodelan jembatan menggunakan program SAP2000 dengan menganalisis kombinasi pembebanan, perhitungan gaya prategang, tegangan girder yang terjadi, lendutan, kekuatan momen lentur, gaya torsi, dan kekuatan geser penampang girder. Dari hasil analisis didapatkan bahwa hasil pembebanan struktur atas Jembatan Cibaruyan dengan SNI 1725:2016 memiliki perbedaan momen lentur lebih besar 0,975% dibandingkan RSNI T-02-2005, gaya prategang pada RSNI T-02-2005 lebih besar 1,951% dibanding SNI 1725:2016, gaya geser dan torsi pada SNI 1725:2016 lebih besar 5,615% dan 26,127% dibandingkan RSNI T-02-2005. Kata kunci: jembatan prategang, RSNI T-02-2005, SNI 1725:2016 ABSTRACT The prestressed concrete bridge is a type of bridge that is widely used in Indonesia because it has high strength with a light structural weight. The Cibaruyan bridge in Ciamis city uses type I girder prestressed concrete bridge built in 2014 referring to the regulation of RSNI T-02-2005. As time goes by there has been a change in the regulations. SAP 2000 was used to model the bridge with the results of the analysis obtained in the form of a combination of loading, calculation of prestressing forces, stresses that occur, deflection, flexural strength, torsion strength, and shear strength. From the results of the analysis it was found that the structure of the Cibaruyan Bridge with SNI 1725:2016 had a greater bending strength of 0,975% compared to RSNI T-02-2005, the prestressed force on RSNI T-02-2005 was 1.951% greater than SNI 1725: 2016, shear force and torsion force at SNI 1725:2016 greater 5.615% and 26.127% compared to RSNI T-02-2005. Keywords: prestressed bridge, RSNI T-02-2005, SNI 1725:2016
ABSTRAKJembatan rangka batang canai dingin pejalan kaki merupakan jembatan yang terdiri dari batang-batang profil yang terhubung berbentuk segitiga dan dominan menerima gaya tarik atau tekan, serta ditujukan khusus untuk pejalan kaki dan kendaraan ringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang perancangan jembatan pejalan kaki tipe dek bawah menggunakan material canai dingin berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7971:2013 dan Eurocode 3 dengan menggunakan program SAP2000. Hasil perancangan awal didapatkan profil 2C95x64x2 untuk gelagar memanjang dan melintang, batang vertikal dan horisontal, serta profil 2C95x70x2 untuk batang diagonal. Hasil analisis program SAP2000 menunjukkan bahwa jembatan rangka batang tipe dek bawah memiliki nilai lendutan sebesar 1,1 mm. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rasio beban terhadap kapasitas penampang batang tarik dan batang tekan jembatan rangka batang tipe dek bawah bernilai 0,426 dan 0,445 untuk Eurocode 3, sedangkan untuk SNI 7971:2013 bernilai 0,602 dan 0,545Kata Kunci: jembatan rangka batang, canai dingin, pejalan kaki, dek bawah, SNI 7971:2013, Eurocode 3 ABSTRACKPedestrian cold formed truss bridge consists of connected profile members in a triangular shape and predominantly transfer tensile or compressive forces, and specifically intended for pedestrians and light vehicles. This research intends to examine the design of lower deck pedestrian cold formed bridge based on the Indonesian National Standard (SNI) 7971: 2013 and Eurocode 3 using the SAP2000 program. Preliminary design results obtained 2C95x64x2 profiles for longitudinal and transversal girders, vertical and horizontal members, and 2C95x70x2 profiles for diagonal members. The result of SAP2000 program analysis shows that the deflection of lower deck truss bridge is 1.1 mm. Based on the results of the analysis, it obtained that the ratio of the load to the tension and compression cross-sectional capacity of the lower deck truss bridge is 0.426 and 0.445 for Eurocode 3, while for SNI 7971:2013 is 0.602 and 0.545.Keyword: truss bridge, cold formed, pedestrian, lower deck, SNI 7971:2013, Eurocode 3
ABSTRAKPerancangan struktur gedung yang baik diperlukan agar struktur dapat kuat dalam menahan beban gempa. Beban angin juga sebaiknya diperhitungkan sebagai beban lateral pada struktur gedung yang tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon struktur gedung terhadap beban gempa dan beban angin yang terjadi pada tujuh wilayah di Indonesia berdasarkan SNI 1727:2020 dan SNI 1726:2019. Struktur gedung baja 10 lantai menggunakan sistem rangka pemikul momen khusus. Dari hasil penelitian, desain gedung telah aman terhadap simpangan antar tingkat yang disyaratkan. Pada penelitian ini, gaya geser dasar dari yang terbesar sampai yang terkecil menurut perhitungan gaya geser statik ekivalen dan respon spektra berturut-turut adalah Gorontalo, Jayapura, Banda Aceh, Kupang, Surabaya, Samarinda, dan Tanjung Pinang. Berdasarkan hasil analisis ini, beban gempa lebih berisiko mengakibatkan kegagalan struktur dibandingkan dengan beban angin.Kata kunci: struktur rangka baja, beban gempa, beban anginABSTRACTA good structure design is necessary to ensure that the structure can resist the earthquake load. Wind load is also important to be accounted as lateral loads especially on tall buildings. This study aims to determine the building structural responses due to eathquake and wind loads which occur in seven regions in Indonesia based on SNI 1727:2020 and SNI1726:2019. The steel building structure is a 10-floor special moment resisting frame. Based on this research result, the design of the building is safe for displacement as required by the code. In this study, the base shear forces from the largest to the smallest consecutively based on equivalent static and response spectrum analysis are Gorontalo, Jayapura, Banda Aceh, Kupang, Surabaya, Samarinda, and Tanjung Pinang. Based on this research result, earthquake load has higher risk of causing structural failure than wind load.Keywords: steel frame structure, earthquake load, wind load
ABSTRAKPendekatan teknologi dapat dilakukan dalam perencanaan struktur tahan gempa salah satunya yaitu dengan menggunakan Fluid Viscous Damper (FVD). Alat peredam FVD memiliki fungsi untuk menyerap energi gempa dan mengurangi gaya gempa rencana yang dipikul elemen-elemen struktur sehingga memungkinkan struktur bangunan menjadi lebih elastis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah lantai yang paling efektif terhadap kinerja struktur portal beton dengan pola penempatan FVD yang paling baik untuk variasi jumlah lantai gedung yaitu 12, 16, dan 20 lantai. Metode yang digunakan yaitu analisis dinamis riwayat waktu dengan menggunakan software ETABS v.15.2.2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur gedung 12 lantai memberikan peningkatan respon struktur yang paling baik. Penggunaan FVD pada struktur 12 lantai mereduksi waktu getar alami struktur sebesar 49,75%, meningkatkan gaya geser dasar hingga 28,87%, dan mereduksi simpangan struktur baik akibat beban gempa respons spektra maupun beban time history.Kata Kunci: fluid viscous damper, metode riwayat waktu, waktu getar, gaya geser dasar, dan simpangan struktur ABSTRACTTechnological approach can be performed on earthquake-resistant structural design method, one of which is by using the Fluid Viscous Damper (FVD). The main function of FVD as a damper is to absorb seismic energy and reduce the seismic force which is carried by structural elements and thus the building structures become more elastic. This study aims to determine the most effective number of floors for the performance of reinforced concrete frames structure using best position of FVD with three floors variations, which are 12, 16, and 20 floors. The dynamic time history analysis method is tested using ETABS v.15.2.2 software. The results showed that the 12-story structure generates the best structural response. The installation of FVD on a 12-story structure reduces the natural period of structure by 49,75%, increases the base shear force by 28,87%, and reduces the drift of structure due to response spectrum load as well as time history loads.Keyword: fluid viscous damper, time history methods, structural period, base shear, and drift
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.