Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Karunia- Nya, sehingga tulisan ini dapat diselesaikan dan diterbitkan. Materi yang dituangkan dalam buku ini diilhami oleh Guru Penulis (Bapak Prof Dr. Rusidi.M.S.) melalui bahan-bahan/materi-materi kuliahNya selama satu semester. Ketika itu penulis masih belajar pada program Magister (S2) di Universitas Padjadjaran Bandung. Materi yang dikemukakan dalam buku ini hanyalah merupakan garis-garis besar yang masih perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk itu kepada para pemakai diharapkan dapat lebih memperkaya pengetahuan- nya dengan mempergunakan sumber-sumber lain yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas dalam buku ini. Harapan penulis semoga buku yang sederhana ini dapat menambah bahan bacaan, utamanya bagi para pengembara/pencinta dan pengembang ilmu pengetahuan. Semoga buku ini memberi manfaat bagi pembacanya, terutama dalam melaksanakantugas-tugas penelitian dalam rangka pengembangan ilmu. Kepada yang tersayang saudara editor dan semua pihak yang membantu terbitnya buku ini, kami haturkan terima kasih yang sebanyak- banyaknya. Tiada gading yang tak retak, demikian bunyi pepatah. Begitupula buku ini, tentu tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh karena itudiharapkan kritik konstruktif untuk kesempurnaannya.
Permasalahan guru yang sangat penting untuk diselesaikan melalui kegiatan pengabdian ini adalah (1) Minimnya pengetahuan dan keterampilan kelompok guru sosiologi dalam membuat quick response code (QRC) pada mata pelajaran Sosiologi, (2) Susahnya siswa mendapatkan materi secara online yang terkait langsung dengan materi pelajaran. Solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pelatihan literasi digital berbasis quick response code (QRC) untuk kelompok guru mata pelajaran sosiologi. Hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diperoleh melalui kegiatan literasi digital berbasis quick response code (QRC) untuk kelompok guru mata pelajaran sosiologi dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu tahap penyediaan materi, tahap sosialisasi, tahap penyampaian materi, tahap pembagian literasi digital dan tahap gerakan literasi digital. Sedangkan kegiatan pelatihan literasi digital kepada siswa terdiri dari tahap pembuatan jadwal pertemuan, tahap penyampaian materi, tahap penggunaan literasi digital, tahap pembagian literasi digital dan tahap gerakan literasi digital. Hasil yang diperoleh kegiatan ini sangat bermanfaat baik untuk guru mata pelajaran sosiologi dan siswa yang belajar mata pelajaran sosiologi. Literasi digital berbasis quick response code (QRC) sebagai bagian dari gerakan literasi yang dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Bantaeng di tingkat Kecamatan dan dan di tingkat sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Bagaimana proses diskriminasi sosial terhadap anak penderita kusta di Kecamatan Tamalate Kota Makassar, 2) Bagaimana faktor penyebab diskriminasi sosial terhadap anak penderita kusta di Kecamatan Tamalate Kota Makassar, 3) Bagaimana dampak stigma masyarakat terhadap anak penderita kusta di Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif dengan penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive simpling informanya adalah anak penderita kusta di Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan 1) proses diskriminasi sosial terhadap anak penderita kusta antara lain: Mekanisme Pertahanan Psikologi, perasaan kecewa, adanya sejarah, perasaan tidak selamat dan rendah hati, persaingan dan eksploitasi, dan corak sosialisasi. 2) faktor penyebab diskriminasi sosial terhadap anak penderita kusta antara lain: Diskriminasi berdasarkan suku/etnis, ras, dan agama/keyakinan, diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dan gender, diskriminasi terhadap penyandang cacat, dan deskriminasi kasta sosial. 3) Dampak stigma masyarakat terhadap anak penderita kusta adalah stigma masyarakat dengan adanya diskriminasi sosial anak penderita kusta sekarang sudah berkurang. Artinya, sudah banyak masyarakat yang tidak takut lagi berinteraksi dengan masyarakat penderita kusta maupun keluarganya karena sudah memahami bahwa penyakit kusta tidak akan menular ketika penderita sudah melakukan pengobatan secara rutin.
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan konsep organisasi dan pengorganisasi dalam mewujudkan kepentingan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial harus mampu mengatur, mengelola, dan mengembangkan organisasi dimana dia berada, baik dalam skala kecil hingga organisasi skala besar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara dan berbagai dokumen terkait. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pengorganisasian merupakan proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa tidak mudah mengorganisasi manusia dalam suatu organisasi karena adanya kepentingan baik pribadi, kelompok dan golongan. Oleh sebab itu, pemimpin suatu organisasi harus lebih mengedepankan humanisasi dalam pengelolaannya. Kesimpulan penelitian bahwa manusia seringkali tidak mampu menempatkan diri mereka dalam suatu organisasi, dimana setiap bentuk perserikatan manusia untuk mencapai satu tujuan bersama yang di dalamnya beranggotakan minimal dua orang, yang memiliki struktur organisasi, pembagian tugas, sistem keijasama atau sistem sosial yang berdasarkan pada wewenang dan bersifat tetap dalam suatu sistem administrasi yang memiliki mekanisme yang mempersatukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tujuan bersama tersebut.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.