Corn is the main crop commodity in terms of business aspects and the use of the results as raw material for food and animal feed. In Takalar district there are several patterns of corn marketing channels. This study aims to determine the pattern of corn marketing channels and the efficiency of corn marketing using margin analysis and farmers share methods. The analysis shows that there are 2 patterns of marketing channels, the first channel (farmers - village collectors - sub-district collectors - large traders - end consumers) with a total margin of Rp. 800 / kg and farmers share 78.9%, while in the second channel pattern (farmers - village collectors - large traders - end consumers) get a total margin of Rp. 750 / kg and farmers share 80.3%. The difference in margins and farmers share in the pattern of the first channel with the second channel shows that the longer the market chain, the greater the total marketing margin and the smaller the value of farmers share. For stakeholders, the results of this research can be information material for more efficient implementation of corn marketing.
Kepastian pasar, merupakan harapan dan tujuan utama petani dalam mengusahakan setiap kegiatan usahataninya, disamping untuk memperoleh hasil panen yang maksimal tentunya. Peran dan fungsi kelembagaan, yang salah satunya adalah kelembagaan pemasaran, tentunya sangat dibutuhkan terutama sebagai wadah penghubung antara petani dan pengguna hasil produksi usahataninya. Untuk itu kelembagaan partnership berperan sebagai mitra dalam memasarkan produksi usahatani dalam jangkauan yang lebih luas dan bervariasi. Bagi kelompok tani, manfaat hubungan kemitraan (partnership) adalah adanya kepastian pasar, dan keuntungan yang relatif stabil. Sedangkan bagi pihak mitra, manfaat kemitraan adalah kepastian memperoleh bahan baku sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan. Dengan metode deskripsi kualitatif, tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dan mengemukakan kondisi dan kinerja kelembagaan partnership industri pengolah dalam pemasaran produk hortikultura, mengkaji manfaat kelembagaan pemasaran kemitraan dan perspektif pengembangannya terkait upaya akselerasi dan implementasi pengembangan agribisnis untuk peningkatan kesejahteraan petaninya. Pihak mitra tetap memberi kesempatan menjual ke pasar bebas apabila harga lebih baik. Berbagai pelaku usaha industri pengolah hasil pertanian, dalam pengadaan bahan baku sebagian besar masih berasal dari pedagang/supplier. Kemitraan dengan petani/kelompok tani ada yang langsung maupun tidak langsung. Dalam hubungan (kerjasama) kemitraan, baik langsung maupun tidak langsung, kelompok tani/gabungan kelompok tani lebih banyak dibebani kewajiban sementara itu hak-hak nya masih terbatas. Perspektif pengembangan kemitraan masih sangat terbuka, antara lain disebabkan: (a) kedua belah pihak memperoleh manfaat yang saling menguntungkan; (b) permintaan produk olahan semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk.
Fertilizer is considered to be one of the important factors in increasing shallot production. However, this must be followed by proper fertilization management to meet the nutrient requirements of the plant. This research was conducted with the aim of dertermining the correct dosage of NPK 16:16:16 based on ammonium nitrate in shallot plants. The assessment was carried out in October-December 2018. The research was carried out at one of the centers of shallot development, specificallly in Batu Rampung Hamlet, Tanete Village, Angeraja Sub-District, Enrekang Regency, South Sulawesi. A randomized block design (RBD) was used in this research, accompanied by three replications and eight treatments: P1 = NPK Nitrate 16-16-16 450 kg/ha + Urea 150 kg/ha + ZA 300 kg/ha; P2 = NPK Nitrate 16-16-16 400 kg/ha + Urea 150 kg/ha + ZA 300 kg/ha; P3 = NPK Nitrate 16-16-16 350 kg/ha + Urea 150 kg/ha + ZA 300 kg/ha; P4 = NPK Nitrate 16-16-16 900 kg/ha; P5 = NPK Nitrate 16-16-16 800 kg/ha; P6 = NPK Nitrate 16-16-16 700 kg/ha; P7 = Urea 200 kg/ha + ZA 400 kg/ha + KCL 100 kg/ha; P8 = NPK Phonska 645 kg/ha + Urea 645 kg/ha + SP36 645 kg/ha. The results showed that NPK Nitrate Fertilization 16:16:16 at a dose of 700- 900 kg/ha indicated a fairly high growth and production (14.5-16.3 t/ha). The results obtained were not significantly different from the high-dose fertilization used by farmers (17.2 t/ha), and higher than the single dose based on the recommendation (12.8 t/ha).
The demand for chili production continues to increase in Indonesia and South Sulawesi in particular, both for local, inter-island demand and the potential for export. On the other hand, chili production is still low. Chili productivity in 2010 was only 5.6 t/ha, although the potential productivity can reach 12 t/ha. Therefore, an assessment of chili technology innovation according to GAP in South Sulawesi was carried out through the application of efficient chili technology innovation, appreciation of local wisdom and environmental insight. The assessment was carried out in a participatory manner in the chili development center area in Maros Regency, South Sulawesi involving 4 cooperative farmers in an area of 1.0 ha. The data used are production, inputs used, output prices, input prices. To determine the farming use R/R (Return Cost Ratio) analysis, and to determine the optimal level of use of production inputs obtained from the application of chili technology is to calculate MBCR (marginal benefit cost ratio) or IBCR (incrementel benefit cost ratio). The results of the study showed 1) The application of GAP in red chili cultivation resulted in higher chili production and a smaller number of anthracnose attacks than the farmers’ treatment. 2) Chili productivity achieved in P1 treatment reached 24.64 t/ha, significantly different from P2 treatment which reached 27.52 t/h, but not significantly different from P3 treatment reached 25.92 t/ha. 3) The application of GAP can increase farmers’ income from Rp. 173.14 million to Rp. 194.25 million or an increase in revenue of 10.86% with an IBCR of 2.05.
Di era globalisasi sekarang ini, produk perdagangan seluruh negara menghadapi dinamika lingkungan strategik internasional, yang menuntut hasil produk pertanian yang berdayasaing, memenuhi tingginya persyaratan kualitas, disertai ketatnya persaingan di pasar global. Sementara itu, daya saing produk olahan komoditi pertanian Indonesia masih lemah, karena selama ini hanya mengandalkan keunggulan komparatif dengan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja tak terdidik, sehingga produk yang dihasilkan masih didominasi oleh produk primer atau bersifat natural. Tujuan penulisan ini mengemukakan secara lebih komprehensif terkait upaya pengembangan industri pengolahan berbahan baku produk pertanian di perdesaan dalam menghasilkan produk olahan yang berkualitas dan berdayasaing, mendukung pengembangan fungsi dan peran kelembagaan, dan pemasaran produk pangan olahan. Terkait upaya peningkatan nilai tambah produk pertanian dan pengembangan perdagangan produk pertanian olahan, Indonesia harus melangkah ke arah industrialisasi dengan mengembangkan dan meningkatkan produk olahan. Hal ini termasuk upaya mengurangi impor produk olahan, dimana ekspor secara bertahap beralih dari produk pertanian primer (bahan baku) ke produk olahan. Pembangunan dan pengembangan industri pengolahan di perdesaan, dapat diprediksi sebagai salah satu solusi efisiensi, efektifitas, kontiniutas dan kesinambungan proses pengadaan bahan baku, tenaga kerja dan pembiayaan (permodalan) produk olahan, karena industri pengolah berada di sekitar bahan baku diproduksi (pertanian di perdesaan). Program pengembangan teknologi dan investasi melalui pengembangan industri pengolahan berbahan baku produk pertanian di pedesaan akan mampu menjadi �mesin penggerak� kemajuan ekonomi yang tangguh, jika sistem kelembagaannya berfungsi sejalan dengan program pembangunan yang dilaksanakan. Sebagai penghela pembangunan pertanian, industri pengolahan diharapkan mampu menciptakan berbagai produk pertanian dan produk olahannya, mampu memotori industrialisasi perdesaan, serta mampu menciptakan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan di perdesaan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.