Specialty coffee is generally found in areas with an altitude around 1000 meters above sea level (m a.s.l.) and is known to have a different distinctive flavor. One of the coffee plantations in South Sulawesi that has the potential to upgrade its status as a specialty coffee is the Sinjai regency. The sensory quality and chemical characteristics are the most important component of specialty coffee. The purpose of the study was to evaluate the chemical compounds and sensory quality in Manipi coffee beans in South Sulawesi, which has the potential to be classified as specialty coffee. The coffee cherries were collected from two locations based on different altitudes namely MA1 = 1200 m a.s.l. and MA2 = 1400 m a.s.l. The coffee cherries directly processed the wet method referring to Enrekang Arabica as a reference sample EA1 = 1200 m a.s.l. and EA2 = 1400 m a.s.l. The results showed that the chemical content and quality of sensory in Manipi Arabica coffee beans were affected by altitude. MA2 had the highest protein content (13.26%), lipid (7.67%), and caffeine (1.42%), whereas green arabica coffee beans with the highest carbohydrate content was MA1 (23.38%). The Enrekang Arabica were similar in terms of Manipi Arabica coffee beans had the highest protein, lipid, and caffeine content at an altitude of 1400 m a.s.l. respectively (12.41%), (10.73%), and (1.32%). The sensory quality of MA1 is 85.75, relatively similar to MA2 is 85.25. The Manipi Arabica coffee beans showed a specific flavor, namely brown sugar and vanilla notes from both altitudes. It had the potential to be developed into specialty coffee with a cup test score > 80.
The development of the cocoa processing industry must balance with the handling of cocoa bean shell waste. Cocoa bean shell is by product from cocoa processing industry. Active compounds of cocoa bean shell show antioxidant activity as antimicrobial. Based on this information, the cocoa bean shell has the potential to be used as an active compound in the packaging. The objective of this study was to evaluate the antioxidant activity of cocoa bean shell extract from North Luwu and Gunungkidul. Both regions had differences in cocoa bean processing and it may affect the antioxidant activity. The extraction of an active compounds was carried out by preparation of cocoa bean shell powder, defatted with hexane, then extracting active compounds with 70% ethanol. The analysis of cocoa bean shell powder including proximate and color analysis. The cocoa bean shell extract analysis including antioxidant activity of Radical Scavenging Activity (RSA) DPPH, total phenolic, total flavonoid, FTIR, and total dissolved solids. The result show that North Luwu cocoa bean shell extract has a higher active compound content than Gunungkidul, and this is reflected in RSA DPPH.
Penularan penyakit di masa pandemi COVID-19 melalui media tangan cukup menarik perhatian sehingga terjadi peningkatan pemakaian hand sanitizer. Hand sanitizer dinilai lebih efisien dalam membersihkan dibanding sabun cuci tangan karena dapat membunuh spora bakteri, jamur, mikroorganisme resisten, serta melawan virus tanpa menggunakan air. Hand sanitizer terstandar harus menggunakan syarat yang sesuai dengan aturan Word Health Organization (WHO) dengan kandungan desinfektan, moisturizer, dan zat aditif lainnya. Mahalnya harga dan kesulitan masyarakat dalam memperoleh bahan pembuatan hand sanitizer menuntut masyarakat untuk mencari bahan alternatif pengganti yang mudah ditemukan namun memiliki efektivitas yang serupa. Pada kegiatan ini dilakukan pelatihan pembuatan hand sanitizer terstandar dan berbahan alami sederhana untuk memenuhi kebutuhan harian sekaligus untuk membantu ketahanan ekonomi masyarakat di masa pandemi. Tahapan kegiatan meliputi survei awal, uji coba pembuatan hand sanitizer, sosialisasi, pelatihan, evaluasi, dan pemantauan. Produk hand sanitizer yang dihasilkan tidak lengket dan beraroma menyegarkan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kepuasan dan minat yang tinggi untuk membuka usaha pembuatan hand sanitizer.
Tahu merupakan produk pangan dengan umur simpan rendah karena kandungan protein dan air yang tinggi sehingga pertumbuhan dan perkembangan bakteri menjadi optimal. Hal ini menyebabkan tahu mudah mengalami pembusukan sehingga mendorong pengusaha tahu untuk menggunakan pengawet. Saat ini masih banyak ditemukan pengusaha tahu yang menambahkan formaldehida sebagai pengawet karena dianggap paling efektif. Menurut peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1168/MenKes/PER/X/1999, formaldehida merupakan bahan kimia terlarang untuk produk makanan karena bersifat racun bagi tubuh. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan penyuluhan kepada pengusaha tahu agar tidak lagi menggunakan formaldehida sebagai pengawet tahu, namun sebaiknya mengunakan bahan alami seperti kunyit, bunga kecombrang, dan kemangi. Selain sebagai pengawet tahu, bahan alami juga memiliki potensi untuk digunakan dalam pengecekan kandungan formaldehida dalam produk tahu seperti bunga telang dan buah naga. Kegiatan penyuluhan ini tergabung dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat (PkM) tim dosen Politeknik AKA Bogor. Adapun tahapan dari kegiatan PkM ini, yaitu kegiatan pra kegiatan (survei kelompok mitra, determinasi sasaran, dan persiapan sarana prasarana), pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi (kemitraan dan tim kinerja). Target luaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya pemahaman penggunaan bahan alami untuk pengawetan dan pengecekan formaldehida pada produk tahu. Berdasarkan hasil evaluasi, terlihat bahwa kegiatan ini diterima dengan baik, berdampak positif dan sesuai dengan kebutuhan.
Tanaman saga (Abrus precatorius) oleh masyarakat Indonesia telah digunakan sebagai obat tradisional dalam pengobatan batuk, sariawan, dan radang tenggorokan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antijamur dari ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat dari daun saga terhadap Candida albicans, jamur penyebab kandidiasis. Uji antijamur dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar. Hasilnya menunjukkan rata-rata daya hambat ekstrak etanol adalah sebesar 13,50 mm sedangkan ekstrak etil asetat sebesar 12,75 mm, sehingga dapat disimpulkan ekstrak etanol dan etil asetat dari daun Saga memiliki aktivitas antijamur. Kata Kunci: Antijamur, Candida albicans, Abrus precatorius
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.