Intercultural marriages have an actual percentage increase in different countries over time.One of the things that should be observed in intercultural marriage is that in married couples in the same culture, we will discover the uniqueness of individual personality traits that become one of the determinants for individuals in adapting to marital relationships, whereas in intercultural marriage relationships, there are many differences in cultural values brought by both individuals from birth and on the one hand it is possible to contradict so that it can complicate the process of adaptation in marriage and increase the likelihood of conflict during the marriage from time to time. From literature review, the emergence of conflict due to cultural differences can lead to marital disatisfaction that can lead to the intention and decision to divorce. In view of the growing intercultural marriage trends in many countries over time, this paper will specifically review the potential for conflict due to cultural differences in intercultural marriages, and will also address individual aspects of cultural differences as a triggering factor conflicts in intercultural marriages, and conflict management models that will be determinants of intercultural marriage achievement to provide a discourse on how to manage conflicts appropriately so that intercultural partners can sustain their marriage well into the elderly. In general, the use of integrating and compromising models in managing conflict will maintain a harmonious relationship that supports the achievement of marital satisfaction in intercultural couples.
Maraknya pemberitaan di media cetak ataupun media sosial mengenai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan pemberitaan yang seksis menimbulkan stigma negatif pada masyarakat dengan tujuan untuk menarik perhatian pembaca. Seringkali pemberitaan menimbulkan kesan buruk sehingga menyebabkan adanya kekeliruan pemberitaan. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengedukasi para penulis untuk memperbaiki pengetahuan dan persepsi terhadap pemberitaan mengenai ODGJ dan pemberitaan seksis agar pemberitaan lebih adil gender. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2021 dengan jumlah peserta sebanyak 48 orang terdiri dari para penulis dan pekerja media melalui zoom meet. Berdasarkan hasil evaluasi yang dikirimkan melalui gform sebanyak 66,7% peserta mengatakan puas dengan pelaksanaan kegiatan, 33,3% mengatakan cukup puas. 83,3% peserta mengatakan kegiatannya informatif dan menarik. Adapun kendala yang menjadi kritik dari peserta terhadap kegiatan adalah kurangnya penguasaaan kegiatan oleh moderator, pelaksanaan kegiatan tidak tepat waktu dan masalah sinyal yang terhambat.
Setiap pasangan pada dasarnya pasti memiliki harapan yang positif dan ideal akan kehidupan perkawinannya. Namun, dalam perjalanan hubungan perkawinan, pasangan akan menghadapi berbagai konflik dalam perkawinan yang kemudian dapat menurunkan tingkat kepuasan perkawinan. Penurunan tingkat kepuasan perkawinan dimungkinkan dapat mengakibatkan keinginan atau keputusan untuk bercerai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi gambaran kepuasan perkawinan pada pasangan yang memiliki riwayat perselingkuhan dan KDRT. Penelitian ini melibatkan sepasang suami-istri yang memiliki riwayat konflik yang berujung pada keinginan untuk bercerai, yaitu perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Adapun metode pengambilan data pada penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi partisipan, dokumentasi media sosial dan skala self-report. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai pemenuhan aspek kepuasan perkawinan seiring berjalannya waktu dalam masa pemulihan dapat mendukung terciptanya harmonisasi dalam hubungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi gambaran subjective well-being pada mantan biarawan/biarawati Katolik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini melibatkan tiga orang yang telah berstatus sebagai mantan biarawan/biarawati Katolik selama lebih dari satu tahun. Sebelum penelitian dilakukan, masing-masing informan diberikan informed consent sebagai persetujuan tertulis untuk terlibat dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam semi-terstruktur yang ditranskripsikan dalam bentuk verbatim wawancara, dikategorisasikan, dan dianalisis sesuai dengan tema-tema yang muncul dari data. Hasil penelitian ini menemukan bahwa aspek kepuasan hidup diperoleh dari faktor tujuan dan faktor pemenuhan kebutuhan hidup. Aspek emosi positif diperoleh dari faktor dukungan sosial, kepribadian dan religiositas, sedangkan minimalisasi emosi negatif dipengaruhi oleh faktor adaptasi dan strategi koping. Terpenuhinya berbagai faktor tersebut dapat membantu mereka dalam mencapai kebahagiaan meski telah menjalani kehidupan di luar biara. Kata kunci: Subjective well-being, mantan biarawan/biarawati Katolik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.