ABSTRAKCamplong terletak di Kabupaten Kupang dan memiliki hutan wisata yang dikenal dengan nama Taman Wisata Alam Camplong yang berada di hutan Camplong, Desa Camplong, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang. Untuk mengetahui kadar pencemaran udara di daerah ini maka akan diamati perkembangan dan jenis Lumut Kerak (lichen). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan teknik survei. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, dilanjutkan dengan identifikasi spesimen secara morfologi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membuat 15 plot dari tiga stasiun. Tiap stasiun yang dibuat memiliki jarak 50 meter dihitung dari jalan menuju masing masing plot pengamatan dengan ukuran masing-masing plot sama yaitu 10x10 meter. Analisis data dilakukan dengan membagikan data berdasarkan kategorinya yakni Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener, Indeks Kemerataan, dan Indeks Kelimpahan Lumut Kerak. Dari hasil penelitian didapatkan tujuh jenis lichen dengan nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener 0,72, Indeks Kemerataan 0,85, dan Indeks Kelimpahan Lumut kerak tertinggi 30,8.
Sekelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia adalah coronavirus disease (Covid-19). Beberapa jenis covid-19 mampu menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan manusia melalui batuk pilek seperti SARS dan MERS. Penyebaran Covid-19 semakin luas sehingga saat ini oleh WHO dinyatakan sebagai Pandemi dunia. Peningkatan jumlah penderita dapat disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap perilaku hidup sehat. Pelatihan ini dilakukan agar masyarakat desa kuanheum dapat mengetahui dan mampu mencegah penyebaran Covid-19. Kegiatan ini menggunakan metode pendidikan masyarakat berupa sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat. Pelaksanaan kegiatan berjalan aktif dan antusias, dihadiri oleh 29 orang perwakilan masyarakat terutama pemuda-pemudi, ibu rumah tangga dan perangkat desa. Pelatihan pembuatan cairan disinfektan menggunakan bahan-bahan rumah tangga yang mudah diperoleh dan murah harganya. Kegiatan dilakukan melalui 3 tahapan: 1) survei lokasi; 2) pelaksanaan dilakukan di GMIT Horeb, Kuaheum; 3) evaluasi oleh tim PkM. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terlihat bahwa dari 29 orang yang memberikan respon balik kegiatan untuk pemahaman pembuatan cairan desinfektan sebelum diberikan materi pelatihan (P1) berada pada kategori cukup (28.6%) dan sangat baik (61.9%). Kegiatan ini memberikan dampak positif bagi pemahaman dan keterampilan jemaat Horeb Kuanheum tentang pencegahan penyebaran Covid-19. Kata kunci: Desinfektan, latihan, Responden, Sosialisasi, Virus.
Taman Hutan Raya (Tahura) Prof. Ir. Herman Johannes merupakan kawasan hutan yang dilindungi oleh pemerintah yang terletak di wilayah administrasi Pemerintahan Kabupaten Kupang tepatnya berada diantara 2 (dua) wilayah Kecamatan yakni Kecamatan Amarasi dan Kecamatan Amarasi Selatan. Rotan merupakan jenis palem memanjat yang termasuk dalam family Palmae yang memiliki nilai komersial yang tinggi. Rotan digunakan oleh masyarakat sebagai bahan anyaman, pembuatan kursi, tali sebagai bahan pengikat dan lain sebagainya. Mengingat pengetahuan akan jenis rotan yang ada di Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Prof. Ir Herman Johannes tidak maksimal atau belum teridentifikasi jenis-jenisnya untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis rotan apa saja dan bagaimana pemanfaatannya oleh masyarakat di Taman Hutan Raya (Tahura) Prof. Ir. Herman Johannes. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kombinasi teknik garis transek (line transect) dengan teknik sampling kuadran. Analisis data meliputi jenis rotan dimana data yang diperoleh dianalisis untuk menetukan kerapatan, frekuensi dan dominasi. Sedangkan analisis pemanfaatan rotan dilakukan dengan Index of Cultural Significance (ICS) atau indeks kepentingan budaya. Dari hasil penelitian didapatkan dua spesies rotan yaitu Rotan Balukbuk (Calamus burkianus Becc) dengan nilai kerapatan 0,008 Ind/Ha, frekuensi 0,18, dominasi 0,034 mm/Ha, dan nilai ICS 7, sedangkan Rotan Samare (Plectocomiopsis mira J.Dransf) memiliki nilai kerapatan 0,024 Ind/Ha, frekuensi 0,68, dominasi 0,002 mm/Ha, dan nilai ICS 8,5.
Taman Wiasata Alam Baumata (TWA) adalah salah satu tempat wisata alam yang berada di Desa Baumata Kecamatan Taebenu terletak 16 Km dari Kota Kupang, TWA Baumata adalah hutan hujan tropik dataran rendah dengan berbagai macam flora dan fauna. Herba adalah tumbuhan pendek dengan tinggi 0,3-2meter dan berbatang basah karena banyak mengandung air. Herba juga merupakan tumbuhan tidak berkayu yang tersebar dalam bentuk kelompok individu atau soliter pada berbagai kondisi habitat seperti tanah yang lembab atau berair, tanah yang kering, batu-batuan dan habitat dengan naungan yang rapat. Metode yang di pakai dalam penelitian ini adalah metode kombinasi transek bergaris dan metode kuadran di pilihnya 4 stasiun dalam penelitian ini yaitu stasiun didekat mata air, stasiun rerumputan/semak, stasiun tegakan pohon dan stasiun bebatuan yang di angap mampu untuk mewakili lokasi penelitian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Taman Wisata Alam Baumata, desa Baumata kecamatan Taebenu, terdapat 7 famili dan8 spesies tanaman Herba yaitu famili Asteraceae yang terdiri dari spesies Syenedrella nodiflora L, Bindes pilosa L sedangkan famili lainya hanya memiliki 1 spesies yaitu famili Amaranthaceae yaituAmaranthus viridis L, famili Portulaceae yaitu Portulaca oleraceae L, famili Euphorbiaceae yaitu Euphorbia hirta L, famili polypodiaceae yaitu Pityrograma colemelanus L, famili Costaceae yaitu Costus spesiosus Smith, dan famili Araceae yaitu Homalomena occulta L, Amarathus viridis L, Portulaca oleraceae L, Euphorbia hirta L, Pityrogramma colemelanus L,Syenedrella nodiflora L, Costus spesiosus Smith, Bindens pilosaL,Homalomena occultaL, dengantotalsemua individuberjumlah 329 Individu. Dengan nilai indeks keanekaragaman yang diperoleh pada semua stasiun adalah keanekragaman sedang.
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis mikrofungi dan keanekaragaman jenis mikrofungi yang terdapat pada Taman Wisata Alam (TWA) Baumata. Pada penelitian ini mengunakan metode observasi langsung dan Direct metoch . Penelitian dilakukan di TWA Baumata dan proses isolasi dan identifikasi mikrofungi tanah pada laboratorium biologi Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang dan laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang dari bulan November 2017 sampai dengan bulan April 2018. Mikrofungi yang teridentifikasi dibedakan jenisnya kemudian di hitung indeks keanekaragamannya. Hasil menunjukkan bahwa ditemukan 5 jenis mikrofungi tanah yang terdapat pada TWA Baumata yakni Mikrofungi Aspergilus terreus, Aspergilus flavus, Aspergilus niger, Penicillium sp., Thamnidium elegans. Tahapan yang dilalui untuk mendapatkan kelima jenis mikrofungi tanah ini adalah melalui tahapan isolasi, pemurnian dan identifikasi. Dengan menggunakan rumus shannon wiener hasil analisis memperlihatkan bahwa tingkat keanekaragam mikrofungi pada TWA Baumata tergolong sedang dengan nilai indeks keanekaragaman (H’) = 1.2691. Hasil Analisis ini menunjukkan bahwa kondisi tanah TWA Baumata memiliki produktivitas cukup, tekanan ekologi sedang dan kondisi ekosistem yang cukup seimbang. Kata kunci: Keanekaragaman, Mikrofungi Tanah, dan Taman Wisata Alam Baumata. Abstract The research to purpose determine the types of microfungi and the diversity of microfungi found in Baumata Natural Tourism Park (TWA). In the reaseaech using direct observation methods and direct metoch. The research was conducted in Baumata TWA and the process of isolation and identification of soil microfungi in the biology laboratory of the Biology Education Study Program at the Arta Wacana Kupang Christian University and the Plant Disease Laboratory of the Faculty of Agriculture, Nusa Cendana Kupang, from November 2017 to April 2018. The identified microfungi are of different types and then count the diversity index The results showed that there were found 5 types of soil microfungi found in Baumata TWA is Microfungi of Aspergilus terreus, Aspergilus flavus, Aspergilus niger, Penicillium sp., Thamnidium elegans. The stages that are passed to get these five types of microfungi are through the stages of isolation, purification and identification. By using the shannon wiener formula the results of the analysis show that the diversity of microfungi in Baumata TWA is classified as moderate with a diversity index (H ') = 1.2691. The results of this analysis indicate that Baumata TWA soil conditions have sufficient productivity, moderate ecological pressure and fairly balanced ecosystem conditions. Keywords: Diversity, Soil Microfungi, and Natural Park Baumata
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.