Background: Chemotherapy is worldwide used nowadays, and its toxicity still remain a problemespecially toxicity to the ear (ototoxicity). Cisplatin (cis-diamminedichloroplatinum) is one of themost commonly used chemotherapy and highly potent in treating epithelial malignancies. Ototoxicitycaused by cisplatin is irreversible, progressive, bilateral, sensorineural hearing loss especially on highfrequency (4-8 KHz) accompanied by tinnitus. Purpose: To observe the cochlear outer hair cells damagein malignancies patients treated with cisplatin. Methods: This study is an observational analytic studywith prospective design to determine the influence of high dose cisplatin on cochlear outer hair cellsfunction. The research was carried out at the ENT-HNS Department, Hasan Sadikin General HospitalBandung, from November 2007 until June 2008. Audiometry, tympanometry, and distortion productotoacoustic emission (DPOAE) examinations were conducted before chemotherapy and DPOAE, andtimpanometry was again measured three days after first and second cycles of cisplatin administration. McNemar test was performed to calculate the effects of high-dose cisplatin to the cochlear outer haircells function. To compare pre and post-cisplatin on alteration of cochlear hair cells function, Wilcoxontest was used. Results: In this study 60 ears from 30 subjects that meet the inclusion criteria, consistedof 25 man (83.3%) and 5 women (16.7%). The prevalence of damaged cochlear outer hair cells were63% at first cycle and 70% at second cycle of cisplatin administration. The decline of cochlear outerhair cells function was significant (p<0.001). Conclusion: High-dose cisplatin decreases cochlear outerhair cells function in patients with malignant neoplasm. Abstrak : Latar belakang: Kemoterapi sekarang rutin digunakan secara klinis di seluruh dunia. Sejalan denganhal tersebut toksisitas kemoterapi, khususnya terhadap telinga saat ini menjadi perhatian. Sisplatin(cis-diamminedichloroplatinum) adalah salah satu obat kemoterapi yang paling banyak digunakandan paling manjur untuk terapi keganasan epitelial. Efek ototoksik sisplatin yaitu terjadi gangguandengar sensorineural yang irreversible, progresif, bilateral pada frekuensi tinggi (4-8 kHz), dan disertaidengan tinitus. Tujuan: Untuk menilai penurunan fungsi sel rambut luar koklea pada penderita tumorganas sesudah pemberian sisplatin dosis tinggi dengan menggunakan DPOAE. Metode: Studi analitikobservasional dengan rancangan prospektif di Bagian IK. THT-KL RS. Hasan Sadikin Bandung mulaibulan November 2007 sampai dengan Juni 2008. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan audiometrinada murni, timpanometri, dan distortion product otoacoustic emission (DPOAE) prakemoterapi, kemudianDPOAE dan timpanometri diulang tiga hari sesudah siklus pertama dan kedua kemoterapi sisplatin. Datayang diperoleh diuji dengan uji McNemar dan uji Wilcoxon. Hasil: Dari penelitian didapat 60 telingadari 30 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi yang terdiri dari 25 laki-laki (83,3%) dan 5perempuan (16,7%). Insidens penurunan fungsi sel rambut luar koklea sebesar 63% (38 kasus) sesudahsiklus pertama dan 70% (42 kasus) sesudah siklus kedua. Hubungan penurunan fungsi sel rambut luarkoklea memberikan nilai yang sangat bermakna sejak pemberian siklus pertama (p<0,001). Kesimpulan:Pemberian sisplatin dosis tinggi pada penderita tumor ganas menyebabkan penurunan fungsi sel rambutluar koklea.Kata kunci: kemoterapi, sisplatin dosis tinggi, sel rambut luar koklea.
Adenoid merupakan bagian dari cincin Waldeyer yang terletak di dinding posterosuperior nasofaring. Hipertrofi adenoid dapat menyumbat orifisium tuba eustachius di nasofaring sehingga terjadi otitis media. Adenoidektomi dilakukan pada pasien dengan gejala hipertrofi adenoid. Tindakan ini dapat menyebabkan gangguan fungsi tuba pada pasien apabila adenotom mengenai orifisium tuba eustasius. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran fungsi tuba sebelum dan sesudah adenoidektomi pada pasien tonsiloadenoiditis kronis hipertrofi dengan menggunakan timpanometri di Poliklinik THT RS Dustira Cimahi. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analisis observasional dengan desain potong lintang (cross sectional). Pasien tonsiloadeniditis kronis dilakukan pemeriksaan timpanometri sebelum dan satu minggu sesudah dilakukan adenoidektomi. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik THT RS Dustira Cimahi pada bulan Maret 2020-Januari 2021. Jumlah sampel yang masuk kriteria penelitian didapatkan sebanyak 10 pasien tonsiloadenoiditis kronis. Karakteristik subjek penelitian didapatkan rerata pada usia 8 tahun dan jenis kelamin perempuan. Gambaran timpanogram pada pasien tonsiloadenoiditis kronis sebelum dilakukan adenoidektomi didapatkan 80% hasil timpanogram tipe A. Gambaran timpanogram sesudah dilakukan adenoidektomi didapatkan 60% mengalami perubahan fungsi tuba eustachius dengan gambaran tipe B dan C. Kesimpulan pada penelitian ini adalah gambaran fungsi tuba sebelum adenoidektomi sebagian besar memiliki fungsi tuba yang normal dan sesudah adenoidektomi sebagian besar mengalami disfungsi tuba eustachius. Hal ini dapat terjadi karena adanya pertumbuhan kembali adenoid atau jaringan limfoid sekitar tuba, dan perlukaan orifisium tuba eustasius akibat tindakan kuretase.
Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAB), dan akibat paparan Personal Listening Devices (PLDs) di kalangan remaja merupakan isu serius yang perlu mendapat perhatian, mengingat dampaknya pada populasi remaja. Gangguan pendengaran pada anak, dan remaja memiliki efek yang akan membuat gangguan proses mendengar yang mengganggu proses belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan PLDs, meliputi jenis PLDs, jenis musik, mulai menggunakan, dan lama penggunaan PLDs dalam sehari serta gambaran audiogram pada pelajar SMPN 3 Cimahi. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan desain potong lintang. Dilakukan wawancara dan pemeriksaan audiometri pada 150 orang pelajar berusia 13-14 tahun, 120 orang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 90% pelajar memakai PLDs jenis telepon genggam, 50% pelajar sudah menggunakan PLDs selama 3-4 tahun, lama menggunakan PLDs terbanyak 1 sampai <2 jam/hari (26%), 54% pelajar menggunakan PLDs setiap hari, dan sebanyak 71% pelajar mendengarkan musik pop. Pada gambaran audiogram didapatkan 4,2% (5 orang pelajar) memberikan gambaran Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAB). Kesimpulan pada penelitian ini yaitu telepon genggam (hand phone) merupakan PLDs terbanyak yang digunakan dan sudah terdapatnya gangguan dengar akibat bising pada pelajar SMPN 3 Cimahi yang menggunakan PLDs.
Gangguan pendengaran pada remaja merupakan isu yang saat ini sedang banyak mendapat perhatian. Gangguan dengar pada anak dan remaja memiliki efek yang lebih serius yang akan menyebabkan gangguan belajar dan menurunnya kemampuan proses belajar. Efek bising akibat penggunaan Personal Listening Devices (PLDs) selain menimbulkan gangguan auditorik juga menimbulkan gangguan non auditorik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek auditorik dan non auditorik pada pelajar pengguna PLDs di SMKN I Cimahi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dilakukan pengisian kuesioner, pemeriksaan otoskopi, dan pemeriksaan Audiometri Nada Murni pada 117 pelajar SMKN I Cimahi. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 9,5% memiliki keluhan telinga berdenging, 14,7% memiliki gangguan cemas/cepat lelah, 14,7% memiliki gangguan sulit tidur, sebanyak 12,9% memiliki ganguan konsentrasi/sulit fokus, sebanyak 4,3% mengeluh berdebar-debar saat/sesudah menggunakan PLDs, dan 12,9% mengeluh mual/sakit kepala. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat gangguan auditorik dan non auditorik pada pelajar SMKN I Cimahi yang menggunakan PLDs
COVID-19 is a respiratory disease that has currently become a pandemic in the world. West Java is one of the provinces with the most cases of COVID-19 in Indonesia. Health workers including young doctors are a group that has a very high risk of getting infected with COVID- 19. The purpose of this study was to determine the characteristics of health protocols and COVID-19 cases in young doctors at Faculty of Medicine, General Achmad Yani University (FK UNJANI) who were fully vaccinated against COVID-19. This study was designed as a descriptive study with a cross-sectional approach. The characteristics assesses in this study were: age, gender, and a confirmed history of COVID-19. Data was collected in June 2021- September 2022 using google form to fill out a questionnaire. The questionnaire was filled out by 105 eligible respondents. Respondents have received at least 2 doses of the COVID-19 vaccine and are aged between 22-23 years. The characteristics of respondents were 71 females (68.57%) and 33 males (31.43%). A total of 78.1% had confirmed COVID-19 and 21.9% had never been infected. A total of 52,4% respondents had good health protocols and 47.6% had poor health protocols.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.