Regurgitation occurs frequently in Indonesian infants, and is a frequent cause of concern to mothers.
Latar belakang. Program pengobatan rehidrasi oral telah berhasil mengontrol kematian akibat diare akut.Sekitar 3%-20% kasus diare akut pada anak akan berkembang menjadi diare persisten. Kematian akibatdiare persisten cukup tinggi ± 65% dari seluruh kematian akibat diare.Tujuan. Menentukan faktor risiko terjadinya diare persisten dan mengukur besar pengaruh tiap faktorrisiko tersebut terhadap terjadinya diare persisten pada anak yang dirawat di ruang rawat inap bagian anakRS Dr. Cipto Mangukusumo Jakarta.Metode. Rancang penelitian retrospektif, kasus-kontrol. Data penelitian diperoleh dari catatan medikpasien, semua pasien (54 pasien) diare persisten yang dirawat mulai 1 Januari 2004-30 Juni 2007 yangmemenuhi kriteria inklusi dipilih sebagai kasus dan 108 pasien diare akut dipilih secara consecutive samplingsebagai kontrol.Hasil. Pada analisis univariat didapatkan perbedaan bermakna antara 54 pasien dengan diare persisten(kasus) dan 108 pasien dengan diare akut (kontrol) dalam hubungan melanjutnya diare akut menjadi diarepersisten pada faktor risiko: pemberian antibiotik (p=0,042, RO :1,984, IK : 0,021-3,854), anemia (p=0,005,RO :2,568, IK : 1,313-5,024 ) dan malnutrisi (p= 0,001, RO : 10,974, IK :3,442-34,814). Pada regresilogistik multivariat, dua faktor risiko memperlihatkan hubungan yang bermakna yaitu anemia (p=0,025,RO :2,374, IK : 1,117-5,047) dan malnutrisi (p= 0,001, RO : 12,621, IK :3,580-44,814).Kesimpulan. Anemia dan malnutrisi pada diare akut merupakan faktor risiko untuk melanjutnya diare akutmenjadi diare persisten.
Background Lactose intolerance is the most common disorder ofintestinal carbohydrate digestion. Probiotic that contains the cor-rect strain in appropriate amount can be used as an alternativedietary for lactose intolerance patients.Objective This study was designed to describe the role of probioticin relieving lactose intolerance symptoms in children consumedfull-cream milk.Methods This study was a clinical trial. Inclusion criteria was chil-dren aged 12-14 years old, had a good nutrition and health status,with positive breath hydrogen test (BHT) result and lactose intoler-ance symptom(s), and their parents gave consent. Forty-two chil-dren were included. All subjects consumed one glass (200 ml) offull-cream milk twice a day for 21 days and recorded intolerancesymptoms. Probiotic was added from 8 th to 21 st day in their milk,and responses of treatment were evaluated by scoring system(based on borborigmic, flatulence, abdominal bloating, nausea andvomiting, abdominal pain, and diarrhea symptoms). At the end ofstudy they were undergone second BHT examination.Results There were decreasing mean score rates at 7 th day (pre)13.8 (SD 5.5) compared with 7.5 (SD 3.5) at 14 th day (after) andwas statistically significant (P<0.001). Mean score rate at 7 th day(pre) 13.8 (SD 5.5) compared with 21 st day (after) was 0.119 (SD0.55) and was statistically significant (P<0.001). At the end of study,only 2 subjects showed clinical signs of lactose intolerance. Thirty-six subjects had normal BHT result at 21 st day and was statisti-cally significant (P<0.001).Conclusion Two weeks administration of probiotic could relievelactose intolerance symptoms in children consumed full-cream milk
akit perut berulang merupakan masalah yang sering ditemukan pada anak terutama dalam hal pendekatan diagnosis dan tatalaksana. Pada sebagian anak, rasa nyeri dapat timbul setiap hari, sedangkan pada anak yang lain timbul secara episodik. 1Keluhan ini merupakan 5% dari keseluruhan kasus Intoleransi Laktosa pada Anak dengan Nyeri Perut BerulangElizabeth Yohmi,* Aswitha D. Boediarso,** Badriul Hegar, ** Pramita G. Dwipurwantoro,** Agus Firmansyah** Sakit perut berulang (SPB) merupakan masalah yang sering ditemukan pada anak terutama dalam hal pendekatan diagnosis dan tatalaksana. Sebagian besar penyebab SPB adalah gangguan fungsional dan hanya sebagian kecil (10%) yang disebabkan oleh kelainan organik. Intoleransi laktosa dilaporkan merupakan penyebab SPB terbanyak pada anak berusia di atas 5 tahun. Intoleransi laktosa terjadi akibat ketidakmampuan laktase menghidrolisis laktosa yang masuk ke dalam usus halus. Manifestasi klinis yang diperlihatkan sangat bervariasi seperti mual, muntah, sakit perut, kembung, sering flatus dan diare. Berbagai pemeriksaan penunjang dapat digunakan untuk mendiagnosis keadaan intoleransi laktosa. Uji hidrogen napas merupakan alat diagnostik pilihan saat ini, karena bersifat non invasif dan mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi, serta sangat mudah dan aman dilakukan pada anak. Biopsi usus masih merupakan uji diagnostik baku emas untuk mengukur aktivitas laktase. Prevalens intoleransi laktosa di berbagai tempat di dunia sangat beragam. Ras dan pola hidup dalam mengkonsumsi susu/produk susu dilaporkan berperan pada aktivitas laktase. Di Indonesia, prevalens intoleransi laktosa pada anak pernah dilaporkan dengan memperlihatkan peningkatan prevalens sesuai dengan bertambahnya usia, tetapi prevalens intoleransi laktosa pada anak yang menderita SPB belum pernah dilaporkan.Kata kunci: intoleransi laktosa -sakit perut berulang -uji hidrogen napas yang datang ke dokter spesialis anak. Sebagian besar kasus mempunyai masalah dalam pendekatan diagnosis dan tatalaksananya, sehingga seringkali membuat frustasi baik orangtua, dokter, maupun pasiennya sendiri 2 Sebagian besar penyebab SPB adalah gangguan fungsional dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh kelainan organik. Pada laporan terdahulu, hanya sedikit sekali penyebab organik yang diketahui, yaitu sebesar 5-10%, sehingga faktor emosional dan psikogenik sering dianggap sebagai penyebab gejala ini.3 Ada beberapa peneliti yang menganggap bahwa SPB pada anak dipengaruhi oleh faktor makanan.3 Van der Meer, dkk (1992) menemukan intoleransi laktosa sebagai penyebab SPB terbanyak pada anak berusia di atas 5 tahun. 4 Penelitian terbaru menunjukkan bahwa 30-40% anak dengan SPB mempunyai penyebab
Background Recurrent abdominal pain (RAP) is common amongschool-age children. Previous studies found that lactose malab-sorption has an important role in RAP in children. Up to date, dataon the prevalence of lactose malabsorption in children with RAPin Indonesia has not been available.Objective To elicit the prevalence of RAP and lactose malabsorption inchildren with RAP, and to determine associated foods that cause RAPin children with and without lactose malabsorption, the frequency oflactose intolerance during breath hydrogen test (BHT), and also theonset and duration of the symptoms after a lactose load.Methods This was a cross-sectional study conducted on juniorhigh school students who suffered from recurrent abdominal pain.Results Of 1054 students screened, 157 (14.9%) fulfilled the Apley’scriteria for RAP. Of 157, 85 children were enrolled and underwentBHT. Fifty five of them (65%) were girls. Lactose malabsorptionwas found in 68 (80%) subjects. Milk and yogurt were the mostfrequent products that cause symptoms of RAP in our subjectswho mostly (80%) were malabsorber. Lactose intolerance duringBHT was found in 69 (81%) children. Symptoms appeared in 30minutes after lactose ingestion, and the most frequent symptomwas abdominal pain (44%). Lactose intolerance symptoms disap-peared in about 15 hours.Conclusions The prevalence of RAP in children aged 12-14 yearswas 14.9%. The prevalence of lactose malabsorption in childrenwith RAP was 80%. Milk and yogurt were the most frequent productsthat cause symptoms of RAP in our subjects who mostly weremalabsorbers. The frequency of lactose intolerance during BHTwas 81%, and the symptoms lasted within approximately 15 hours
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.