Cu-Zn-Al is one of the prospective shape memory alloys due to its promisingly good shape memory effect (SME), obtainable at a lower price through an easier fabrication process. Several hindrances that lower the SME of the Cu-Zn-Al can be improved by applying modified quenching methods and media. This study comprehensively studied the effects of quenching methods and media on Cu-28Zn- 2.5Al wt.% alloy. The alloy was fabricated by gravity casting and homogenized at 850 °C for 2 h. It was then betatized at 850 °C for 30 minutes and subsequently quenched using two different methods: direct quenching (DQ) and up quenching (UQ) with two different cooling media: water + dry ice (WD) and saltwater + dry ice (SD). Several characterizations to determine the material properties, such as morphology, structure, and hardness, were held, and additional semi-empirical bending tests were also conducted to determine the SME performance. The results showed that all quenched samples consisted of βʹ martensite [M18R] and retained α [A1] after quenching, regardless of the quenching method and cooling media. Upon analysis, the quenching with UQ method in SD media was found to be the most effective quenching process, as the method yields in an alloy with the highest SME performance. The pathway for achieving a high SME performance of Cu-Zn-Al alloy was thoroughly discussed in the article.

No abstract

No abstract

Perkebunan buah salak di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu tumpuan utama perekonomian masyarakat di lereng Gunung Merapi. Namun fakta di lapangan menunjukkan beberapa permasalahan seperti fluktuasi harga buah salak dan karakteristik buahnya yang mudah membusuk, ancaman erupsi Gunung Merapi, serta kurangnya inovasi warga setempat dalam mengoptimalkan potensi buah salak. Oleh karena itu, diperlukan solusi melalui optimalisasi potensi buah salak guna mengurangi dampak permasalahan tersebut melalui inovasi pengolahan biji buah salak menjadi produk dengan wujud seperti kopi dengan teknik yang tepat untuk menghasilkan karakteristik produk yang sesuai kebutuhan pasar. Program pemberdayaan ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan diantaranya yaitu koordinasi dengan ketua kelompok wanita tani, sosialisasi program kepada peserta, persiapan pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan pendampingan, serta evaluasi dan tindak lanjut. Hasil dari program pemberdayaan ini yaitu seluruh peserta pelatihan telah terampil dalam mengelola bahan baku biji buah salak dan memproduksinya menjadi kopi biji salak. Diperlukan adanya program lanjutan untuk mencapai tujuan besarnya yaitu mencakup asas kebermanfaatan bagi para petani dan buruh tani salak sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi, bagi konsumen yang membutuhkan variasi minuman kopi yang rendah kafein, serta bagi pemerintah dalam rangka mendukung ikon daerah yang mendukung sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.