Salah satu pengguna aktif smartphone terbanyak di Indonesia adalah kalangan remaja. Pada masa remaja, mereka memiliki kebutuhan yang untuk memperoleh support, afeksi dan komunikasi yang hangat dengan anggota keluarganya. Namun demikian, beberapa remaja mengalami hambatan untuk mengekspresikan masalahnya karena merasa berjarak dengan anggota keluarganya. Remaja lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan psikologis, emosional dan sosial dengan mengakses media sosial melalui smartphone dengan tujuan memperoleh kenyamanan, ketenangan dan kesenangan hingga menimbulkan kecanduan. Tujuan penelitian ini adalah terciptanya model konseptual yaitu model keberfungsian keluarga dan aspek-aspek yang berkontribusi terhadap kecanduan smartphone pada remaja Jakarta. Rancangan penelitian ini adalah kuantitatif-kausal komparatif dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang disusun berdasarkan teori Family Assesment Device (FAD) dari Epstein, Baldwin & Bishep (1983) dengan 52 item valid dan nilai reliabilitas (α) = 0,950. Sedangkan alat ukur kecanduan smartphone menggunakan teori Smartphone Addiction Scale (SAS) dari Kwon, et.al (2013) dengan 27 item valid denga nilai reliabiltas (α) = 0,908. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh negative yang signifikan Keberfungsian Keluarga Terhadap Kecanduan Smartphone Remaja di Jakarta dengan nilai signifikan (p) sebesar 0,035 (p < 0,05). Keberfungsian Keluarga memiliki kontribusi sebesar 5,1% terhadap munculnya Kecanduan Smartphone. Kecanduan smartphone yang dialami remaja Jakarta lebih banyak dalam bentuk daily-life disturbances. Selain ini, dari data menunjukkan bahwa (61,3%) remaja mengaku bahwa ibu merupakan figur yang dipilih sebagai tempat berkeluh kesah dan mayoritas (70,8%) menyatakan menggunakan smartphone di saat perasaan bosan melanda.
The number of sexual abuse in children as the victims has increased year to year. Technology development is believed as one of the reasons the increasement of sexual abuse. The purpose of this research is to give the knowledge and get a picture that happened to children about sexual abuse by making visual model and share it by active learning method. This study is using quasi experiment method, through training with Active learning method. The respondents are 232 students from 3 elementary school in West Jakarta Indonesia. The measurement data of sexual abuse knowledge with pre and post questionnaire, and peer group discussion. The results showed that many students still in the not knowing the kinds of sexual abuse and or who possibly could be the offender, but few of them already recognized the kind of sexual behavior, either self-experience or from what they saw around them. The active learning method was effective to increase knowledge about the offender and the type of sexual abuse to Elementary School Students in West Jakarta Indonesia, with test results differ to p0, 00.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.