The restoration of water quality needs to be monitored on the rivers in Indonesia. Land occupation and land conversion are the main problems that have an impact on the handling of water quality in the Muara Gembong area. The research location is located in Muara Gembong District, Bekasi Regency, West Java. Water quality testing in this study was carried out directly in the field using in situ digital measuring instruments including pH, air temperature, DO, TDS, Phosphate, Brightness and Salinity. Meanwhile, the TSS and BOD parameters were tested in the laboratory at the Secretariat of the Indonesian Biodiversity Conservation Unit (IBCU). The results of the Pollution Index showed that the research location was divided into 2 groups, namely moderate pollution Beting Outfall, Bungin Outfall and Upstream), light pollution (Middle Stream, Bendera Outfall, Outfall Bloom and Outfall Herons). The results of PCA analysis with a variance value of 40.8% showed that the location of the study was holistic by BOD value, phosphate content and salinity as environmental parameters that determined environmental conditions.
Tekanan lingkungan yang disebabkan dari okupasi lahan, alih fungsi lahan, dan tingginya laju abrasi telah dialami oleh Hutan Mangrove Muara Gembong selama bertahun-tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi data awal tentang struktur dan komposisi vegetasi mangrove dan gastropoda mangrove serta hubungan keduanya terhadap kondisi lingkungan yang diteliti di garis pantai Desa Pantai Bahagia sebagai landasan evaluasi perubahan yang terjadi pada ekosistem mangrove. Penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling. Stasiun penelitian ini dikelompokan menjadi area reforestasi (Stasiun A), area alami tanpa tekanan dan alami dengan tekanan wisata (Stasiun B), serta stasiun reforestasi moderat alami (Stasiun C). Hasil pengamatan di lapangan, terdapat 4 spesies vegetasi mangrove pada area garis pantai penahan abrasi gelombang laut di Pantai Bahagia. Vegetasi tersebut meliputi Avicennia officinalis, Avicennia marina, Rhizopora apiculata, dan Rhizopora mucronata. Hasil pengamatan gastropoda, terdapat 14 spesies gastropoda yang termasuk dalam famili Potamididae, Ellobiidae, Neritidae, Littorinidae, dan Pupinidae. Stasiun dengan diversitas tertinggi ada pada stasiun area alami tanpa tekanan (Substasiun B1), dan indeks dominansi tertinggi ada pada substasiun A2. Distribusi gastropoda menunjukan distribusi mengelompok kecuali substasiun C2 yang merata. Berdasarkan hasil distribusi, lokasi penelitian ini menunjukan lingkungan mengalami degradasi lingkungan. Nilai eigen dan korelasi dari ordinasi CCA menunjukan bahwa pH, kerapatan basal mangrove, tutupan kanopi, jenis sedimen, dan TDS adalah variabel yang secara holistik berkontribusi terhadap komunitas gastropoda secara berurutan. Mayoritas takson gastropoda mengelompok di sisi yang sama dengan pH sebagai variabel dengan nilai korelasi linear terbesar, yaitu 62,14%. Selanjutnya, kerapatan basal mangrove berkontribusi secara positif sebesar 34,29% terhadap komunitas gastropoda.
Formasi Tapak merupakan formasi yang diketahui banyak mengalami perubahan lingkungan purba. Penelitian ini dilakukan di Formasi Tapak, Gunung Tugel, Kabupaten Banyumas menggunakan foraminifera bentonik dan nannofosil. Analisis umur relatif menunjukkan umur sampel sekitar pliosen awal, yaitu NN14 hingga tidak lebih muda dari NN15 (4,2 juta tahun yang lalu hingga lebih rendah dari 3,5 juta tahun yang lalu). Dinamika paleoekologi diamati dari kelimpahan dan diversitas mikrofosil mengalami kecenderungan yang menurun dari sampel lama ke sampel yang lebih muda. Perubahan paleoproduktivitas diamati berdasarkan produktivitas primer dan skunder, dimana sampel yang lebih tua cenderung lebih tinggi nialinya dari pada yang lebih muda. Kandungan TOC (Total Organic Carbon) pada sampel yang lebih tua memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan sampel yang lebih muda. Nilai CaCO3 relatif meningkat ke arah yang lebih muda, tetapi pada sampel A21N persentasenya meningkat secara dramatis
Formasi Tapak merupakan formasi yang diketahui banyak mengalami perubahan lingkungan purba. Penelitian ini dilakukan di Formasi Tapak, Gunung Tugel, Kabupaten Banyumas menggunakan foraminifera bentonik dan nannofosil. Analisis umur relatif menunjukkan umur sampel sekitar pliosen awal, yaitu NN14 hingga tidak lebih muda dari NN15 (4,2 juta tahun yang lalu hingga lebih rendah dari 3,5 juta tahun yang lalu). Dinamika paleoekologi diamati dari kelimpahan dan diversitas mikrofosil mengalami kecenderungan yang menurun dari sampel lama ke sampel yang lebih muda. Perubahan paleoproduktivitas diamati berdasarkan produktivitas primer dan skunder, dimana sampel yang lebih tua cenderung lebih tinggi nialinya dari pada yang lebih muda. Kandungan TOC (Total Organic Carbon) pada sampel yang lebih tua memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan sampel yang lebih muda. Nilai CaCO3 relatif meningkat ke arah yang lebih muda, tetapi pada sampel A21N persentasenya meningkat secara dramatis
Tekanan lingkungan yang disebabkan dari okupasi lahan, alih fungsi lahan, dan tingginya laju abrasi telah dialami oleh Hutan Mangrove Muara Gembong selama bertahun-tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi data awal tentang struktur dan komposisi vegetasi mangrove dan gastropoda mangrove serta hubungan keduanya terhadap kondisi lingkungan yang diteliti di garis pantai Desa Pantai Bahagia sebagai landasan evaluasi perubahan yang terjadi pada ekosistem mangrove. Penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling. Stasiun penelitian ini dikelompokan menjadi area reforestasi (Stasiun A), area alami tanpa tekanan dan alami dengan tekanan wisata (Stasiun B), serta stasiun reforestasi moderat alami (Stasiun C). Hasil pengamatan di lapangan, terdapat 4 spesies vegetasi mangrove pada area garis pantai penahan abrasi gelombang laut di Pantai Bahagia. Vegetasi tersebut meliputi Avicennia officinalis, Avicennia marina, Rhizopora apiculata, dan Rhizopora mucronata. Hasil pengamatan gastropoda, terdapat 14 spesies gastropoda yang termasuk dalam famili Potamididae, Ellobiidae, Neritidae, Littorinidae, dan Pupinidae. Stasiun dengan diversitas tertinggi ada pada stasiun area alami tanpa tekanan (Substasiun B1), dan indeks dominansi tertinggi ada pada substasiun A2. Distribusi gastropoda menunjukan distribusi mengelompok kecuali substasiun C2 yang merata. Berdasarkan hasil distribusi, lokasi penelitian ini menunjukan lingkungan mengalami degradasi lingkungan. Nilai eigen dan korelasi dari ordinasi CCA menunjukan bahwa pH, kerapatan basal mangrove, tutupan kanopi, jenis sedimen, dan TDS adalah variabel yang secara holistik berkontribusi terhadap komunitas gastropoda secara berurutan. Mayoritas takson gastropoda mengelompok di sisi yang sama dengan pH sebagai variabel dengan nilai korelasi linear terbesar, yaitu 62,14%. Selanjutnya, kerapatan basal mangrove berkontribusi secara positif sebesar 34,29% terhadap komunitas gastropoda.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.