<p align="center">ABSTRAK</p><p align="center"><strong> </strong></p><p>Uni Eropa merupakan importir kopi terbesar di dunia yang menyerap hampir setengah produksi kopi dunia, dan menjadi pasar global terbesar untuk kopi berbasis keberlanjutan yang bernilai tinggi. Namun sebagai salah satu produsen kopi terbesar dunia yang mengekspor produk kopi ke lebih dari 60 negara, pangsa Indonesia di pasar Uni Eropa masih sangat kecil jika dibandingkan dengan negara produsen kopi lainnya seperti Brazil dan Vietnam. Faktor yang menjadi penyebabnya adalah standar pasar Uni Eropa dikenal sangat tinggi terhadap mutu dan keamanan kopi, bahkan seringkali melebihi standar internasional pada umumnya. Di sisi lain, kemampuan Indonesia untuk memproduksi kopi yang sesuai standar tersebut relatif masih kecil yang diakibatkan oleh produsen kopi yang didominasi oleh petani kecil dengan kapasitas dan kapabilitas yang terbatas untuk memenuhi standar keberlanjutan yang menjadi tuntutan pasar, sehingga perlu upaya khusus untuk meningkatkan pangsa ekspor kopi Indonesia ke wilayah tersebut. Untuk itu, Indonesia membutuhkan beberapa terobosan yang perlu didukung oleh semua pemangku kepentingan di dalam negeri, mulai dari level usahatani hingga strategi ekspor. Pada level usahatani, peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani, kualitas produk dan resiliensi petani perlu diperkuat, khususnya terkait dengan sistem produksi kopi yang berkelanjutan. Untuk meningkatkan ekspor kopi Indonesia di pasar Uni Eropa, langkah utama yang harus dilakukan adalah memperhatikan aspek keberlanjutan. Sedangkan strategi ekspor yang harus dilakukan sesuai dengan prioritasnya adalah: pemilihan saluran distribusi dan penetapan harga produk, pemilihan pedagang dan rekanan dagang, mengoptimalkan peran industri pengolahan dan asosiasi kopi, layanan daring, mengikuti pameran dagang dan pelatihan ekspor yang sering diselenggarakan oleh negara-negara Uni Eropa.</p><p align="center">ABSTRACT</p><p><em> </em></p><p>European Union (EU) is the world's largest coffee importer that takes up more than half of global coffee production, as well as the largest global market for high value and sustainability-based coffee products. However, as one of the main coffee producers which supply coffee products to more than 60 countries, Indonesian share to the EU coffee market was relatively low, compared to other main producing countries (i.e. Brazil and Vietnam). It is caused by the very high and strict standard for coffee quality and safety in EU market which often exceeds the international standards in general. On the other hand, Indonesian coffee production that meet the EU standard relatively low as the result of the domination of small-scale coffee producers in Indonesia which have low capacity and capability in fulfilling the sustainability and export standard so that it needs to reformulate the strategies to expand the Indonesian coffee market in the EU region. Therefore, strategic and action plans are needed and supported by policy makers and stake holders (i.e. on-farm level through increasing productivity, efficiency, quality and farmers resiliency in order to meet the sustainability and export quality standard), the selection of distribution channels and product pricing, the selection of traders and trading partners, empowering specialty roasters, small-scale roasters, coffee associations, online services, as well as coffee trade exhibition and exports training which often organized by European Union countries.</p>
Perkembangan perkebunan kelapa sawit yang cepat dan dalam waktu yang relatif pendek diduga dapat menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya adalah konversi lahan perkebunan non-sawit menjadi perkebunan sawit. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2019, ditujukan untuk menganalisis pengaruh harga minyak sawit dan perkembangan luas area sawit terhadap kinerja perkebunan kelapa. Kinerja perkebunan kelapa diwakili oleh luas area tanaman kelapa dan tingkat produksi kelapa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deret waktu dari tahun 1992 sampai tahun 2016. Model ekonometrik disajikan untuk menghubungkan kinerja perkebunan kelapa sawit dengan faktor yang memengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspansi luas area kelapa sawit tidak berpengaruh negatif terhadap kinerja perkebunan kelapa. Namun perkembangan harga sawit, meskipun secara statistik tidak signifikan, berpengaruh negatif terhadap kinerja perkebunan kelapa. Penurunan kinerja perkebunan kelapa terutama dipengaruhi oleh peningkatan upah perkebunan dan tingkat suku bunga. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa pembangunan perkebunan kelapa dalam arti luas perlu memanfaatkan dengan baik momentum yang ditimbulkan oleh perkembangan perkebunan sawit.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.