Perubahan budaya memerlukan waktu lama dan rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Kebijakan pemerintah untuk melakukan segala kegiatan di rumah saja, dalam memotong rantai penyebaran pandemi covid-19 yang menjadi ujian berat untuk para musisi. Kondisi para musisi tidak jauh dari dua keniscayaan antara dibatalkan atau ditunda pertunjukan musiknya. Namun para musisi tetap survive dengan menyelenggarakan pertunjukan musik secara daring. Beberapa artist mengajak penonton berdonasi untuk masyarakat yang terdampak pandemi covid-19 melalui penyelenggaraan pertunjukan musik daring tersebut. Dampak yang kurang baik dalam perubahan kebudayaan musik yang serba daring ini adalah merubah hal-hal yang bersifat abstrak menjadi kongkret, begitu juga sebaliknya yaitu dari kongkret menjadi abstrak. Membuat para pelaku industri musik, dalam hal ini para pemilik modal dapat dengan mudah menghemat berbagai biaya-biaya proses produksi. Dampak lainnya yaitu membuat apresiator, dalam hal ini manusia, tidak lagi dapat berinteraksi dengan sesama manusia karena lebih banyak menghabiskan waktu nya untuk mengapresiasi pertunjukan musik secara daring.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Musik Gambang Semarang di Kota Semarang dan memperoleh data tentang keberadaan dan perkembangan Musik Gambang Semarang. Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang, tepatnya di Grup Gambang Semarang "Pahat Ethnic". Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan data dikumpulkan melalui proses observasi, wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam grup "Pahat Ethnic", Musik Gambang Semarang masih dikelola dengan baik oleh remaja yang merupakan anggota dari Grup Pahat Ethnic dan masih disukai oleh masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya. Gambang Semarang terus bertahan dan tumbuh dalam hal alat musik, komposisi, pemain dan fungsi mereka.
This study aims to determine the form of Barongan Samin Edan and to find out the values contained in the Barongan Samin Edan performing arts. The method implied in this study is qualitative ethnocoreology approach. The results showed that the form of Barongan Samin Edan is a typical Blora dance that mimics the movements of animals, namely tigers, which are also known in Indonesia as tigers. This study concluded that the movement in Barongan Samin Edan had a special meaning; specifically represent and illustrate the life of the agricultural community in Blora, Indonesia.
Synchronize Festival merupakan festival musik multi-genre tahunan berskala nasional yang mengundang puluhan ribu audiens untuk merayakan keberagaman jenis musik hidup di lima panggung selama tiga hari, tiga malam, menikmati suguhan 100-an pertunjukan terkurasi dari artis-artis terbaik tanah air yang datang dari dekade 1970-an, 1980-an, 1990-an hingga 2000-an. Melihat popularitas Synchronize Festival yang digandrungi oleh penikmat musik lintas genre di Indonesia, maka penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi deskriptif tentang kontribusi yang diberikan Synchronize Festival terhadap pendidikan apresiasi musik lintas genre musik. Hasil penelitan menunjukan bahwa, Synchronize Festival dapat meng-capture industri musik tanah air dan berupaya memfasilitasi seluruh genre musik, termasuk musik-musik yang dianggap “norak”. Salah satu karakter Synchronize Festival yaitu mengundang musik-musik yang kesannya sudah tertinggal kemudian dikenalkan kembali kepada penonton, yang pada akhirnya mengedukasi penonton yang sebelumnya tidak mengetahui menjadi banyak pengetahuan baru yang didapat setelah hadir dalam Synchronize Festival.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh habitus dari selera musik terhadap konsep diri penikmatnya. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batang dengan subjek penikmat musik yang dipilih secara acak. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan tahapan analisis data lapangan, reduksi data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri penikmat musik di Kabupaten Batang dibentuk oleh habitus dari selera musik. Sehingga, membentuk struktur berpikir yang dibenturkan dengan arena yang dimiliki yaitu lingkungan dan teman. Selain itu, beberapa modal memiliki peran dalam membentuk konsep diri. Modal tersebut yaitu 1) modal ekonomi; memiliki penghasilan dari musik, 2) modal sosial; memiliki relasi dan jaringan, 3) modal budaya; memiliki pengetahuan dan referensi musik yang baik, dan 4) modal simbolik; menjadi salah satu panutan dalam bermusik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.