Belowground roles of agroforestry in climate change mitigation (C storage) and adaptation (reduced vulnerability to drought) are less obvious than easy-to-measure aspects aboveground. Documentation on these roles is lacking. We quantified the organic C concentration (Corg) and soil physical properties in a mountainous landscape in Sulawesi (Indonesia) for five land cover types: secondary forest (SF), multistrata cocoa–based agroforestry (CAF) aged 4–5 years (CAF4), 10–12 years (CAF10), 17–34 years (CAF17), and multistrata (mixed fruit and timber) agroforest (MAF45) aged 45–68 years. With four replicate plots per cover type, we measured five pools of C-stock according to IPCC guidelines, soil bulk density (BD), macro porosity (MP), hydraulic conductivity (Ks), and available water capacity of the soil (AWC). The highest C-stock, in SF, was around 320 Mg ha−1, the lowest, 74 Mg ha−1, was in CAF4, with the older agroforestry systems being intermediate with 120 to 150 Mg ha−1. Soil compaction after forest conversion led to increased BD and reduced MP, Ks, and AWC. Older agroforestry partly recovered buffering: AWC per m of rooted soil profile increased by 5.7 mm per unit (g kg−1) increase of Corg. The restored AWC can support about a week’s worth of evapotranspiration without rain, assisting in climate change adaptation.
Tanah merupakan media tumbuh alami yang menyediakan makanan (unsur hara) bagi kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan (tanaman). Tanah yang memenuhi syarat agar pertumbuhan tanaman dapat optimal yang memiliki kandungan unsur hara yang cukup. Kandungan nitrogen pada tanah berbeda-beda tergantung pada karakteristik tanah. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui korelasi kandungan nitrogen (N) dengan nilai spektral, serta mengetahui ketersediaan hara (Kandungan Nitrogen) pada tanah yang dapat mempengaruhi produksi tanaman padi. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan speckrometer sebagai alat optik untuk menghasilkan garis spektrum cahaya dan mengukur panjang gelombang. Hasil pengukuran spektrometer inilah yang digunakan untuk mengidentifikasi kandungan unsur hara pada tanah dimana hanya dengan melihat gelombang pada warna tanah. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kandungan nitrogen pada lahan yang sama tapi cara pemupukan yang berbeda memiliki tingkat perbedaan yang tidak terlalu jauh berbeda. Hubungan kandungan nitrogen dengan nilai reflektansi mengatakan bahwa semakin tinggi kandungan nitrogen pada tanah maka nilai reflektansi semakin rendah begitu pula sebaliknya.
Beras berasal dari padi atau gabah yang dibudidayakan sehingga menjadi bahan pokok makanan seperti sekarang ini. Padi (Oryza sativa L) merupakan aspek paling utama pada pertanian. Produksi padi dapat diketahui setelah masa panen berakhir. Maka itu dibutuhkan suatu informasi untuk mengetahui hasil produksi sebelum masa panen. Pemanfaatan GIS (Geograpichal Information System) atau dikenal sebagai Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat membantu mengelola sumber daya pertanian. Pemanfaatan penginderaan jauh berupa citra fotografik UAV (Unmanned Arial Vehicle) dan citra satelit Landsat 8, kita dapat memantau pertumbuhan tanaman padi serta memperoleh informasi tingkat produksi lahan sawah. Tujuan dari penelitian ini untuk memprediksi tingkat produksi tanaman padi dari hasil citra dan melihat keakuratan klasifikasi terpantau terhadap citra fotografik UAV. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Klasifikasi terpantau pada software, dengan menggunakan data lapangan. Hasil klasifikasi terpantau menunjukkan persentase untuk produksi rendah 22%, produksi sedang 51% dan produksi tinggi 27%. Tingkat kesalahan tertinggi pada klasifikasi tingkat produksi tinggi sebanyak 47,05%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa overall accuracy adalah 73,01%. Hal ini berarti tingkat ketelitian akurasi dapat diterima. Indeks vegetasi yang terbaik dalam pendugaan produksi pada tingkat varietas adalah varietas VARI green.
Salah satu cara untuk memperbaiki struktur tanah adalah dengan penggunaan bahan organik. Penggunaan bahan organik pada lahan petanian menggunakan aplikator memiliki beberapa kelebihan yaitu menghemat tenaga dan mengefisienkan waktu pengerjaan. Aplikator pupuk organik dirancang khusus untuk menyalurkan pupuk organik ke lahan pertanian utamanya di sekitar tanaman baik di antara tanaman ataupun di sela tanaman dengan kedalaman dan dosis tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi dari aplikator pupuk organik pada lahan tanaman hortikultura (melon) dan untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan organik menggunakan aplikator terhadap pertunbuhan tanaman melon dan sifat fisik tanah. Untuk mendapatkan kapasitas lapang aplikator dilakukan pengujian pada lahan pertanian dan pengambilan sampel tanah pada awal penelitian dan setelah panen untuk mengetahui sifat fisik tanah serta dilakukan pengukuran pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil pengujian aplikasi pupuk organik menggunakan aplikator pupuk organik pada lahan tanaman melon diperoleh tingkat aplikasi pupuk organik sebanyak 12 ton/ha, sedangkan kebutuhan tanaman melon sebesar 16 ton/ha sehingga rasio aplikasi pupuk organik terhadap dosis yang diharapkan adalah 3 : 4. Pemberian bahan organik menggunakan aplikator memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman melon serta sifat fisik tanah (kadar air dan bulk density).
Hama dan penyakit merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi setiap usaha pembudidayaan tanaman padi. Adanya serangan hama dan penyakit dapat menjadi faktor terjadinya penurunan hasil tanaman padi. Dengan kemajuan teknologi, petani dapat meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Salah satu intrumen teknologi yang dapat digunakan yaitu spektrometer. Alat ini dapat mengukur spektrum benda berdasarkan cahaya yang terpantulkan dan menghasilkan panjang gelombang. Tujuan penelitian ini untuk mendeteksi tingkat serangan hama dan penyakit tanaman padi dengan alat spectrometer untuk menentukan panjang gelombang yang spesifik dalam penentuan tingkat serangan hamadanpenyakittanaman. Metode yang digunakan adalah menganalisis kondisi tanaman padi yang terserang hama/penyakit, menggunakan alat spektrometer dengan pengolahan data menggunakan software spektrawiz berdasarkan nilai kanal blue, green, red, dan NIR yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh yaitu untuk varietas dengan serangan hama putih memiliki nilai NDVI R2 maksimum yautu 0,968, nilai RVI R2 maksimum yaitu 0,829, dan NDRE R2 maksimum yaitu 0,994. Varietas dengan serangan hama penggerek batang memiliki nilai NDVI R2 maksimum yautu 0,955, nilai RVI R2 maksimum yaitu 0,994, dan NDRE R2 maksimum yaitu 0,829. Varietas tanaman padi yang tidak terserang hama tertentu (hama putih dan hama penggerek batang) memiliki nilai NDVI R2 maksimum yautu 1, nilai RVI R2 maksimum yaitu 0,89, dan NDRE R2 maksimum yaitu 0,997.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.