Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang digemari oleh masyarakat sebagai penyedia protein hewani. Pakan dengan kualitas rendah membuat daya cerna ikan kurang optimal, maka diperlukan peningkatan kualitas nutrisi pakan yang lebih baik. Upaya untuk meningkatkan nilai nutrisi pakan dapat dilakukan dengan menambahkan probiotik pada pakan. Bakteri dalam probiotik mampu menghasilkan beberapa enzim yang akan membantu menghidrolisis pakan menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga akan mempermudah proses pencernaan dan penyerapan dalam tubuh ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan probiotik dalam pakan buatan dan dosis terbaik terhadap efisiensi pemanfaatan pakan, pertumbuhan dan kelulushidupan ikan nila gift (O. niloticus).Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila gift (O. niloticus) dengan panjang rata-rata 3,5±0,01 cm/ekor, bobot rata-rata 0,70±0,008 g/ekor dan padat tebar 1 ekor/l air. Metode penelitian ini dilakukan di laboratorium menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap yaitu 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini: perlakuan A (0 CFU/g pakan); B (probiotik dosis 106 CFU/g pakan); C (probiotik dosis 107 CFU/g pakan) dan D (probiotik dosis 108 CFU/g pakan). Data yang diamati meliputi efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), laju pertumbuhan relatif (RGR), rasio konversi pakan (FCR), rasio efisiensi protein (PER), kelulushidupan (SR) dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan probiotik pada pakan buatan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap EPP, RGR, FCR, PER namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap SR. Dosis probiotik terbaik pada pakan adalah perlakuan D (108 CFU/g pakan) yang mampu menghasilkan EPP dan PER masing-masing sebesar 85,01% dan 2,83% untuk ikan nila gift (O. niloticus). Kualitas air pada media pemeliharaan berada pada kisaran yang sesuai untuk budidaya ikan nila gift (O. niloticus).
The efficacy of hot-water extract of tropical brown seaweed, Sargassum cristaefolium (SCE), supplemented in diets on immune response, stress tolerance, and disease resistance of Litopenaeus vannamei to Vibrio parahaemolyticus was evaluated. Shrimp were fed diets containing graded levels of SCE (0, 250, 500, 750, and 1000 mg/kg). The results showed that shrimp fed all diets containing SCE had significantly higher (P < 0.05) immune response in total hemocyte count (THC), differential hemocyte count (granular and hyaline cells), and phagocytic activity than those of shrimp fed the control diet. Similarly, in low dissolved oxygen stress tolerance test and the challenge test with V. parahaemolyticus, survival rates of shrimp fed all diets containing SCE were significantly higher (P < 0.05) (83-93% in stress test and 27-47% in challenge test) than those of shrimp fed the control diet (77 and 3.3%, respectively). These results suggest that oral administration of SCE at 500 and 750 mg/kg can be effectively used to enhance immune response, stress tolerance, and resistance of white shrimp, L. vannamei, against V. parahaemolyticus infection. These findings also confirm that using dietary SCE as immunostimulant is effective at increasing the nonspecific immune system in penaeid shrimp, L. vannamei.
Pakan alami belum dapat digantikan oleh pakan buatan dalam kegiatan pembenihan. Thalassiosira sp. merupakan salah satu pakan alami sebagai pakan larva udang. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pakan alami fitoplankton adalah mikronutrien. Mikronutrien tidak dapat dimanfaatkan oleh fitoplankton apabila tidak didukung adanya chelator. Chelator berfungsi untuk mensintesa mikronutrien di dalam media kultur agar bisa dimanfaatkan untuk proses metabolisme sel mikroalga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh rasio chelator dan metal pada media walne terhadap pola pertumbuhan dan kandungan protein Thalassiosira sp. Metode penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan 4 ulangan yaitu perlakuan A (tanpa chelator dan metal), perlakuan B (rasio chelator dan metal = 1:1), perlakuan C (rasio chelator dan metal = 2:1), perlakuan D (rasio chelator dan metal = 3:1) dan perlakuan E (rasio chelator dan metal = 4:1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio chelator dan metal berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai kepadatan akhir dan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai waktu lag phase, konstanta pertumbuhan spesifik (SGR) dan puncak populasi. Nilai kepadatan akhir tertinggi pada perlakuan C dengan nilai 50.000 sel/ml. Nilai waktu lag phase, konstanta pertumbuhan spesifik (SGR) dan puncak populasi berturut-turut berkisar antara -2,68 hingga (-2,73) hari, 0,354 hingga 0,362 dan 115.883 hingga 122.500 sel/ml. Kandungan protein tertinggi pada perlakuan C sebesar 52,37%. Perlakuan rasio chelator dan metal 2:1 berpengaruh terhadap pola pertumbuhan dan kandungan nutrisi Thalassiosira sp.Kata kunci: Chelator, metal, pola pertumbuhan, Thalassiosira sp.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.