Latar belakang:Tuberculosis atau dikenal dengan TB Paru merupakan penyakit yang mematikan setelah HIV-AIDS. Penyakit ini menjadi epidemik di dunia. Indonesia merupakan Negara dengan urutan kedua di dunia penderita TB Paru setelah India. Tahun 2016 penderita Tuberculosis mengalami peningkatan dari 9,6 juta menjadi 10,5 juta jiwa. Sementara Palembang merupakan Kota dengan prevalensi Tuberculosis tertinggi di provinsi Sumatera SelatanMetode:Penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, sampel penelitian ini adalah masyarakat yang berobat ke Puskesmas di Kota Palembang. Teknik sampling menggunakan proporsional random sampling. Analisis data menggunakan chi-square dan regresi logistic berganda.Hasil:Analisis statistik secara bivariabel menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin PR 0.65 (0.45 - 0.80), riwayat TB anggota keluarga PR 2.49(1.92 – 3.23),akses informasi PR 2.49(1.92 – 3.23), pencahayaan, kelembapan PR 1.57 (1.10 – 2.23), kondisi atap PR 3.57 (2.38 – 5.34), dinding PR 4.96(2.98 – 8.27), lantai rumah PR 2.46 (1.86 – 3.22), dengan kejadian penyakit Tuberculosis Paru (p<0.05) dan variabel kepadatan hunian secara bivariat PR 0.76(0.58 – 1.01) Sedangkan secara multivariabel menemukan bahwa kepadatan hunian merupa kan variabel yang paling dominan dengan nilai OR 6.42(1.55-26.63).Simpulan:Karakteristik rumah merupakan variabel yang berperan dalam penyebaran penyakit Tuberculosis dan kepadatan hunian merupakan faktor dominan kejadian penyakit tersebut. Surveilens terhadap faktor – faktor risiko lingkungan pada daerah – daerah yang rentan dengan Tuberculosis perlu dilakukan disertai penyuluhan dengan pendekatan keluarga untuk mencegah penyakit Tuberculosis. ABSTRACTTitle: Analysis of Tuberculosis Risk Factors in Slum Area PalembangBackground:Tuberculosis is a fatal disease after HIV-AIDS. This disease becomes epidemic in the world. Indonesia is the second most populous country in the world of pulmonary tuberculosis patients after India. In 2016, Tuberculosis patients increased from 9,6 million to 10,5 million people. While Palembang Patients TB were the highest one in South Sumatra.Methods:This research was analytical descriptive with cross sectional approach.Sample was patients who visited Puskesmas in Palembang. The sampling technique used proportional random sampling. Data was analysed through bivariate analysis by chi-square and multivariate analysis by logistic regression.Results:Bivariable statistical analysis concluded that there were relationship among sex with PR 0.65 (0.45 - 0.80), family history in family with PR 2.49 (1.92 - 3.23), access to information with PR 2.49 (1.92 - 3.23), lighting, humidity with PR 1.57 (1.10 - 2.23 ), roof condition with PR 3.57 (2.38 - 5.34), house wall with PR 4.96 (2.98 - 8.27), home floor PR 2.46 (1.86 - 3.22) with incidence of Tuberculosis Lung disease (p <0.05). occupancy density PR 0.76(0.58 – 1.01) While multivariable found that occupancy density is the most dominant variable with the value of OR 6.42 (1.55-26.63).Conclusion: house Characteristics were variables that took a role in the spread of Tuberculosis disease and living house density was the dominant factor of the incidence of the disease. Surveillance of environmental risk factors in vulnerable areas with Tuberculosis should be accompanied by familial counseling to prevent Tuberculsois disease
Latar Belakang: Kontaminasi bakteri dan virus pada air minum menjadi permasalahan utamapencemaran air di negara sedang berkembang sampai dengan saat ini. Penelitian oleh InstitutePertanian Bogor dan Badan Pengawas Obat dan Makanan menyatakan bahwa sebagian besarproduk air minum dihasilkan oleh DAMIU dinilai belum memenuhi standar industri air minumdalam kemasan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk memperoleh faktor-faktor apa saja yangmempengaruhi adanya kandungan bakteri coliform pada air minum isi ulang yang berasal daridepot air minum isi ulang.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan metodecross sectional. Sampel pada penelitian ini ialah 40 DAMIU yang ada di Kabupaten Ogan Ilir. Datadianalisis secara univariat dan bivariat, serta dilakukan uji laboratorium kandungan bakteri coliformpada sampel air.Hasil penelitian: Berdasarkan pemeriksaan laboratorium ditemukan 13DAMIU (32,5%) yangsampel airnya positif mengandung bakteri koliform. Hasil analisis bivariat diperoleh bahwavariabel izin operasi, alat sterilisasi, sumber air baku, ruang pengisian, kebersihan DAMIU, tempatsampah, pemeriksaan bakteriologis, pakaian kerja, pelatihan penajmah makanan, pengawasanberkala, higiene personal, kebersihan diri dan fasilitas cuci tangan tidak memiliki hubungan yangbermakna dengan kualitas bakteriologis air.Kesimpulan: Higiene dan sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten Ogan Ilirmasih tergolong ke dalam kategori buruk. Sehingga peningkatan pengetahuan dan kesadarankaryawan DAMIU mengenai hygiene sanitasi serta pengawasan dari dinas kesehatan danmemfasilitas pemeriksaan bakteriologis air perlu dilakukan. Keyword: Depot air minum isi ulang, higiene, sanitasi
Latar Belakang : Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Kualitas air bersih menurun akibat tingkah-laku manusia seperti sisa pembuangan pabrik-pabrik kimia/industri, zat-zat detergen, dan asam belerang. Dampak dari terpaparnya air yang mengandung bahan kimia seperti kadmium, besi, dan mangan dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan kronis maupun akut.Metode : Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan teknik purposive sampling. Besar sampel yang diambil sebanyak 100 sampel.Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata kadmium (Cd) 0,277 mg/L, besi (Fe) 0,414 mg/L, dan mangan (Mn) 0,213 mg/L masih memenuhi syarat Permenkes Nomor 32 Tahun 2017. Proporsi responden yang mengalami gangguan kulit sebanyak 45%. Variabel lama pajanan dan status alergi mempunyai hubungan yang bermakna (p value < 0,05), sedangkan variabel konsentrasi Cd, Fe, Mn, jenis kelamin, dan umur tidak mempunyai hubungan yang bermakna (p>0,05) terhadap gangguan kulit.Kesimpulan : Konsentrasi rata-rata Cd, Fe, Mn masih memenuhi syarat Permenkes, tetapi belum memenuhi syarat fisik karena memiliki rasa dan berwarna keruh. Gangguan gatal pada kulit disebabkan lama pajanan terhadap air sungai dan status alergi responden. Perlu dilakukan upaya promotif dan edukasi seperti pembuatan pengolah air sederhana skala rumah tangga kepada masyarakat. ABSTRACTTitle: Analysis of Cadmium, Iron, and Manganese Exposure on Water Cause of Skin Disorders in Desa Ibul Besar Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan IlirBackground : Water is a vital element in human life. The quality of clean water decreases because of human behavior such as waste disposal of chemical / industrial plants, detergent, and sulfuric acid. The impact of exposure from water containing chemicals such as cadmium, iron, and manganese that cause chronic and acute health effects.Methods : This study used cross sectional study design with purposive sampling technique. There are 100 samples.Results : The results showed that the average concentration of cadmium (Cd) 0.277 mg / L, iron (Fe) 0.414 mg / L, and manganese (Mn) 0.213 mg / L still appropriate quality standard from Permenkes Number 32 Year 2017. The proportion of respondents got skin disorders 45%. The variables of exposure and allergic status had significant relationship (p value < 0.05). The concentration variables Cd, Fe, Mn, sex, and age had no significant relationship (p > 0.05) to skin disorders.Conclusion : The average concentrations of Cd, Fe, Mn still appropriate quality standard from Permenkes, but they are not appropriate the physical requirements because they have a taste and muddy. Itchy skin disorders are caused by exposure of river water and allergic status of respondents. It needs promotive and educational efforts such as making simple household water processing to the community.
During the COVID-19 pandemic, social restrictions were imposed in Indonesia, thus making all activities recommended from home, including teaching and learning activities in schools. But in some areas face-to-face learning has begun to be disseminated, so it is necessary to conduct a review to determine school readiness including sanitation facilities, and implementation of health protocols. Sampling was done by simple random sampling consisting of 326 teachers from 56 elementary schools in 10 sub-districts in the city of Palembang. data analysis was univariate, namely maintaining distance, washing hands with soap, and using masks, while the variables for sanitation facilities are facilities for washing hands with soap, waste disposal facilities, waste water disposal facilities, clean water, and toilets. It was found that 38.4% of teachers have not been disciplined in washing their hands with soap, 20.7% have not kept their distance in their activities and 47.2% have not been disciplined in using masks. As many as 55.4% of schools do not have adequate hand washing facilities with soap, around 80% of facilities for garbage disposal and water disposal are not standardized. As many as 21.4% of schools that do not have access to clean water according to standards, and the cleanliness of toilets that are not clean is 37.5%. School readiness must be worth 100% of all aspects to ensure the prevention of the transmission of the COVID-19 virus. The provision of sanitation facilities needs to be carried out by schools to the maximum, so that local government support is needed. Keywords: Sanitation, health protocols, primary school, COVID-19 ABSTRAK Pada masa pandemi COVID-19 pembatasan sosial diberlakukan di Indonesia, sehingga membuat semua kegiatan dianjurkan dari rumah, termasuk kegiatan belajar mengajar di sekolah. Namun di beberapa wilayah mulai disosialisasikan pembelajaran secara tatap muka, sehingga perlu dilakukan peninjauan untuk mengetahui kesiapan sekolah meliputi fasilitas sanitasi dan penerapan protokol kesehatan. Penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling terdiri dari 326 guru dari 56 SD di 10 kecamatan di Kota Palembang. Analisis data secara univariat yaitu menjaga jarak, mencuci tangan menggunakan sabun, dan menggunakan masker, sedangkan variabel fasilitas sanitasi adalah sarana cuci tangan dengan sabun, sarana tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, air bersih, dan toilet. Ditemukan sebanyak 38,4% guru belum disiplin mencuci tangan dengan sabun, 20,7% belum menjaga jarak dalam beraktivitas, dan 47,2% belum disiplin dalam menggunakan masker. Sebanyak 55,4% sekolah belum memiliki sarana cuci tangan pakai sabun yang memadai, sarana tempat pembuangan sampah dan pembuangan air yang belum standar sekitar 80%. Sebanyak 21,4% sekolah yang belum memiliki akses air bersih sesuai standar dan kebersihan toilet yang belum bersih sebesar 37,5%. Kesiapan sekolah harus bernilai 100% dari semua aspek untuk menjamin pencegahan penularan virus COVID-19. Penyediaan fasilitas sanitasi perlu dilakukan sekolah secara maksimal, sehingga diperlukan dukungan pemerintah setempat. Kata kunci: Sanitasi, protokol kesehatan, sekolah dasar, COVID-19
Latar belakang: Anti nyamuk merupakan insektisida yang banyak digunakan di rumah tangga untuk mengendalikan nyamuk. Penanganan yang tidak baik terhadap anti nyamuk dapat membahayakan manusia dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pajanan insektisida anti nyamuk dengan keluhan kesehatan subjektif pada masyarakat di Kecamatan IndralayaMetode: Penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil sebanyak 136 orang pengguna anti nyamuk secara cluster sampling. Variabel bebas penelitian ini adalah umur, Indeks Massa Tubuh, pengetahuan, personal higiene, penggunaan sesuai petunjuk, cara penyimpanan, penggunaan alat pelindung diri, frekuensi pemakaian, dan durasi pemakaian. Pengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuesioner dan observasi menggunakan checklist. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan software, data dianalisis dengan uji statistic Chi-Square dan regresi logistik.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebesar 58,1 % reponden mengalami keluhan kesehatan subjektif yaitu sakit kepala, lelah, pusing, gatal pada mata, penglihatan kabur, hilang selera makan, kejang otot, tremor, sesak nafas, mata berair, keringat berlebihan. Berdasarkan hasil uji Chi-square terdapat hubungan yang signifikan antara umur (p=0,015; RP=0,36; 95% CI=0,158-0,819), durasi pemakaian (p=0,032; RP=2,96; 95% CI=1,099-7,975), tingkat pengetahuan (p=0,000; RP=0,211; 95% CI=0,089-0,499) dengan keluhan kesehatan subjektif.Simpulan: Disimpulkan bahwa durasi pemakaian anti nyamuk dalam sehari menjadi factor risiko dominan untuk terjadinya keluhan kesehatan subjektif pada masyarakat penggunaanti nyamuk di Kecamatan Indralaya Ogan Ilir. ABSTRACTTitle: Subjective Health Complaints In Communities Anti-Mosquito Insecticides User In Indralaya Sub-DistrictBackground: Anti-mosquito is an insecticide that is widely used in households to control mosquitoes. Handling that is not good against mosquitoes can harm humans and the environment. The objective of this study was to analyze the relationship between anti-mosquito insecticide exposure and subjective health complaints in the Indralaya District communityMethods: This studywas an analytical with cross-sectional approach. Samples were taken as many as 136 anti-mosquito users by cluster sampling. The independent variables of this study were age, body mass index, knowledge, personal hygiene,usage according to instruction, use of personal protective equipment, frequency of use, and duration of use. Collecting data was through interviews using questionnaires, and observationsusing a checklist.Processing data was performed using software. Data were analyzed by Chi-square test at 0.05 level of significant.Results: Research result showed that 58,1% respondents experienced subjective health complaints such as headache, fatique, dizziness, itching in the eyes, blurred vision, loss of appetite, muscle spasm, tremors, shortness of breath,watery eye, and excessive sweating. Based on Chi-square test resut there was significant relationship between age (p = 0.015; RP = 0.36; 95% CI = 0.158-0.819), duration of use (p = 0.032; RP = 2.96; 95% CI = 1.099-7.975),knowledge (p = 0,000; RP = 0,211; 95% CI = 0,089-0,499) with subjective health complaintsConclusion: It was concluded that the duration of anti-mosquito use in a day was the dominant risk factor for the occurrence of subjective health complaints on mosquito users in Indralaya Ogan Ilir.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.