Narkotika dan Obat-obatan Terlarang yang disingkat Narkoba menjadi permasalahan yang harus segera ditumpas dan diselesaikan di Indonesia secepat mungkin. Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif disingkat NAPZA merupakan barang terlarang dan berbahaya bagi para pemakainya, barang ini sudah menjadi trend dikalangan generasi muda. Berdasarkan hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) angka penyalahgunaan NAPZA di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 3.419.188 yang berumur 15-64 tahun dan sebuah angka yang fantastis. Hasil akhir dari pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada mitra yang digandeng dalam hal ini pemuda-pemudi yang tergabung dalam wadah Karang Taruna “Taruna Jaya” di Desa Trotok, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten untuk memiliki pengetahuan tentang NAPZA secara komprehensif dan dapat meningkatkan kesadaran pengurus dan anggota Karang Taruna untuk menjahui narkoba. Metode yang digunakan dalam pengabdian kali ini antara lain dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan evaluasi kegiatan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan para peserta setelah mengikuti kegiatan ini. Terdapat peningkatan pengetahuan tantang NAPZA pada Karangtaruna Desa Trotok, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten sebagai upaya dalam pencegahan penyalahgunaan obat-obatan yang dapat merusak kesehatan fisik dan jiwa dan jelas melanggar norma agama dan norma susila
Melon dan cabai adalah komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan sangat diminati oleh masyarakt Indonesia. Kabupaten Klaten khususnya di Kecamatan Wedi termasuk pemasok melon di Pasar Jawa Tengah karena mempunyai luasan panen yang besar dengan rata-rata produksi 72,86 KwHa-1 dengan luasan panen 7 Ha akan tetapi hal ini tidak diimbangi dengan produksi cabai yang tinggi (hanya 3,2 KwHa-1 dengan luasan panen 5 Ha). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan produk hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi yaitu melon dan cabai yang dibudidayakan secara tumpang sari . Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Klaten. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial. Faktor pertama yaitu varietas cabai terdiri dari B1(cabai rawit merah ) dan B2 (cabai merah keriting) dan faktor kedua yaitu varietas melon yang terdiri M1 (melon putih) M2 (melon merah). Tiap perlakuan diulang 3 kali ditambah 4 perlakuan monokultur masing-masing untuk melon dan cabai sebagai kontrol, Data yang didapatkan kemudian dilakukan analisis secara deskriptif. Berdasarkan data pertumbuhan 2 varietas melon dan 2 varietas cabai pada sistem tumpangsari maupun monokultur dapat disimpulkan bahwa melon merah mempunyai kecenderungan respon pertumbuhan yang baik pada sistem tumpangsari dilihat dari indikator tinggi tanaman (97,53 cm), luas daun (1772,67 cm2) serta bobot biomass (68,86 g), untuk tanaman cabai yang memberikan kecenderungan hasil pertumbuhan yang terbaik adalah cabai keriting dengan indikator luas daun (523,97 cm2) serta bobot biomass (10,87 g). Untuk potensi hasil melon terbaik pada sistem tumpangsari cenderung didapatkan pada pola tumpangsari melon merah dan cabai rawit dengan potensi hasil 31,33 kg/petak tanam, sedangkan potensi hasil cabai terbaik didapatkan pada sistem tumpangsari melon putih dan cabai rawit dengan potensi hasil 4,60/petak tanam. Evaluasi tumpangsari dilakukan dengan mengukur nilai LER, AI, CR, dan ESP dengan kesimpulan bahwa sistem tumpangsari melon putih dan cabai rawit merah mempunyai potensi hasil paling baik dibandingkan dengan 3 perlakuan tumpangsari lainnya, yang diindikasikan dari nilai LER sebesar 1,21, Nilai AI cabai rawit sebesar 0,26 (positif) dan nilai ESP sistem pertanaman melon merah dan cabai rawit sebesar 0,62.
This study aims to improve the seed quality in seedling using microorganism-based fertilizer. This study was conducted from July to September 2019 at Boyolali University’s greenhouse. This experiment was an arranged factorial randomized block design with three factors, which are three chili varieties (green, white, and curly chili) and three kinds of organic fertilizers (microalgae, effective microorganisms, and local microorganisms). Then the plants observed five times. Parameters observed are the living plant number, leaves’ number, and plant height. The results show that there was no significant difference in living plant numbers among all the treatments. The significant differences appear in the number of leaves and plant height. The significant difference indicated that the difference influenced by the plant type not because of the application of the fertilizer.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.