Biodiversity knowledge is widely heterogeneous across the Earth's biomes. Some areas, due to their remoteness and difficult access, present large taxonomic knowledge gaps. Mostly located in the tropics, these areas have frequently experienced a fast development of anthropogenic activities during the last decades and are therefore of high conservation concerns. The biodiversity hotspots of Southeast Asia exemplify the stakes faced by tropical countries. While the hotspots of Sundaland (Java, Sumatra, Borneo) and Wallacea (Sulawesi, Moluccas) have long attracted the
Pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati berawal dari pengetahuan tentang ketersediaan sumberdaya, identifikasi, dan sistematika spesies. Banyaknya spesies Turbinidae dengan berbagai bentuk morfologi dan transformasi bentuk menjadikan identifikasi dengan gen COI sangat penting dalam mempercepat pengungkapan identitas spesies. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis pola pertumbuhan dan mengidentifikasi gastopoda Turbinidae dengan pendekatan DNA barcode. Hasil identifikasi berdasarkan karakter morfologi menunjukkan bahwa genus Turbo yang diamati adalah dari spesies Turbo stenogyrus. Analisis pola pertumbuhan menunjukkan bahwa pola pertumbuhan T. stenogyrus adalah allometrik negatif. Amplifikasi DNA dengan gen COI menghasilkan panjang sekuen DNA 650 bp dengan hasil identifikasi sesuai dengan pengamatan morfologi yaitu Turbo stenogyrus. Berdasarkan analisis filogenetik dan jarak genetik, sekuen DNA yang dianalisis membentuk clade yang sama dengan spesies Turbo stenogyrus dengan jarak genetik terdekat 4,2%. Analisis genetik melalui gen COI sangat baik dan memberi kemudahan dalam identifikasi spesies gastropoda.
Ikan tongkol termasuk dalam golongan ikan tuna kecil, dan selalu bergerombol. Jenis ikan tongkol yang ada di Selat Makassar Sulawesi Selatan adalah Euthynnus affinis, Auxis thazard, dan Auxis rochei. Data produksi tahun 1999-2007 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi dan jumlah nelayan untuk melakukan penangkapan ikan tongkol. Permintaan ikan yang meningkat tentu berpengaruh positif bagi peningkatan pendapatan nelayan, namun perlu disadari bahwa peningkatan permintaan sumberdaya tersebut selalu diikuti tekanan untuk melakukan eksploitasi semakin intensif. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui nilai lestari-Maksimum Sustainable Yield (MSY) dan Effort Optimal (Fopt.) ikan tongkol di perairan Selat Makassar Sulawesi Selatan serta mengetahui apakah telah terjadi over fishing atau belum dalam pemanfaatan ikan tongkol. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2010 bertempat di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan dengan cara menganalisis data sekunder tahun 1999 sampai 2007 yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan dengan model Schaefer dan Fox. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa : 1) nilai lestari (MSY) ikan tongkol di Selat Makassar Sulawesi Selatan adalah 4.069,75 ton per tahun dengan penangkapan optimum (Fopt.) 1.666.666,67 trip per tahun. 2) Keberadaan populasi ikan Tongkol di perairan Selat Makassar Sulawesi Selatan telah mengalami over fishing, dimana hasil penangkapan pada tahun 2007 sebesar 6.139.6 ton telah melewati nilai lestari (MSY) ikan tongkol sebesar 4.069,75 ton per tahun.
This study aims to determine the diversity of fish in the River Wanggo District Sota Merauke regency. This research was conducted in May-July 2017. The method used in this research is The method used is survey. Data analysis used are Species Wealth, Diversity Index (H'), Evenness Index (E), Domination Index (D). The results of the study there are 25 species of fish with a total catch of 1,392 tails. The index value of Diversity (H ') and moderate (1.10-1.27) whereas fairness values are high (2.39-2.72) and the spread of each species is evenly distributed. No fish dominates all three stations. Keywords: Ichtiyodiversity; Wanggo River; Merauke.
Merauke district is one of the areas developing still need clearing land required for the expansion of farming land, Plantations and land clearing to a new settlement.Using forward looking method, Clearing land for the benefit of development produce carbon emissions. Carbon emissions 2014 to 2025 of 40.4 million tons CO2-eq with a total emission clean 20.7 tons CO2-eq. While carbon emissions Merauke in 2030 decreased to 37.3 million tons CO2-eq with a total emission clean of 15.4 million tons CO2-eq. To reduce carbon emissions, Merauke do 6 action plan mitigation in unit agricultural planning wetlands and agriculture dry land, production forest, natural heritage land, an absorbing area, mangrove forests and plantation.The carbon emissions reduction in 2030 namely 15.41 % equivalent to 51.5 million tons CO2-eq decline emissions from 6 mitigation action.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.