The study aims to determine the number of mass and antioxidant activity of β-glucan extracted from S.cerevisieae which grown on vegetable and fruit wastes. The method used is experimental with descriptive analysis which consisted of 3 treatments namely banana waste, papaya waste, and napa cabbage waste as fermentation medium, repeated thrice. Fermentation medium was made by mixing waste with water with the ratio of 1:2. Ten percent (w/v) of S.cerevisieae was inoculated and incubated for 48 hours, at 27 ℃. Extraction of β-glucan was carried out using acid-alkaline methods and antioxidant activity was tested by DPPH (2,2-Diphenyl-1-picrylhydrayl) method and the microstructure of β-glucan is determined by Scanning Electrone Microscope. The result showed that the best medium in producing β-glucan was papaya waste which resulting 19.094 g β-glucan mass, with radical scavenging activity of 20.71 % and globular diameter of 533 μm.

Enzim dapat memperbaiki proses fermentasi pada pembuatan roti dan memperbaiki mutu simpannya. Belum banyak diketahui bagaimana pengaruh -amilase dan glukoamilase pada roti yang terbuat dari imbangan pasta ubi jalar ungu dan terigu. Penelitian ini bertujuan mencari seberapa besar aktivitas -amilase dan glukoamilase dari ragi Saccharomycopsis fibuligera yang optimum sehingga dihasilkan roti kompositpasta ubi jalar ungu : terigu (30:70) dengan tekstur empuk dan volume pengembangan sama dengan roti tawar kontrol (100% terigu).Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif. Roti komposit yang dihasilkan dengan tambahan -amilase dan glukoamilase dari ragi S. fibuligerasebesar 50 U/300g tepung menghasilkan volume pengembangan yang masih rendah dibandingkan roti kontrol yaitu 63% dengankadar air 39%, kadar gula pereduksi 4,5% dan kekerasan crumb(remah) 225,52 gf.Roti komposit yang dihasilkan mempunyai volume pengembangan yang masih rendah jika dibandingkan dengan roti control namun memiliki kadar air dan kadar gula reduksi lebih tinggi dari roti control sehingga roti komposit mempunyai tingkat keempukkan hamper sama dengan roti kontrol. PendahuluanPembuatan roti dari terigu dan pasta ubi jalar ungu adalah salah satu usaha untuk mengurangi penggunaan gandum di Indonesia. Penggantian terigu dengan pasta ubi jalar ungu dilakukan karena ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang tinggi. Ubijalarkayaakanpati (6,9-30,7%berdasarkanberatbasah,Tianetal.,1991)

Pada abad ke-21 ini, pewarna alami mulai menjadi hal yang diperhitungkan di negara-negara maju. Hal ini disebabkan pewarna sintetik yang biasanya digunakan mulai ditinggalkan, dalam jangka waktu yang panjang akan mengakumulasi residu dalam tubuh sehingga memberikan efek negatif bagi kesehatan. Pewarna alami ini mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pewarna dan sumber komponen bioaktif. Salah satu sumber pewarna alami ini adalah betalain dari umbi bit merah yang juga memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan warna dan aktivitas antioksidan umbi bit merah dari beberapa pelarut yang digunakan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelarut etanol dengan tambahan asam sitrat (2%), asam askorbat (0,05 M) dan asam tartrat (3%). Tingkat kecerahan dari ekstrak umbi bit merah dari berbagai pelarut rendah karena nilai L* yang diukur menggunakan Chromameter berkisar antara 5,70–6,01. Warna ekstrak umbi bit merah ini cenderung merah dan ada warna kekuningan ditandai dengan nilai a* positif dan b* positif yaitu 4,36–9,02 dan 0,20–2,33. Aktivitas antioksidan yang paling tinggi adalah ekstrak umbi bit merah menggunakan etanol + asam sitrat 2% yang mampu menghambat radikal bebas sebesar 96,65% pada konsentrasi 2000 ppm.

β-glucan is a natural polysaccharide derivative composed of a group of glucose monomers with β-glycoside bonds that can be synthesized intra- or extra-cellular by various microorganisms such as yeasts, bacteria, and moulds. The study aimed to discover the potential of various microorganisms such as Saccharomyces cerevisiae, Aspergillus oryzae, Xanthomonas campestris, and Bacillus natto in producing β-glucan. The experimental method used and the data were analyzed descriptively. The four microorganisms above were cultured under a submerged state in Yeast glucose (YG) broth for 120 h at 30 °C with 200 rpm agitation. During the growth, several parameters were examined including total population by optical density, the pH, and glucose contents of growth media. β-glucan was extracted using acid-alkaline methods from the growth media then the weight was measured. The results showed that S. cerevisiae, A. oryzae X. campestris, and B. natto were prospective for β-glucans production in submerged fermentation up to 120 h. The highest β-glucans yield was shown by B. natto (20.38%) with the β-glucans mass of 1.345 ± 0.08 mg and globular diameter of 600 μm. The highest β-glucan mass was achieved by A. oryzae of 82.5 ± 0.03 mg with the total population in optical density of 0.1246, a final glucose level of 769 ppm, the pH of 6.67, and yield of 13.97% with a globular diameter of 1400 μm.

The use of coloring agent as food additives has received attention. This is due to the frequent abuse of synthetic dyes that are not for food. Beet root are usually used as natural dyes. This is because beet roots, especially the tubers, are rich in betalain pigments. The purpose of this study was to determine secondary metabolites, vitamin C content and antioxidant activity beet root extracts in several regions of Java. Phytochemical test results show that all of beet root extracts positive contain phenolic, tannin, flavonoids and saponins. The content of vitamin C extract of beet roots originating from the regions of Bogor, West Java, Central Java and East Java respectively is 57,1714; 63,6470; 54.9943; and 65.9868 mg/100 g of ingredients. The antioxidant activities all of samples included very weak categories, namely for extracting red beet roots from Bogor 1,276.28 ppm; West Java 1,497.18 ppm; Central Java 1,316.21 ppm; and East Java 1,759.08 ppm.