This research aims to identify alternative areas as the new growth pole and formulate a development strategy in the South West region of Aceh. The methods used are Klassen typology, gravity models, and breaking point. The scope of this research covers 7 (seven) districts and 1 (one) city for the period of 2011 to 2016. The entire district and city are assumed to be an economic unit treated as a parent area for all districts/cities. The results showed that, firstly, there could be 2 (two) growth poles if we divided by coastal areas, namely Nagan Raya District for the west coastal region of Aceh and Southwest Aceh District for the southern coastal region of Aceh. However, Nagan Raya Regency is the alternative choice for the new growth pole in South West region of Aceh. Secondly, the improvement of the agricultural, forestry and fishery sectors as well as the development of human resources in accordance with the needs of the labor market is necessary to be able to develop the new center of economic growth.
Penelitian ini bertujuan untuk; pertama, mendeskripsikan pengembangan komoditas unggulan komparatif pada masing-masing sub sektor sesuai dengan “potensi wilayah” yang ada di wilayah Barat - Selatan Provinsi Aceh; dan kedua, peran pegembangan komoditas unggulan komparatif masing-masing sub sektor (tanaman pangan, perkebunan dan perikanan) dalam mendukung kebijakan distribusi terhadap pemerataan pendapatan bagi masyarakat di wilayah Barat - Selatan Provinsi Aceh (aspek fisik, sosial dan ekonomi). Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode survei yang bersifat diskriptif, pertama adalah metode eksplorasi data sekunder mulai dari kondisi umum komoditas yang ada, sehingga dengan dasar ini akan ditetapkan jenis komoditas unggulan masing-masing sub sektor pada wilayah Barat – Selatan Provinsi Aceh; kedua adalah metode survey dengan teknik random sampling. Hasil analisa ditemukan bahwa; pertama, komoditas unggulan komparatif pada masingmasing sub sektor (pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan) yang sesuai dengan “potensi wilayah” di wilayah Barat – Selatan, berdasarkan aspek biofisik, sosial dan ekonomi adalah Kabupaten Aceh Jaya seperti padi sawah dan nilam, Kabupaten Aceh Barat seperti padi sawah dan karet, Kabupaten Nagan Raya seperti kelapa sawit dan padi sawah, Kabupaten Aceh Barat Daya seperti padi sawah dan kelapa sawit, Kabupaten Aceh Selatan seperti pala dan padi sawah, Kabupaten Aceh Singkil seperti kelapa sawit, karet dan perikanan darat, dan Kabupaten Simeulue seperti padi sawah, karet dan perikanan laut, Kota Subussalam seperti komoditas padi sawah dan kelapa sawit; kedua, komoditas unggulan komparatif berperan dalam menghasilkan jumlah produksi yang optimal karena sesuai dengan kondisi biofisik wilayah, sosial dan ekonomi sehingga berdampak pada pendapatan yang lebih besar dan berperan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.
The Central Region of Aceh including of Bener Meriah, Central Aceh, Gayo Lues and Southeast Aceh districts, are the highland area of Aceh which has the potential to produce various agricultural commodities. However, the development of agricultural patterns in changing land uses has an impact on a sustainable agricultural system. This Agroecological Zone Innovation study aims to identify development priorities for leading agricultural commodities and the suitability of commodities cultivated by farmers with existing land. The results of the study show that the plants are included in the main development priority group, exist in the community, are proposed for development by farmers and are suitable for development based on the analysis of the expert system in Bener Meriah are coffee, tomatoes, avocados and oranges; in Central Aceh does not exist, in Gayo Lues are shallots and red chilies; and in Southeast Aceh is corn. Expert system analysis with agroecological zone input shows that in general the four districts in the Central Region of Aceh are suitable for the development of plantation, paddy and secondary, vegetables and fruits crops where their locations are spread across almost all sub-districts of Aceh Central Region.
kemiringan lahan, curah hujan, dan jenis tanah dalam kawasan Barat – Selatan ini. Metode analisis data selanjutnya menggunakan pendekatan Location Quotient (LQ) Dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh beberapa komoditas unggulan yang memiliki LQ > 1 dan juga LQ < 1. Hal ini menunjukkan terdapat komoditas unggulan yang memiliki kualitas ekspor (LQ > 1) sebagai sektor basis untuk kabupaten tersebut, dan juga sebagai sektor non – basis (LQ < 1) dimana kabupaten tersebut mengimpor dari daerah lainnya. menunjukkan setiap kabupaten memiliki karakteristik tersendiri di dalam penentuan skenario yang optimal. Terdapat komoditas – komoditas unggulan tertentu di suatu kabupaten yang tidak terdapat di kabupaten lainnya.
Peningkatan kebutuhan dan jumlah manusia tidak terpisahkan dari persoalan penggunaan lahan dan beban yang harus dipikul oleh lahan, karena lahan sebagai penyedia kebutuhan manusia, tempat hidup dan beraktivitasnya manusia. Perencanaan tataguna lahan yang baik menjadi sangat penting dilakukan. Wilayah Tengah Aceh merupakan daerah dataran tinggi Aceh yang potensial sebagai penghasil berbagai tanaman pertanian, namun saat ini telah memiliki keterbatasan dalam ketersediaan lahan bagi usaha ekstensifikasi pertanian. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji zona agroekologi lahan bagi pengembangan komoditi pertanian dan preferensi petani terhadap pengembangan pertanian di Wilayah Tengah Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola zona agroekologi lahan dengan kombinasi kelerengan 25–40%, curah hujan < 1.500 mm/tahun dan jenis tanah Entisol seluas 36.963,65 Ha merupakan pola terluas yang diikuti dengan kombinasi kelerengan 15–25 %, curah hujan > 3.000 mm/tahun dan jenis tanah Entisol seluas 28.273,40 Ha. Pola zona agroekologi ini sama pada Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues, akan tetapi pola zona agroekologi lahan di ketiga kabupaten ini berbeda dengan di Kabupaten Aceh Tenggara. Dalam pengembangan pertanian di Wilayah Tengah Aceh petani memiliki berbagai permasalahan yang memerlukan tindakan penyelesaian dari pemerintah sebagai pemangku kebijakan program pengembangan pertanian.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.