ABSTRAKPeningkatan industri pariwisata di Pulau Bali selama bertahun-tahun memiliki dampak yang sangatsignifikan pada keadaan sosial masyarakat Bali.Hal ini dapat dilihat dari perubahan perilaku masyarakat sehari-hari dari masyarakat tradisi menjadi masyarakat dengan nilai-nilai modern yang majemuk. Keinginan untuk mempertahankan kehidupan dan perilaku tradisi tetap ada pada masyarakat dan generasipenerus tradisi di Bali, namun demikian kondisi pariwisata dan tuntutan ekonomi menciptakan situasi yang sulit untuk mempertahankan keaslian tradisi dan budaya Bali. Hal ini tentu akan berdampak pada hasil-hasil budaya masa kini, salah satunya pada ruang arsitektur sebagai perwujudan masyarakatnya.Perubahan wujud ruang, khususnya hunian tradisional masyarakat Bali, terjadi terutama pada wilayah-wilayah yang terkonsentrasi untuk pariwisata, seperti wilayah Ubud.Ubud dalam rencana pengembangan wilayah Pulau Bali merupakan salah satu kawasan strategis pariwisata yang berfungsi sebagai tonggak perekonomian daerah.Perubahan wujud ruang hunian tradisional tersebut biasanya berupa penambahan atau modifikasi fungsi komersial di salah satu bagian hunian.Penelitian ini berfokus pada perubahan fungsi ruang komersial yang terdapat dalam hunian tradisional Bali di Ubud. Dalam arsitektur hunian tradisional Bali yang digunakan secara turun-temurun antar generasi, banyak nilai-nilai tradisi filosofis dan sakral yang harus dipertahankan. Oleh karena itu, permasalahan yang diteliti adalah mengenai benturan yang terjadi antara kebutuhan untuk beradaptasi dengan kontekstualitas sosio-kultural dengan menambah fungsi komersial, dengan kebutuhan untuk mempertahankan nili-nilai tradisi dan kesakralan dalam ruang hunian.Permasalahan dianalisis melalui pengolahan sistem ruang huniankomersial yaitu pada konsep pemintakatan (zoning) konsep orientasi ruang, dan kondisi batas-batas ruang pada objek studi yang diteliti.
Keraton merupakan tempat tinggal bagi raja dan keluarganya pada bangunan diposisi sentral. Menurut Agustina (2013;2014) Keraton dalam pandangan kosmologis merupakan pusat kekuatan gaib yang berpengaruh pada seluruh kehidupan masyarakat.begitu pula dengan susunan keruangan keraton di Jawa mengadaptasi kepada susunan Gunung Mahameru, yaitu ada daerah puncak dengan anak gunungnya. Puncak Gunung adalah bangunan inti yang melambangkan gunung Mahameru. Hirarki ruang ditunjukkan dengan penaikkan lantai dimana ruang yang paling sakral adalah bangunan induk yang merupakan bangunan yang berada di level tertinggi. Pada Keraton Kacirebonan bangunan dengan level tertinggi adalah Bangunan Induk terdapat bangsal Prabayaksa tempat diselenggarakannya acara sakral. Sedangkan bangunan lainnya berada pada level yang lebih rendah. Hasil Observasi awal memperlihatkan adanya pergeseran fungsi ruang dalam pada Keraton Kacirebonan dari fungsi awalnya, beberapa ruang beralih fungsi menjadi area komersil bahkan beberapa ruang tidak difungsikan sebagaimana mestinya. Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan fungsi ruang apa saja dalam Keraton Kacirebonan yang berubah dari wujud tradisionalnya. Harapannya adalah agar fungsi dan nilai tradisi Keraton sebelumnya sebagai simbol budaya dapat dipertahakan serta dilestarikan.
Jurusan Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha JL. Prof. Drg. Surya Sumantri No.65, Bandung, Jawa Barat, 40164, Indonesia ABSTRAKKafe bagi kaum muda masa kini tidak lagi sekedar tempat makan semata namun telah bergeser menjadi tempat bersosialisasi. Suasana kafe dibuat senyaman mungkin bagi mereka untuk bercengkerama melalui penataan cahaya sebagai pendukungnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pilihan responden atas cara distribusi pencahayaan buatan pada kenyamanan bercengkerama pengunjung kafe dengan meminta 60 responden anak muda untuk menentukan suasana pencahayaan kafe ternyaman dari lima pilihan ilustrasi yang didasarkan pada teori ILO (1998) ILO (1998) and Grondzik and Kwok (2010) PENDAHULUANKafe di era modern semakin menjamur di kota-kota besar. Hal ini terjadi karena adanya perubahan gaya hidup di masyarakat perkotaan. Gaya hidup modern dari masyarakat perkotaan telah menjadikan kafe untuk dituntut semakin menarik. Daya tarik sebuah kafe dapat ditentukan sesuai dengan ekspektasi awal dari fungsi kafe tersebut yang tentu saja dapat bermacam-macam, di antaranya adalah untuk bercengkerama.
Karo traditional house is an authentic historical-cultural heritage and still stands tall. The existence of the Karo traditional house does not only function as an ordinary place to live, but has a meaning which is a medium of cultural expression of the people seen in the architecture and interior of this traditional karo house. This research is a study of spatial planning and its functions at this time. The results of the study know the spatial patterns in the traditional house of Siwaluh Jabu and find out what I am experiencing changes in the traditional house layout of Siwaluh Jabu. This has become very important in this research for the development of cultural history in the world of interior design education. AbstrakRumah adat Karo merupakan warisan sejarah-budaya yang otentik serta masih berdiri tegak. Keberadaan rumah adat Karo tidak saja berfungsi sebagai tempat tinggal biasa, namun memiliki makna yang merupakan media ekspresi kebudayaan masyarakatnya terlihat pada bentuk arsitektur dan interior rumah adat karo ini. Penelitian ini merupakan studi tata ruang dan fungsinya pada saat ini. Hasil penelitian mengetahui pola tata ruang pada rumah adat Siwaluh Jabu dan mengetahui apa saya yang menggalami perubahan pada tata ruang rumah adat Siwaluh Jabu. Hal tersebut menjadi sangat penting dalam penelitian ini untuk pengembangan ilmu sejarah budaya dalam dunia pendidikan desain interior.
Paper is one kind of waste which are abundantly available. Although the use of writing or printing paper is significantly reduced since many writing activities have moved to digital means, however other paper products such as cardboards are significantly increasing. This is a result of the increase in online shopping activities where most of the goods are being delivered in cardboard packages. One of the craft topics for Level 7 of Junior High School from the Indonesian Ministry of Education and Culture includes the recycled paper or other paper products to be transformed into other functions. Hence, cardboard is very suitable to be used as a learning object. As cardboard also has a certain structure which consists of 3 layers of cardboard, the middle is corrugated paper, hence the students could learn to manipulate cardboard into an interesting product. As the workshop was being conducted online there were some techniques that had to be adjusted in terms of material delivery strategies and teaching methods. The workshop method conducted by a community service team consists of university lecturer and university students who gave a mini-workshop session for the 7-grade school students. The students were invited to employ their crafting skills using commonly available recycled cardboard material.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.