ABSTRAK. Bazar telah menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Tangerang Selatan, kegiatan ini makin marak berkembang dan dikunjungi masyarakat. Bazar memiliki jadwal hari rutin dengan tempat penyelenggaraan yang berpindah-pindah, antara lain di halaman rumah seseorang, ruang terbuka dalam komplek hunian, penggal jalan lingkungan, depan pertokoan. Uniknya, para pedagang tidak saling berebut area serta mampu melaksanakan kegiatan berdagangnya di lingkungan lokasi dagang berbeda-beda. Para pedagang ini kebanyakan merupakan pedagang kecil dan menjajakan barang dagangannya dengan cara membuat lapak. Penelitian ini bertujuan mengetahui bentuk adaptasi perilaku pedagang pada area dagangnya, sehingga memperkuat terbentuknya teritori ruang dagang bazar. Metode penelitian dilakukan secara deskriptif kualitatif, dengan pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Selanjutnya data diidentifikasi, dikategorikan dan diinterpretasikan untuk menemukankan faktor-faktor, serta keterkaitan antar faktor yang melatarbelakangi adaptasi perilaku hingga terwujudnya teritori ruang dagang bazar tersebut. Hasil penelitian menunjukkan perilaku pedagang; berjalan keliling, duduk di sela-sela barang dagang atau duduk di salah satu sisi tatanan barang yang dijualnya. Bentuk adaptasi tersebut dipengaruhi adanya fleksibilitas perilaku pedagang sebagai upaya adaptasi terhadap ruang dagang yang tersedia, dengan tetap mempertimbangkan kemampuan mengontrol, mengawasi dan berkomunikasi dengan pengunjung, sebagai upaya memperkuat terwujudnya teritori ruang dagang bazar di Tangerang Selatan. Kata kunci: Adaptasi, Pedagang Bazar, Perilaku, Teritori ABSTRACT. Bazaar has become the main interest for the people of South Tangerang. It is increasingly visited by the people, widespread, and also growing. The bazaar has a regular
Bandung sedari dulu dikenal dengan julukan Paris Van Java, memberikan citra tersendiri bagi masyarakat. Paris Van Java lahir dari suasana ruas Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika pada zaman Kolonial Belanda. Hingga saat ini pun kedua ruas tersebut merupakan citra kota yang paling kuat dalam slogan Paris Van Java. Kota Bandung sama halnya dengan kota lain di Indonesia, ikut membangun city branding. Pembangunan city branding di Kota Bandung dilakukan dengan banyak cara, salah satunya adalah pembangunan fisik. Pembangunan fisik dilakukan Pemerintah Kota Bandung salah satunya dengan merevitalisasi ruas-ruas jalan. Koridor Jalan Dago adalah salah satu jalan yang ikut direvitalisasi, yaitu dengan konsep trotoar lebar dan penggunaan prinsip panca trotoar bergaya vintage seperti di Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika. Adanya revitalisasi Jalan Dago memberikan citra baru pada koridor jalan ini. Oleh karena itu penelitian ini memiliki tujuan untuk mengungkap sejauh mana desain lansekap koridor Jalan Dago setelah revitalisasi dapat mendukung City Branding Kota Bandung, yaitu Paris Van Java. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, serta teknik pengambilan data menggunakan cara survey lapangan dan kuesioner. Hasil yang didapatkan adalah, revitalisasi koridor Jalan Dago memberikan image positif bagi citra kota dan dapat merepresentasikan Paris Van Java. Kata kunci: City Branding; Koridor jalan; Paris Van Java. Abstract_The City of Bandung known as the so-called Paris Van Java gives its own image to the local community. Paris Van Java was born of the atmosphere of Braga and Asia Afrika roads in the days of Dutch co lonialism. Until today, those roads are the most powerful city image of the Paris Van Java slogan. Bandung city as well as other cities in Indonesia builds city branding. Building city branding in Bandung City is done in many ways, one of them by physical development. Physical development by local government executed by the revitalization of road corridors. Dago corridor is one of the corridors that revitalized, namely by wider sidewalk concept and using the principle of panca protostar (five sidewalks) which is vintage as in Braga and Asia Afrika road. Dago corridor revitalization gives a new image to this corridor. Therefore this research has the purpose to uncover the extent of the landscape corridor design of Dago after revitalization can support city branding of Bandung City, which is Paris Van Java. The methodology used is descriptive quantitative, then data collection by site observation and questionnaire. The result is, the revitalization gives a positive image to the city and presents Paris Van Java.
Jalan layang Ciputat, tepatnya di Jalan H. Juanda Ciputat Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu jalur pintu gerbang memasuki Kota Tangerang Selatan. Keberadaan jalan ini sangat menguntungkan bagi masyarakat Kota Tangerang Selatan tidak hanya sebagai prasarana transportasi semata. Namun di sisi lain mampu menghadirkan adanya ruang kosong terbuka di bawah jalan layang. Seiring dengan berjalannya waktu, ruang kosong tersebut berfungsi sebagai ruang terbuka publik dengan berbagai ragam pemanfaatannya. Keragaman pemanfaatan tersebut sangat menarik untuk dikaji terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, secara deskriptif kualitatif, melalui pengamatan dan interview dikatagorikan dan didialogkan untuk menemukan strategi, faktor-faktor, serta keterkaitan antar faktor yang melatarbelakangi pemanfaatan ruang bawah jalan layang tersebut. Hasilnya didapatkan bahwa keragaman pemanfaatan ruang bawah jalan layang sebagai ruang terbuka publik lebih didasarkan pada faktor fisik (wujud, posisi, atribut ruang) dan faktor non fisik (pengelolaan, kompromi warga, komunitas, Pemkot).
Program studi arsitektur Institut Teknologi Indonesia berkolaborasi dengan SMKN 4Tangerang Selatan untuk melaksanakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)pada skema mengajar di satuan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktoryang berpengaruh terhadap efektivitas program MBKM pada skema mengajar di satuan pendidikan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode regresi linear berganda menggunakan alat bantu SPSS dengan variabel independen minat dan fasilitas serta variabel dependen efektivitas. Hasil uji f menunjukkan bahwa faktor minat siswa dan fasilitas pembelajaran secara bersama-sama mempengaruhi 60.4% efektivitas pelaksanaan MBKM. Berdasarkan hasil uji t, minat memiliki pengaruh sebesar 40,221% terhadap efektivitas pelaksanaan MBKM dan fasilitas memiliki pengaruh sebesar 20,2176% terhadap efektivitas pelaksanaan MBKM. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa skema asisten mengajar di satuan pendidikan ini memiliki pengaruh sebesar 60,4%, yang terdiri dari 40,2% minat siswa dan siswi SMKN 4 Tangerang Selatan terhadap kegiatan MBKM dan 20,2% fasilitas yang diberikan oleh mentor sebagai pengajar.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.