Profesi Bidan memiliki peminat yang cukup tinggi yang membuat jumlah bidan meningkat pesat, sementara lapangan pekerjaan terbatas sehingga banyak lulusan kebidanan tidak dapat terakomodir oleh lapangan pekerjaan sektor formal yang ada. Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah menciptakan lapangan kerja sendiri dimana pelakunya akan memiliki kebebasan mengaplikasikan ilmu dan keterampilan sesuai peluang yang ada sebagai pelaku wirausaha, dimana hal ini dapat didorong melalui pemberian pendidikan kewirausahaan untuk mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pendidikan kewirausahaan dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa DIII Kebidanan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang, jumlah responden sebanyak 113 orang. Data didapat melalui pengisian kuesioner tentang pendidikan kewirausahaan yang terdiri dari aspek konten materi, metode pembelajaran dan narasumber dan penilaian intensi berwirausaha dikembangkan berdasarkan Theory Of Planned Behavior . Hasil analisis memperlihatkan bahwa pendidikan kewirausahaan dengan intensi berwirausaha memiliki korelasi yang positif dan signifikan dengan r=0,470 dan nilai p <0,001. Dan berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pada aspek-aspek pendidikan kewirausahaan didapatkan hasil bahwa konten materi merupakan aspek yang paling dominan berhubungan dan signifikan dengan intensi berwirausaha dengan nilai Beta=0,465, dan nilai p <0,001. Penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan berhubungan dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa DIII kebidanan.
Masa remaja merupakan masa transisi dengan banyak masalah termasuk masalah seksualitas dan HIV/AIDS. WHO mencatat pada tahun 2017 terdapat 6.300 kasus baru infeksi HIV pada remaja di Indonesia. Remaja perlu mengetahui tentang seksualitas dengan pendekatan moralitas melalui peran seorang ibu dalam keluarga. Salah satu strategi edukasi untuk ibu adalah metode case-based learning, dimana peserta dapat lebih meningkatkan pemahamannya karena melalui proses diskusi dengan ilustrasi kasus yang menggali pendapat ibu dan analisis suatu situasi.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keefektifan metode case-based learning dalam meningkatkan sikap dan sikap ibu ibu tentang pendidikan seks remaja. Penelitian ini merupakan penelitian intervensi dengan Quasi-Experimental melalui pendekatan Non-Equivalent Group Design. Subyek penelitian berjumlah 60 orang yang dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok belajar dengan metode case-based dan kelompok dengan Kuliah Tanya Jawab. Analisis rerata pengetahuan ibu tentang pendidikan seks remaja sebelum dan sesudah intervensi diuji dengan uji dependen untuk kelompok case-based learning dan Wilcoxon untuk kelompok Q&A Lectures. Analisis rerata sikap ibu tentang pendidikan seks remaja sebelum dan sesudah intervensi diuji dengan Wilcoxon untuk kelompok case-based learning dan uji-t dependen untuk kelompok Q&A Lectures.Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode case based learning efektif dalam meningkatkan pengetahuan ibu, sedangkan metode ini belum efektif untuk mengubah sikap menjadi lebih baik meskipun nilai absolutnya sudah meningkat. Berdasarkan hasil penelitian ini, rekomendasi yang dapat disampaikan adalah metode case-based learning dapat digunakan sebagai metode pendidikan kesehatan di masyarakat.
<p align="center"><strong>DETERMINANTS OF DIABETES SELF-CARE ON PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES MELLITUS IN BANYUMAS REGENCY</strong></p><p align="center"><strong>Eva Rahayu, </strong><strong>Ridlwan Kamaluddin</strong><strong>, Eti Dwi Hapsari</strong></p><p align="center">Lecturer of Nursing Department, Jenderal Soedirman University</p><p align="center">“ummufawwaz.rahayu@gmail.comâ€</p><p align="center"> </p><p align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p>Penderita diabetes tipe 2 perlu menerapkan perawatan mandiri diabetes dalam rangka meminimalisir berbagai komplikasi dan penurunan kualitas hidup. Beberapa faktor diduga memiliki pengaruh terhadap penerapan perawatan mandiri<em> </em>diabetes oleh penderita diabetestipe 2 di Kabupaten Banyumas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor determinan yang berhubungan dengan penerapan perawatan mandiri<em> </em>diabetes tipe 2 di Wilayah Kabupaten Banyumas. Penelitian ini menggunakan desain <em>cross sectional</em>. Populasi adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 se-Kabupaten Banyumas. Metode penarikan sample dengan teknik <em>cluster sampling</em> dengan besar sampel 532 orang yang tersebar di 22 puskesmas se-Kabupaten Banyumas. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman dan Regresi Linier Ganda. Hasil penelitian menunjukkan nilai p pada masing–masing variabel yang dihubungkan dengan <em>perawatan mandiri</em> diabetes antara lain adalah jenis kelamin (p=0,043),usia (p=0,18), lama menderita diabetes (p= 0,11) pengetahuan (p=0,000), motivasi (=0,01), serta dukungan keluarga (p= 0,000). Sebesar 10,4 % variasi perawatan mandiri diabetes dapat dijelaskan oleh variabel pengetahuan dengan koefisien β = 0,32. Kesimpulan penelitian adalah ada hubungan antara jenis kelamin, pengetahuan, motivasi dan dukungan keluarga dengan perawatan mandiri diabetes. Variabel pengetahuan menjadi faktor yang paling dominan berhubungan dengan perawatan mandiri diabetes<em>.</em></p><p><strong>Kata kunci : </strong>determinan, diabetes melitus<em>, </em>perawatan mandiri<em> </em>diabetes</p><p align="center"><strong> </strong></p><p align="center"><strong> </strong></p><p align="center"><strong> </strong></p><p align="center"><strong>ABSTRACT</strong></p><p align="center"><strong> </strong></p><p>Patients with type 2 diabetes need to apply self-care in order to minimize various complications and decreasing quality of life. Several factors are assumed to have an effect on the application of diabetes self-care by patients with type 2 diabetes in Banyumas Regency. The purpose of this research was to determine the determinants related to the application of diabetes self care by patients withtype 2 diabetesin Banyumas Regency. This research used cross sectional design. Population was all patients with type 2 diabetes mellitus in Banyumas Regency. Sampling method was performed by cluster sampling technique with sample size of 532 patients spreading in 22 community health centers (Puskesmas) in Banyumas Regency. Data analysis used Spearman correlation test and Multiple Linear Regression. The result indicated that p value in each variable affecting diabetes self-care was gender (p=0,043), age (p=0.18), duration of diabetes (p= 0.11) , knowledge (p=0.000), motivation (=0.01), and family support (p= 0.000). 10.4 % variation in diabetes self-care can be explained by knowledge variable with the coefficient β = 0.32. It can be concluded that there was a relationship among gender, knowledge, motivation and family support on diabetes self-care. Knowledge variable was the most dominant factor related to diabetes self-care.</p><p><strong> </strong></p><br clear="ALL" /><p><strong>Keywords</strong><strong> : </strong>determinants, diabetes mellitus, diabetes self-care</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.