Pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim akhir tahun 2019 kemarin merupakan sebuah gebrakan yang akan menjadi era baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Mendikbud Nadiem Makarim menggagas sebuah konsep tentang “merdeka belajar†dan “guru penggerakâ€. Kedua konsep ini memiliki tujuan yang sama yaitu memberikan unit satuan pendidikan (sekolah, guru, dan murid) untuk memiliki kebebasaan dalam berinovasi, kebebasaan dalam belajar secara mandiri dan kreatif. Selama ini pendidikan di Indonesia dianggap membatasi ruang gerak kreatifitas dan inovasi para siswa dan guru dengan berbagai urusan birokrasi dan administratif. Salah satu aspek yang ditekankan dalam merdeka belajar adalah tentang penghapusan Ujian Nasional (UN). Tujuan dari merdeka belajar dan guru penggerak ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar dapat bersaing di era revolusi industry 4.0 dan persaingan global. Meskipun demikian, konsep ini belum dipahami oleh semua orang di instansi pendidikan. Konsep yang bagus ini perlu disosialisasikan ke seluruh Indonesia dan dalam pelaksanaannya perlu pendampingan. Program pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mensosialisasikan konsep merdeka belajar dan mendampingi para guru untuk mengembangkan kompetensi diri menjadi guru penggerak di daerahnya. Metode pelaksanaan berupa sosialisasi dan pelatihan dan pemberian materi tentang merdeka belajar dan guru penggerak dari Kemendikbud. Kegiatan pengabdian yang dilakukan berimplikasi pada diterimanya kebijakan nasional tersebut dan implementasinya dalam pembelajaran di sekolah.
Zingiberaceae is one of the natural resources used as a natural medicine by Colo Muria mountain villagers in Dawe District, Kudus Regency, Central Java. However, there is no particular study focusing on the use of the Zingiberaceae family in that area. This research aims to identify some species of the Zingiberaceae family utilized as a traditional medicine Colo Muria mountain villagers in Central Java. The data collection method is conducted by a semi-structured interview method, field observation, and documentation. The data was analyzed qualitatively. The result shows that there were 14 species utilized as traditional medicine by the Colo Gunung Muria villagers: Bangle (Zingiber purpureum Roxb), Ginger (Zingiber officinale), Red Ginger (Alpinia purpurata k. Schum.), Cardamom (Elettaria cardamomum (l.) Maton), Kencur (Kaempferia galanga L.), Kunci (Kaempferia pandurata Roxb.), Turmeric (Curcuma domestica Val.), Bitter Ginger (Zingiber zerumbet), Lengkuas (Alpinia galanga (L.) Swartz), Parahulu (Amomum aculeatum Roxb.), Temu Lawak (Curcuma xanthorhiza Roxb.), Temu Giring (Curcuma heyneana Val.), Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.), and Temu Putih (Curcuma zedoaria Berg.). The processing technique of the plants was in two ways: pounded and boiled. While the methods of use were by drinking (61%), rubbed (22%), direct consumption (9%), dripped (4%), and dicethik (squeezed and dripped 4%).
Mobile health (mH) adalah inovasi di sektor kesehatan digital dengan menyediakan dukungan dan intervensi perawatan kesehatan melalui teknologi seperti gawai, tablet, dan perangkat elektronik untuk mendukung perawatan medis. Mobile Health (mH) dijadikan sebagai informasi awal maupun second opinion untuk mengetahui penyebab sakit hingga penanganan medis yang diperlukan untuk meredakan simptom (gejala) yang yang dirasakan seseorang. Mahasiswa dipilih sebagai subjek penelitian ini dikarenakan mahasiswa rentan sakit dan keterikatan mahasiswa dengan teknologi khususnya gawai sehingga mahasiswa cenderung memanfaatkan mH karena mudah diakses dan dijangkau oleh mahasiswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa mengenai mH dan dampaknya pada perilaku kesehatan mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif untuk menjawab rumusan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa mengenai mH diperoleh dari sosialisasi media massa dan media sosial dalam bentuk iklan yang persuasif. Mahasiswa memanfaatkan mobile health (mH) seperti halodoc dan alodokter agar memperoleh informasi maupun konsultasi dengan dokter tentang gejala dan keluhan-keluhan sakit yang dialami seperti alergi dan asam lambung. Dengan adanya mobile health (mH) ini mahasiswa pengguna memiliki alternatif dalam pencarian kesehatan dan pengobatan.
This study focuses on knowledge of medicinal plants that are used as raw materials by the sellers of jamu gendong. In addition, this study explores the types of jamu that are produced from those medicinal plants. The qualitative method was applied in this research because it can reveal the phenomenon of informants' knowledge and experiences especially concerning on medicinal plants utilization in producing jamu gendong. The research was conducted in Wonolopo Village, Mijen, Semarang, in 2018. There were 20 jamu gendong sellers volunteered in this study. There are 26 species of medicinal plants and 16 plant families are usually used as raw material in making jamu gendong.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.