AbstrakPerkembangan teknologi komunikasi telah merambah kehidupan umat manusia. Salah satu bentuk perkembangan teknologi komunikasi adalah media baru (new media) yang kemudian melahirkan media sosial. Dunia politik juga tak lepas dari pengaruh perkembangan media baru dan media sosial. Media sosial ibarat dua sisi mata uang bagi para aktor politik. Di satu sisi keberhasilan memanfaatkan media sosial dapat memungkinkan aktor politik mendapatkan dukungan positif. Tapi di sisi lain kegagalan memanfaatkan media sosial berisiko merusak citra yang dia miliki.Tulisan ini membahas mengenai tantangan dan peluang dari media sosial terhadap para aktor politik. Pemaparan penggunaan media sosial dalam komunikasi politik menjadi bagian pertama dari tulisan ini. Bagian kedua membahas tentang tantangan yang dihadapi oleh para aktor politik di era 2.0 ini. Bagian ketiga memberikan tawaran peluang bagi aktor politik dalam pemanfaatan media sosial. Ada pun bagian keempat atau terakhir merupakan kesimpulan yang berisi apa yang sebaiknya dilakukan oleh para aktor politik untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan peluang yang ditawarkan oleh media sosial.
Persija Jakarta berulangkali mendapat sanksi dari PSSI berupa larangan bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) karena ulah suporternya, The Jakmania. The Jakmania melancarkan kampanye public relations #SaveGBK untuk menertibkan anggota dan memperbaiki citra. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh kampanye #SaveGBK dan identitas sosial pada sikap anggota Jakmania. Teori yang digunakan adalah Image Restoration Theory. Penelitian ini menggunakan metode campuran paralel konvergen, teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada anggota Jakmania dan melakukan wawancara dengan pimpinan suporter yang terlibat dalam kampanye. Populasi survei adalah anggota The Jakmania Depok, yang walaupun tidak tinggal di Jakarta, mendukung Persija sebagai klub sepak bola Jakarta dan berpartisipasi dalam kampanye. Penelitian ini menyimpulkan adanya keterkaitan kampanye public relations #Save GBK dengan sikap The Jakmania. Hal tersebut membuktikan bahwa program perbaikan dari dalam organisasi dan kepemimpinan yang mampu mengelola jaringan komunikasi dapat menertibkan para anggotanya. Meski mayoritas responden memiliki orang tua berasal dari suku Betawi, identitas sosial kesukuan tidak berpengaruh terhadap sikap responden. Substansi penelitian ini berupa usulan kebijakan pada The Jakmania agar membangun strategi pendekatan dengan media melalui tim khusus media relations guna memperbaiki citra dan promosi organisasi.
Penelitian ini berangkat dari perkembangan media digital yang juga berimbas kepada dukungan fans klub sepakbola. Media sosial Instagram juga berperan sebagai jembatan interaksi antara fans dengan klub sepakbola idolanya. Dengan melimpahnya atensi fans lewat Instagram, maka lahirlah beberapa akun Instagram yang bertemakan sepakbola. Hingga per 1 juli 2017, terdapat 45 akun intagram di Indonesia yang secara variatif menampilkan informasi mengenai klub sepakbola di Indonesia maupun luar negeri. Namun, dalam perjalannya masih terlihat adanya perselisihan antar fans dalam kolom komentar Instagram yang tertuang lewat perang kata-kata. Saat ini, tercipta pergeseran tren tawuran supporter yang biasanya terjadi dalam dunia nyata menjadi tawuran fans sepakbola dalam dunia maya. Menurut observasi peneliti, tren “tawuran virtual” fans ini selalu terjadi dalam setiap postingan yang mengandung informasi dua klub besar Eropa, yaitu Barcelona dan Real Madrid. Bibit perselisihan juga dapat dipacu oleh caption Instagram yang terkesan memihak maupun berbentuk sindiran. Melalui tinjauan metode Conversation Analysis dari kolom komentar dua akun Instagram terpopuler (@bola_gila) dan teraktif (@berita_sepakbola) yang bertemakan sepakbola, maka penelitian ini berhasil merumuskan elemen tawuran yang terdiri dari lima (5) tipe karakter fans sepakbola yang kerap muncul dalam proses tawuran virtual. Selain itu, penelitian ini juga menghasilkan temuan berupa delapan (8) jenis indikator pemicu terciptanya tawuran virtual, serta tiga (3) bentuk kekerasan yang sering terjadi selama tawuran.
Tujuan dari penelitian iniadalah mengkaji peran yang dijalankan oleh bidanyang mengadopsi teknologi baru bernama Tele-CTG untuk memonitorkesehatan ibu hamil dalam proses mendukung persalinan yang sehat untukmengurangi tingkat kematian ibu dan anak. Penelitian ini menggunakanpendekatan kualitatif dengan pengambilan data melalui wawancaramendalam padabidan yang bekerja di empat lokasi berbeda (Jakarta, Bekasi,Kupang, dan Indramayu) yang sudah menerapkan teknologi Tele-CTG selamasatu tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bidan mempunyailimaperanan sebagai agen perubahansosial: (1) Menjadi perantara pentingdalam menerjemahkan penggunaan serta sosialisasi manfaat Tele-CTGterhadap pasien, (2) Bidan memberikan informasi terbaru mengenaikesehatan anak dalam kandungan melalui pengenalan Tele-CTG yangterhubung langsung dengan dokter, (3) Menganalisis kebutuhan pasienterkait kemungkinan gangguan yang akan timbul pada bayi dalamkandungan melalui pengenalan Tele-CTG. (4) Menumbuhkankeberanianpasien untuk mengambil tindakan yang tepat terhadap anakdalam kandungan, dan(5) mengembangkan kepercayaan akan kebutuhanpasien melalui penggunaan teknologi baru
TeleCTG is a telemedicine-based medium technology that Indonesia makes. Nowadays, Cardiotocography has only been operated by an obstetrician/gynecologist (ob-gyn) at the hospital. The occurrence of TeleCTG at Puskesmas (the public health center) helps midwives send the diagnosis online to an ob-gyn for immediate response. This technology helps to equalize the quality of health services. The research purpose is to analyze the innovation diffusion process in using TeleCTG medical devices for participation and empowerment of midwives as the frontline of public health services in the Kupang. Diffusion of innovation is a persuasive process of spreading innovation through specific channels among the members of a social system. Using an exploratory sequential mixed-methods design, then this research explored qualitative data through in-depth interviews with four informants. Questionnaires were distributed to draw the generalizability of the findings at the population level. The population is midwives from 13 sub-districts using TeleCTG in Kupang and cluster sampling techniques. Path analysis is used to see the causal relationship among elements of innovation diffusion, midwives’ participation, and midwives’ empowerment. The results found that the diffusion of innovation encourages the participation of midwives, then the participation level increases empowerment. The diffusion of innovation does not directly influence the empowerment of midwives, but there is an indirect effect of the elements on the empowerment mediated by midwives’ participation. As the final discussion, the participation of midwives is the key to increasing the empowerment of Puskesmas midwives in Kupang.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.