Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap Muslim, sebagaimana Allah mengutus para Nabi dan Rasul-Nya untuk menyebarkan risalah dakwah ke seluruh penjuru bumi. Manusia diciptakan sebagai seorang khalifah atau pemimpin di muka bumi, dengan tujuan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya. Dakwah merupakan ajakan, seruan, panggilan bagi manusia kepada jalan Allah. Berbicara tentang dakwah, maka konteksnya tak hanya selalu menyampaikan dengan ceramah, atau penyampaian secara lisan, melainkan dapat dalam bentuk tulisan. Seiring berkembangnya zaman, maka berkembang juga media teknologi dan informasi. Dakwah pun harus senantiasa berkembang dalam menyampaikannya, salah satunya melalui media massa. Media memiliki kekuatan untuk menggiring opini publik, terutama umat Islam yang menjadi populasi terbesar di Indonesia. Pers sendiri sudah berkembang di Minangkabau pada permulaan abad ke-20 sebagai sebuah wadah informasi dari berbagai bidang, baik sosial, politik, ekonomi dan budaya yang saat itu begitu dinamis. Peluang besar ini pun turut diambil oleh tokoh perempuan pelopor pers Nasional Rohana Kuddus. Pergerakan Rohana Kuddus dalam kepenulisan khususnya jurnalistik sekaligus sebagai wartawan perempuan pertama di Indonesia begitu masif untuk menyuarakan hak-hak perempuan. Rohana Kuddus menjadikan penanya sebagai senjata melawan kedzoliman sekaligus bentuk pembelaan terhadap kaum perempuan yang masih sangat terbatas pada masa itu. Maka Rohana Kuddus menggunakan dakwah melalui tulisan yang diwujudkan dengan mendirikan surat kabar pertama yang dikelola langsung oleh perempuan sebagai wadah untuk menuangkan pemikiran-pemikiran, menyiratkan semangat berjuang, serta pesan-pesan dakwah istimewa bagi kaum perempuan. Rohana Kuddus bertekad untuk mendirikan surat kabar perempuan pertama di Indonesia bernama Soenting Melajoe dibantu oleh Datuk Sutan Maharadja yang terbit pada tahun 1912-1921.
<p class="15bIsiAbstractBInggris"><em>The Covid-19 pandemic has attacked the world since the beginning of 2020. The number of victims who have fallen is increasing, including in Indonesia. Seeing the increasingly fast and dangerous growth of the virus, the government urges to stay at home and not carry out daily activities as usual first, because avoiding associations and maintaining distance are one of the main ways to break the chain of the spread of Covid-19. However, limited access to activeness in various sectors is not the reason that the movement of the da'wah movement will stop, one of which is the preaching of the Al-Qur'an. The rapid development of technology, does not limit activities in the field, can still communicate, receive information via the internet, and various social media. So, the preaching of the Al-Qur'an can also be done using social media. There is no obstacle for a Muslim to memorize the Qur'an, so in the midst of a pandemic and busyness, Tahfidz online can become wasilah. Online Tahfidz is implemented by depositing memorization and muroja'ah via Whatsapp by sending voice notes, then it will be corrected by musyrifah who is the group admin. The method used in this research is qualitative by collecting data by observation, interviews, and questionnaires.</em></p><p class="16aJudulAbstrak"><strong>Abstrak</strong></p><p class="16bIsiAbstrak">Pandemi Covid-19 sudah menyerang dunia sejak awal tahun 2020. Angka korban yang berjatuhan semakin bertambah termasuk di Indonesia. Melihat pertumbuhan virus yang semakin cepat dan berbahaya, maka pemerintah menghimbau untuk tetap di rumah dan jangan melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti biasa dahulu, sebab menghindari perkumpulan dan menjaga jarak adalah salah satu cara utama memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Namun terbatasnya akses keaktifan diberbagai sektor tidak menjadi alasan roda pergerakan dakwah pun akan berhenti, salah satunya adalah dakwah Al-Qur’an. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, tidak membatasi aktifitas di lapangan, tetap bisa berkomunikasi, menerima informasi melalui internet, dan berbagai media sosial. Maka dakwah Al-Qur’an pun dapat dilakukan dengan media sosial. Tak ada halangan bagi seorang muslim untuk menghafal Al-Qur’an, maka ditengah pandemi dan kesibukan, Tahfidz online dapat menjadi wasilah. Tahfidz online dilaksanakan dengan menyetorkan hafalan dan muroja’ah melalui Whatsapp dengan mengirimkan <em>voice note</em>, kemudian akan dikoreksi oleh musyrifah yang menjadi admin grup. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pengumpulan data secara observasi, wawancara, dan kuisioner.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.