Penambangan batubara di Indonesia banyak menghasilkan limbah berupa abu batubara. Salah satunya ialah Batubara yang terdapat di Nagan Raya, memiliki kandungan silika (Si O2) lebih banyak daripada jenis lainnya. Berdasarkan literatur, penggunaan sulfur dalam campuran beraspal dapat meningkatkan stabilitas Marshall. Penelitian ini dilakukan untuk mendukung penelitian sebelumnya tentang filler dan untuk memperbaik mutu dalam campuran beraspal. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh abu batubara sebagai filler terhadap karakteristik dan indeks kekuatan sisa pada campuran aspal beton AC-WC. Penelitian ini menggunakan metode marshall dan indeks kekuatan sisa (IKS). Aspal yang digunakan penelitian ini merupakan aspal pertamina Pen 60/70 dengan penambahan limbah abu batubara pada variasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% sebagai filler. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pengambilan material lalu dilanjutkan dengan sifat-sifat fisis agregat sehingga dapat diketahui apakah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Pada penelitian ini banyak benda uji/sampel KAO sebanyak 25 buah benda uji. Dengan memperoleh kadar aspal 6,1 yang bakal dipakai pada 6 variasi dimana pervariasi 5 sampel benda uji. Untuk variasi yang menggunakan abu batubara yaitu sebanyak 30 buah benda uji satu diantara benda uji akan dilakukan indek kekuatan sisa (IKS). Jadi jumlah total benda uji yang dibuat yaitu sebanyak 55 benda uji. Hasi penelitian menunjukkan peggunaan abu batubara sebagai filler pada parameter marshall semuanya memenuhi spesifikasi begitu juga dengan indeks kekuatan sisa (IKS) dimana > 80 sehingga hasil nilai tertinggi pada IKS yaitu pada variasi 3% dengan nilai 102.50.
Traffic condition, as well as tropical climate condition in Indonesia, demands high care to produce water resistance based surface layer in the flexible pavement industry. Asphalt porous is one of various technologies that could become promising prospects in this regard. However porous asphalt features might result in lower ability of pavement to endure traffic load. Thus, this study tries to find solution to previously mentioned issue by adding natural fibers to porous asphalt mixture by measuring the permeability, binder drains down, and void in mixture. The natural fiber is known to have in own strength to endure tensile force, and among many natural fibers available, we choose two of the most abundant material in Indonesia, which are Arenga Pinnata fibers and Coconut fibers. The result in this study is the addition of Arenga Pinnata fibers, or Coconut fibers results in decrease of both permeability and binder drain down test value for 8% to 35% and 32% to 73% respectively while it increases the void in mixture.
This paper presents the results of a preliminary investigation on using Arenga pinnata fiber (APF) and coconut fiber (CCF) in porous asphalt (PA). The samples were prepared with various percentages of fibers (0%, 1%, 3%, and 5%) by weight of bitumen and evaluated. The laboratory tests included air abrasion loss and water abrasion loss. The results indicate that the addition of fibers provides a positive effect on the properties of PA. A certain amount of fibers as an additive appears to improve resistance to raveling and stripping. However, adding too much fiber would result in higher abrasion loss value and increase the air void.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.