Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kelayakan dan keefektifan media science comic berbasis PBL pada tema bunyi dan pendengaran. Jenis penelitian ini merupakan R and D (Research and Development). Hasil penilaian pakar terhadap science comic berbasis PBL memperoleh kriteria sangat layak dengan persentase penilaian pakar media sebesar 95,83%, pakar materi sebesar 95,37%, dan pakar bahasa sebesar 99,07%. Hasil belajar siswa meningkat dengan kategori sedang dengan nilai N-gain sebesar 0,62. Selain itu, kemampuan berpikir siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan berdasarkan perhitungan t test dengan nilai thitung> ttabel (22,4>1,68).This research gives countenance to curriculum 2013 with development science comic based PBL on sound and hearing. This research type is R and D (Research and Development). The validation result shows that science comic has very feasible as a learning media by score percentage from medium expert at 95.83%, material expert at 95.37%, and language expert at 99.07Students learning outcome increases in average category which showed from N-gain score at 0.62. In addition, students critical thinking skill increases significanly by score of tscore > ttabel (22.4>1.68).
Telah dilakukan penelitian pemanfaatan media VBL pada Software Tracker pada materi GLB melalui model Inquiri terbimbing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengarun terhadap pemahaman konsep fisika pada siswa SMA kelas XI. Metode yang digunakan adalah jenis Quasi Eksperimen dengan desain posttes only group desain. Data dianalisis secara kuantitaif menggunakan microsof excel® pada menu data analis dengan t-test Two-Sample Assuming Equal Variances atau uji-t kamparatif dua sampel independen. Hasil penelitian yang diperoleh dari posttest kelas ekperimen didapat nilai maximal 90,3 dengan persentase 83,3 % siswa dan nilai minimum 40 dengan persentase 16,7 % dari jumlah siswa perkelas 30 orang, adapun nilai rata-rata diperoleh 67,3.Adapun hasil uji hiposesis diperoleh t-hitung = 2,99414 sedangkan nilai t-tabel kritikal two-tail pada taraf signifikan 0,05 = 2,001717 sehingga dapat disimpulkan dari penelitian ini terdapat pengaruh media VBL (tracker) melui model inquiri terbimbing terhadap pemahaman konsep fisika siswa SMA kelas XI
Abstrak Keterampilan proses sains merupakan sejumlah keterampilan yang harus dikuasai dalam memahami berbagai fenomena sains. Keterampilan ini harus mulai dikembangkan sejak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat capaian keterampilan proses sains pada anak usia dini terutama untuk tiga sub keterampilan yaitu mengamati (observasi), mengklasifikasi (mengelompokkan), dan berkomunikasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa PAUD yang berada pada kelompok usia 4-5 tahun yang berasal dari 4 lembaga PAUD di wilayah kecamatan Rambipuji dengan jumlah 51 siswa. Data penelitian diperoleh dari data capaian siswa dalam Laporan Pencapaian Perkembangan Anak Didik (LPPA) atau raport semester I tahun ajaran 2019/2020. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa sebagaian besar siswa sudah menguasai keterampilan proses sains AUD. Hal ini ditunjukkan oleh persentase tertinggi masuk pada kategori Baik dengan capaian 56,26%, sementara untuk kategori Cukup mencapai 41,93% dan untuk kategori kurang hanya 1,81%. Untuk sub keterampilan mengamati sebanyak 58,04% siswa sudah menguasai dengan capaian kategori Baik sementara untuk kategori Cukup 40,00% dan untuk kategori Kurang hanya 1,96%. Untuk sub keterampilan mengklasifikasi sebanyak 67,97% siswa sudah menguasai dengan capaian kategori Baik sementara untuk kategori Cukup 30,72% dan untuk kategori kurang hanya 1,31%. Untuk sub keterampilan berkomunikasi, sebagaian besar siswa cukup menguasai keterampilan berkomunikasi. Hal ini ditunjukkan oleh persentase tertinggi masuk pada kategori Cukup dengan capaian 50,59 %, sementara untuk kategori Baik mencapai 47,45% dan untuk kategori kurang hanya 1,96 % Kata kunci: anak usia dini, keterampilan, proses sains Abstract Science process skills are a number of skills that must be mastered in understanding various scientific phenomena. This skill must begin to be developed from an early age. This study aims to determine the level of achievement of early childhood on science process skills, especially for the three sub-skills, namely observing (observing), classifying (grouping), and communicating. This research is a descriptive research. The subjects of this study were PAUD students in the 4-5 years age group who came from 4 PAUD institutions in the Rambipuji sub-district area with 51 students. The research data were obtained from student achievement data in the Student Achievement Development Report or report cards for the first semester of the 2019/2020 school year. Based on the analysis of the data that has been done, the results show that most students have mastered the AUD science process skills. This is indicated by the highest percentage in the Good category with an achievement of 56.26%, while for the Fair category it reaches 41.93% and for the less category only 1.81%. For sub-skills observing as much as 58.04% of students have mastered the achievements of the Good category while for the category of 40.00% and for the Less category only 1.96%. For sub-skills classifying as much as 67.97% of students have mastered the achievements of the Good category while for the Fair category is 30.72% and for the less category is only 1.31%. For sub-communication skills, most students are sufficient to master communication skills. This is indicated by the highest percentage in the Fair category with an achievement of 50.59%, while for the Good category it reaches 47.45% and for the less category only 1.96%. Key words: early childhood, science process, skills
Mathematic connection is part mathematic thinking competence meant as the interrelationship of mathematic concept internally. The study aimed to investigate the students’ profile of managed mathematic conection in SMK Pelayaran. The study was qualitative with test method. The subject of the study was ten class year student consisting of three persons having different mathematic connection competence in SMK Pelayaran. The result of the study that students having high managed mathematic connection competence had characteristics of: 1) Able to identify problem other to mathematic concept, 2) able to identify concepts mathematic, 3) able to apply mathematic outside of mathematic context, 4) Able to determine basic mathematic to solve the problems, 5) able to understand mathematic concept was interrelated. Students with managed mathematic concept competence had characteristics of: 1) able to identify in other to mathematic concept, 2) able to identify concepts in mathematics, 3) able to apply mathematic outside mathematics context, 4) Able determine mathematic concepts. Low competence of mathematic connection students had characteristics: 1) not able to identify in other to mathematic, 2) unable to identify concepts in mathematics, 3) less ability in applying mathematic outside mathematics context . 4) Unable determine mathematic concept.
Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics (STEAM) merupakan pembelajaran yang disiapkan bagi anak-anak untuk menghadapi abad 21 dimana anak dituntut untuk menguasai empat keterampilan utama (4K) yaitu kreativitas, berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi. Pembelajaran STEAM ini haruslah dimulai sejak dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana implementasi pelaksanaan STEAM dalam pembelajaran di jenjang PAUD di kabupaten Jember. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang mendeskripsikan keadaan yang akan diamati di lapangan dengan lebih spesifik, transparan, dan mendalam. Sumber data utama berasal dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang sudah dibuat oleh para guru di lembaga PAUD. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan persentase implementasi STEAM dalam pembelajaran PAUD sebesar 63%. Capaian implementasi STEAM ini masih sangat perlu untuk ditingkatkan agar bisa memberikan yang terbaik bagi anak-anak. Hal berikutnya yang menjadi perhatian berdasarkan data yang diperoleh adalah bahwa ternyata pelaksanaan STEAM ini masih terpisah-pisah, guru masih menganggap STEAM sebagai bidang-bidang yang terpisah seperti mata pelajaran dimana pembelajarannya berkaitan dengan teknologi dan eksperimen-eksperimen sains, padahal STEAM harus dilihat dalam satu kesatuan yang terintegrasi diantara bidang-bidang pendukungnya dalam rangka melatih anak untuk berpikir sistematis dan kritis dalam memecahkan masalah.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.