The intention of the present study is to know how students' performance on number sense based on the components of number sense and also the sub-components in it. The participants of the study are 80 six graders (12-13 year-old) from three different schools that represent the city, rural, and small town areas. The data were collected using the test. The data analysis showed that the elementary school students' performance on number sense was still weak on the component of understanding the meaning and concept of numbers. This could be seen in 23.53% respondent. The highest average was 49.75% in understanding the meaning and effect of operation. Nevertheless, the students' responses indicated that most of those were more dominated by the written algorithms in solving problems. This was also happened on the component of applying knowledge and number sense and operation in computational situation. The students found some difficulties in understanding the meaning and concept of numbers, especially on the domain of fraction and decimal. There were some obstacles the students had, such as misconception about the density of fraction and decimals, about the concept of the part of fraction, and some errors when doing the computation because they paid more attention to the rules and algorithms they understood.
Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam menghadapi tantangan abad ke-21. Dalam memecahkan suatu permasalahan matematika, setiap peserta didik memiliki respon yang berbeda dalam menyikapi kesulitan tersebut yang dinamai dengan Adversity Quotient (AQ). Adversity Quotient terbagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe climber, tipe camper, dan tipe quitter. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis matematis berdasarkan Adversity Quotient siswa kelas XI dalam menyelesaikan permasalahan materi barisan dan deret berdasarkan indikator berpikir kritis yang telah disusun. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 104 siswa. Instrumen pengumpulan data yang digunakan antara lain soal tes untuk melihat kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang telah disesuaikan dengan indikator berpikir kritis dan non tes berupa angket Adversity Quotient (AQ). Instrumen tes dan non tes diukur menggunakan Model Rasch dibantu oleh software Winstep dan SPSS versi 24.0. Berdasarkan hasil pengolahan data, sebagian besar peserta didik berada pada tipe campers. AQ memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa. AQ dan kemampuan berpikir kritis matematis memiliki korelasi/hubungan yang signifikan sehingga terdapat penjabaran mengenai tipe-tipe AQ.
Akibat pandemi Covid-19 pemerintah Indonesia mengalihkan kegiatan belajar mengajar tatap muka menjadi pembelajaran daring. Butuhnya adaptasi dari guru dan peserta didik, sehingga tidak menutup kemungkinan mendapati kesulitan dalam pelaksanaannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesulitan pembelajaran daring matematika peserta didik di masa pandemic Covid-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed method. Subjek penelitian ini adalah peserta didik dari 3 sekolah SMA sederajat di kota Bekasi yang berjumlah 236 peserta didik. Instrumen yang digunakan yaitu kuisioner kesulitan pembelajaran daring matematika dengan 22 pernyataan. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan aplikasi Winsteps. Hasil wawancara dengan peserta didik sebagai upaya mendeskripsikan mengenai kesulitan peserta didik. Hasil dari penelitian menunjukkan data bahwa indikator yang paling memicu kesulitan peserta didik adalah kendala teknis 0,15 logit, kesulitan proses pembelajaran -0,40 logit, dan kendala eksternal -0,41 logit. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu kesulitan yang paling memicu peserta didik adalah kendala teknis mengenai kuota data internet, kesulitan dalam memahami pembelajaran daring dan lebih tertarik belajar di kelas, serta kurangnya pemberian motivasi oleh guru pada saat pembelajaran daring.
Mathematics anxiety of high school students in learning mathematics in the network has a lot of influence on the ongoing learning until the results obtained. The influence of math anxiety has an effect ranging from understanding mathematical concepts to student learning outcomes. This study aims to determine the level of anxiety experienced by students in undergoing online learning and determine the bias between respondents and statements on the questionnaire. This research was conducted through a combined approach of quantitative and qualitative using a survey method. The subjects of this research are students with a range of secondary education who are undergoing online learning and totaling 225 students with 155 female students and 70 male students. Data was collected through the distribution of an instrument in a questionnaire regarding students' mathematics anxiety. Furthermore, the data obtained is measured through the Rasch model and processed with the help of the Winsteps application. After the data was obtained, interviews were conducted to determine the causes that support students' mathematical anxiety in the online learning system. In this study, the results obtained that anxiety tends to be high in the implementation of learning in the network. There are three categories: high anxiety 17.33%, moderate anxiety 73.78 %, and low anxiety 8.89%. This study also found various triggers for the presence of mathematical anxiety that can be used to understand the condition of students. Through DIF (Differential Item Functioning), some differences/biases can be used as references for further research.
Kemampuan pemecahan masalah ialah sebuah pilar yang siswa harus miliki untuk memecahkan permasalahan matematika dengan berbagai cara yakni memahami masalah, Menyusun rencana penyelesaian, menyelesaikan masalah dan memeriksa Kembali pada materi pecahan. Tujuan penelitian ini dilakukan agar melihat sampai dimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar. Penelitian ini tergolong kedalam penelitian kualitatif, dengan subjek penelitian yakni siswa kelas V SD dengan kemampuan yang berbeda-beda. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan menggunakan metode tes, observasi dan wawancara dengan instrument penelitian berupa tes uraian dan pedoman wawancara. Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif melalui tahapan mereduksi data, penyampaian data, dan menyimpulkan. Validitas data memakai Teknik triangulasi, yakni hasil tes uraian siswa dan wawancara ditriangulasikan dan dapat dideskripsikan tentang kemampuan penyelesaian masalah siswa dalam mengerjakan soal matematika pada materi pecahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 kategori kemampuan pemecahan masalah siswa, yakni kategori tinggi dengan persentase 16,67%, kategori sedang dengan persentase 26.67%, dan siswa dengan kategori rendah dengan persentase 56,67%. Sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam proses pemecahan masalah tergolong berbeda-beda, dan cenderung berada dalam kategori rendah.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.