LATAR BELAKANGIndonesia akan memasuki periode lansia (aging), dimana 10% penduduk akan berusia 60 tahun ke atas, di tahun 2020. Bertambahnya usia, penyakit tidak menular banyak muncul seperti hipertensi, stroke, dan diabetes melitus (DM). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gugun, asupan gizi atau mikronutrien antara lain asam folat, vitamin B6, dan B12 berpengaruh terhadap terjadinya resiko penyakit kardiovaskular dikarenakan asupan mikronutrien tersebut dapat menurunkan kadar homosistein yang berperan dalam pembentukan aterotrombosis. METODEPenelitian ini dilakukan menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan di Kelurahan Jelambar Baru RW 01 pada bulan September hingga Oktober 2018 dengan metode consecutive non random. Jumlah responden sebanyak 92 orang. Pengambilan data menggunakan data primer. Analisis data menggunakan uji Fisher dengan tingkat kemaknaan (p)<0.05. HASILTerdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara asupan vitamin B6, B9, dan B12 dengan risiko kardiovaskular pada lansia. Asupan vitamin B6 dengan kategori cukup mempunyai risiko rendah mengalami penyakit kardiovaskular dengan nilai kemaknaan (p=0.000), vitamin B9 asupan kategori kurang memiliki risiko sedang mengalami penyakit kardiovaskular (p=0.001), dan asupan vitamin B12 dengan asupan kategori kurang mempunyai risiko sedang mengalami risiko penyakit kardiovaskular (p=0.017). KESIMPULANDari hasil analisis data didapatkan hubungan antara asupan gizi vitamin B6, B9, dan B12 dengan risiko kardivaskular pada lansia, dimana asupan cukup vitamin B6, B9, dan B12 mengakibatkan risiko rendah untuk menderita penyakit kardiovaskular sedangkan asupan kurang dari vitamin B6, B9, dan B12 mengakibatkan risiko sedang dan tinggi untuk menderita penyakit kardiovaskular.
LATAR BELAKANGStunting adalah masalah gizi kronik yang sering terjadi pada anak usia 24-59 bulan dan akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Hasil Riskesdas 2018, terdapat 30.8% kejadian stunting di Indonesia. Salah satu faktor risiko stunting adalah vitamin A dan pengetahuan caregiver. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian kapsul vitamin A program pemerintah dan pengetahuan caregiver dengan stunting pada anak usia 24-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Grogol Kusuma Wijaya tahun 2019. METODEDesain Penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 123 anak yang didapat dengan cara consecutive non random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2019. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran tinggi badan anak dan wawancara kuesioner. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-square dan uji Fisher-exact. HASILProporsi anak stunting di Puskesmas Kecamatan Grogol Kusuma Wijaya mencapai 22%, kelengkapan vitamin A sebesar 92.7%, dan pengetahuan caregiver sebagian besar sedang yaitu 49,6%. Analisis uji statistik menunjukkan adanya hubungan bermakna antara vitamin A dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan (p=0.024). Dan menunjukan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan caregiver dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan (p=0.000). KESIMPULANPemberian kapsul vitamin A dan pengetahuan caregiver dalam penelitian ini berhubungan dengan terjadinya stunting.
The Sustainable Development Goals have prioritized ending the epidemic of tuberculosis by 2030.<sup>(1) </sup>Around one-third of the world population is infected with <em>Mycobacterium tuberculosis</em> (MTBC), but is asymptomatic, a conditon known as latent TB.According to the global tuberculosis report, in 2017 there were 5-15% of 1.7 billion persons infected with MTBC, who will develop TB in their lives. Around 10% of latent TB will develop into active TB disease, with a higher risk in patients with immunodeficiencies such as HIV, undernutrition, diabetes mellitus, smoking, and habitual alcohol consumption. As a result there are annually an estimated 8.8 million new TB cases, with a TB mortality of 1.1 million and deaths from TB and HIV coinfection of 350 thousand cases.The World Health Organization has planned a number of strategies for TB elimination in the year 2030, such as developing rapid and accurate diagnostic tests, new regimens for the treatment of drug-susceptible or drug-resistant TB, prevention of transmission of <em>M. tuberculosis</em> through infection control, new vaccine candidates to prevent the development of TB, and to help improve the outcomes of treatment for TB disease.
BACKGROUNDAtherosclerosis, the underlying cause of heart attack, stroke and peripheral disease, is a main cause of morbidity and mortality worldwide. Hypercholesterolemia and hypertriglyceridemia are independent factors in the development and progression of atherosclerosis. The atherosclerotic index (AI) is a strong indicator of cardiovascular heart disease. The objective of this study was to determine the relationship between lipid serum level and AI in subjects 50-70 years of age.
LATAR BELAKANG Pandemi COVID-19 telah mengganggu kehidupan sehari-hari orang di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri telah diberlakukan berbagai aturan demi mencegah penyebaran virus COVID-19 antara lain dengan diberlakukannya physical distancing dan lockdown untuk daerah dengan tingkat kejadian COVID-19 yang tinggi. Namun tanpa disadari diberlakukannya aturan tersebut dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental, salah satunya adalah stres. Berdasarkan 16 penelitian yang dilakukan di China, India, Spanyol, Itali dan Iran didapatkan prevalensi kejadian stress sebesar 53% dengan jumlah populasi gabungan sebanyak 113.285 individu. Adanya perubahan gaya hidup secara tiba-tiba (physical distancing dan lockdown) dapat menyebabkan penurunan aktivitas fisik dan mempengaruhi kualitas tidur yang dapat menyebabkan stres. Penelitian terkait aktivitas fisik dan kualitas tidur dengan stress masih memberikan hasil yang bervariasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara aktivitas fisik dan kualitas tidur dengan kejadian stres di masa pandemi COVID-19. METODE Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional dan guru sebagai subjek penelitiannya. Penilaian aktivitas fisik menggunakan International Physical Activity Questionnare Short Form, penilaian kualitas tidur Pittsburgh Sleep Quality Index dan penilaian stres menggunakan Perceived Stres Scale yang selanjutnya data di analisa dengan uji chi-square dan kolmogorov-smirnov dengan batas kemaknaan < 0,05. HASIL Analisis statistik antara aktivitas fisik dengan stress didapatkan p=1,0 dan antara kualitas tidur dengan stress didapatkan p=0,883). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, diketahui tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara aktivitas fisik dengan stress dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan stres di masa pandemi COVID-19. Kata Kunci: COVID-19, aktivitas fisik, kualitas tidur, stres
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.