ABSTRACT Indonesia is a country with large plant biodiversity with medicinal properties, such as “sukun” (Artocarpus altilis) or known as “breadfruit”. Breadfruit is a woody evergreen plant that has been used traditionally for various purposes, including medication. The fruit is rich in carbohydrates and fibers as a food source. The leaf and cortex are the most widely used for treating various diseases and other health benefits. This article aimed to present a comprehensive review on the potency of breadfruit from the perspective of ethnobotany, phytochemistry, pharmacology, and toxicology. The data in this narrative review was obtained from the scientific journals in the databases of Google Scholar, PubMed, Scopus, and ScienceDirect. Other credible sources, such as textbooks, student thesis, and patents were also used to support the main data. Based on the literature study, breadfruit has been used empirically in Indonesia as a medicinal herb. The scientific data of breadfruit showed antiinflammatory, antiplatelet, antioxidant, antiatherosclerosis, antihyperlipidemic, antimalaria, antidiabetic, cardioprotective, and anticancer activities. Breadfruit contains terpenoids, flavonoids, alkaloids, and phenolics as bioactive compounds. However, the unique compounds are geranylated and prenylated flavonoids such as cycloartenol, artonin V, and cyclomulberin. These compounds are distributed in the leaf, cortex, wood, and fruit. Limited data is available regarding the toxicology profile of breadfruit. Breadfruit leaves ethanol extract did not show any significant toxic effects in the animal experiments. However, the toxicity of the water extract is unclear, and thus, needs to be investigated to ensure its safety. Keywords: Artocarpus communis, bioactivity, chemical constituents, ethnopharmacology ABSTRAK Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keragaman tumbuhan berpotensi obat, diantaranya sukun (Artocarpus altilis). Sukun merupakan tanaman berkayu yang secara tradisional dimanfaatkan untuk berbagai keperluan termasuk pengobatan. Buah sukun mengandung karbohidrat dan serat sebagai sumber pangan. Daun dan batang sukun merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan dalam pengobatan dan kesehatan. Reviu artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara komprehensif potensi sukun dari sudut pandang etnobotani, fitokimia, farmakologi, dan toksikologi. Artikel narrative review ini ditulis berdasarkan data yang diperoleh dari kajian literatur hasil penelitian yang ada di basis data Google Scholar, PubMed, Scopus, dan ScienceDirect. Beberapa sumber pustaka lain seperti buku, naskah tugas akhir dan paten juga digunakan untuk memperkaya penulisan. Hasil kajian literatur sukun menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki riwayat empiris digunakan sebagai obat tradisional di Indonesia. Hasil penelitian ilmiah menunjukkan sukun memiliki aktivitas antiinflamasi, antiplatelet, antioksidan, antiatherosklerosis, antihiperlipi-demia, antimalaria, antidiabetes, kardioprotektif, dan antikanker. Sukun mengandung senyawa terpenoid, flavonoid, alkaloid, dan senyawa fenolik. Senyawa khas dari tumbuhan genus Artocarpus ini adalah flavonoid dengan gugus geranil atau prenil, misalnya sikloartenol, artonin V, dan siklomulberin. Senyawa tersebut tersebar dalam daun, kulit kayu, batang, dan buah. Data terkait profil toksikologi sukun masih terbatas. Ekstrak etanol daun sukun tidak menunjukkan efek toksik pada hewan uji. Namun, ekstrak airnya belum memiliki profil toksikologi yang jelas sehingga perlu dilakukan pengujian untuk memastikan keamanannya. Kata kunci: Artocarpus communis, bioaktivitas, kandungan kimia, etnofarmakologi
Bunga telang (Clitoria ternatea L.) adalah tanaman obat herba yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Bunga ini juga sering digunakan sebagai pewarna alami makanan. Bunga telang mengandung berbagai senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan, salah satunya adalah flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dengan metode ABTS serta kadar flavonoid total fraksi etil asetat dan air ekstrak etanol bunga telang. Serbuk simplisia bunga telang diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70% dan difraksinasi bertingkat secara partisi cair-cair dengan pelarut n-heksan, air dan etil asetat. Penetapan kadar flavonoid total menggunakan senyawa pembanding kuersetin dengan pereaksi AlCl3 pada panjang gelombang 430 nm. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode ABTS dengan pembanding trolox pada panjang gelombang 745 nm menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan fraksi air dan etil asetat ekstrak etanol bunga telang memiliki flavonoid total dengan kadar secara berurutan adalah 10,9±2,029 dan 47±3,026 mgQE/gram ekstrak. Fraksi air dan etil asetat ekstrak etanol bunga telang memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 33,42 dan 27,018 ppm yang termasuk dalam kategori antioksidan sangat kuat. Pembanding digunakan trolox dengan nilai IC50 17,11 ppm. Kata kunci: ABTS, Bunga Telang, Trolox, Fraksinasi
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.