Ruang Publik dalam sebuah produksi ruang di dalam kota menghasilkan berbagai disffungsi ruang salah satu nya adalah “Privatisasi”. Terbentuknya ruang publik yang berbasis Sosio Culture nyatanya mampu menjadi permasalahn yang perlu diselesaikan oleh pada aktor di dalam kota, yang dimaksud aktor disini adalah: masyarakat kota dengan multivariasi gender, status, kewenangan dan kepentingan yang tentunya berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran fenomen Privatisasi sebagai salah satu bentuk “after effect” dari sebuah produksi ruang publik kota yang telah diproduksi melalui proses gagasan, perencanaan dan perancangan, hingga aplikasi kedalam bentuk fisik ruang tersebut. Analisin Diskriptif digunakan untuk mendetailakan dan memberikan batas dan kejelasan bias Fenomena yang terpilih pada Studi kasus yang terpilih yaitu: ”Privatisasi dalam Taman Merbabu”. Dari penelitian ini dapat disimpulkan gejala privatisasi dapat dikendalikan dengan adanya pengendalian karakteristik fisik spasial ruang publik dan karakteruistik social pada ruang publik.
Sosio Culture dari masyarakat Sumbersari sangat tinggi terbukti dengan swadaya bedah Rumah bagi warga kurang mampu dan berberapa kegiatan masyarakat lainya seperti, gotong-royong dan acara kampung Heritage Tawangsari. Tujuan dari peneltian ini adalah melakukan kajian desain partisipasi ruang publik terkait konsep keberlanjutan. Penelitian ini merupakan studi ekplorasi secara kualtitatif dengan mengkaitkan tema terpilih dengan aspek sosial dari konsep keberlanjutan, dimana pada aplikasi desain partisipasi ruang publik di Kampung Tawangsari dinilai salah satu aplikasi konsep berkeanjutan yang memfokuskan dari aspek sosial.
Penelitian ini bertujuan mengkaji metode analisis tingkat makro pada perencanaan desa wisata yang berkualitas dan berkelanjutan (quality and sustainable tourism). Desa wisata yang berkualitas dan berkelanjutan diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi wilayah pedesaan, mempercepat transformasi pertumbuhan ekonomi pedesaan dibalut nuansa budaya pedesaan. Metode pengumpulan data berdasarkan kajian literatur tentang obyek sejenis (desa wisata) dan tema sejenis (analisis skala makro). Penelitian ini menggunakan analisis isi dan analisis induktif. Proses perencanaan dan perancangan desa wisata umumnya akan sangat baik jika melibatkan warga desa, perangkat desa, berasal dari partisipatori dari warga. Desain partisipatori warga yang dibalut nuansa budaya akan mengangkat momentum tradisi, budaya, dan eksotisme lingkungan pedesaan. Perancangan dan perencanaan berdasarkan partisipatori warga yang dibalut nuansa budaya akan menghasilkan kebaruan yang otentik (novelty). Ada aspek empat aspek yang berpengaruh dalam perencanaan desa wisata yang berkualitas dan berkelanjutan, yaitu: (1) aspek lingkungan/alam, (2) aspek ekonomi-sosial, (3) aspek ekonomi-budaya, dan (4) aspek lingkungan binaan (fisik/bangunan ).
Ruang publik merupakan ruang di dalam perencanaan kota yang selalu diperspektifkan sebagai ruang terencana secara fisik. Baik bentuk, tatanan spasial hingga kualitas karakteristik fisiknya selalu dinilai dan di anlisa secara fisik. Melalui artikel ini penulis mengajak pembaca untuk melihat ruang publik dalam perspektif yang berbeda, ruang publik tidak hanya dilihat secara karakteristik fisik dan visualnya saja, melainkan dari karakteristik non visual nya. Melalui pendekatan social spatial approach dan pendekatan disriptif kualitatif penulis memberikan gambaran perspektif ruang publik baru secara non visual dan non fisik yang diwujudkan dengan mendiskripsikan setting spasial dan sosial dari studi kasus yang dipilih yaitu: Taman Merjosari Malang. Gambaran ragam Privatisasi sebagai Heterotopia (the otherspace) dalam ruang publik Taman Merjosari merupakan salah satu bentuk perspektif pada ruang publik yang berbeda. Privatisasi yang terbentuk dari aktivitas-aktivitas pengguna ruang publik melakukan okupasi ruang dari bentuk publik kedalam privat melalui teritori mereka. Privatisasi ini dapat digolongkan kedalam 3 jenis yaitu: Informal, Formal dan semi Formal, ketiganya memiliki visual dan sifat yang berbeda-beda dan dinamis. Bentuk dan ragamnya yang dinamis inilah sebagai salah satu dinamika ruang publik di dalam kota yang dapat disebut sebagai salah satu bentuk heterotopia “the otherspace” pada ruang publik.
Ruang ketiga (Thirdsaoce) merupakan salah satu bentuk disfungsi spasialitas pada kota. Salah satunya ada pada ruang publik yang menjadi obyek studi kasus pada penelitian ini yaitu koridor Jl. Bandung Malang. Penelitian lanjutan ini berfokus pada bagaiamana dan oleh siapa terbentuknya ruang ketiga pada Studi Kasus terpilij. Yaitu dengan meng identifikasikan Urban Actors yang membentuk ruang ketiga (Thirdspace). Jenis Case Study research ini menggunakan metode pendekatan kualitiatif ekplanatori dan ekporatori fenomena deng metode pengumpulan data menggunakan pendekatan pengamatan terlibat dan mapping behaviour. Data yang terkumpul dari proses pengumpulan data di olah kedalam proses data display dan di analisa secara diskriptif. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Aktor yang paling dominan dalam terbentuknya ruang ketiga adalah jenis aktor Mayor Sosial Aktif.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.