COVID-19 adalah penyakit baru yang muncul kritis karena disebut sebagai penyakit coronavirus baru dan menambah beban penyakit secara global. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui literatur mengenai efektivitas berjemur pada pasien COVID-19. Analisis artikel penelitian dan teori keperawatan dilakukan untuk mensintesis konsep. Temuan tersebut mengungkapkan bahwa meskipun peran sinar matahari sebagai faktor pelindung untuk COVID-19 masih kontradiktif, namun, teori keperawatan dan berbagai penelitian terbaru baik tinjauan literatur maupun metode penelitian lainnya telah terbukti bahwa terpapar sinar matahari secara positif mempengaruhi pemulihan. dengan memanipulasi virus itu sendiri dan/atau dengan meningkatkan sistem kekebalan atau mekanisme penyembuhan tubuh lainnya. Oleh karena itu, disarankan bagi para praktisi perawat khususnya dalam setting klinis dapat mengikutsertakan berjemur dalam merawat pasien COVID-19. Namun, prosedur ini memerlukan dukungan kebijakan dari instansi kesehatan terkait, sehingga rekomendasi diberikan kepada pengelola rumah sakit, terutama bagi direktur keperawatan dan medis untuk memasukkan prosedur berjemur ini ke dalam Standar Operasional Prosedur dalam merawat pasien COVID-19. demikian. Untuk penelitian masa depan, pendekatan eksperimental atau studi kualitatif untuk menyelidiki lebih lanjut pengalaman hidup pasien yang dirawat dengan memasukkan prosedur berjemur dapat diambil.
Abstract The unemployment rate of nurses is increasing and there are still many who adhere to the traditional perspective of the nursing profession as employees. This global competitive era, as well as this pandemic, requires out-of-the-box nurses who dare to open nursing practices as entrepreneurs in overcoming the rising of unemployment. The study attempted to investigate entrepreneurial nurse model with Whittemore and Knafl's integrative review design, analyzing the quality of the articles with the Alberta Heritage Foundation's QualSyst tool. The search strategy is with the keywords "perawat wirausaha" and "nurse entrepreneur", written in English and Indonesian, with articles published in the last 10 years. The results of an integrative review of five eligible articles resulted in an entreprenurse model. The entreprenurse model shows that the factors that influence entrepreneurship or entrepreneurial tendencies were starting from the student level (course period - urgency to get a job) and creativity. Then, departing from that, the identification of opportunities is carried out to become entreprenurse, however, there are also perceived barriers felt by the entreprenurses. Recommendations to the Faculty of Nursing to invest by providing opportunities for students to practice entrepreneurship in college and for nurse entrepreneurs to share their lived experiences that can provide insight into the identification of opportunities and how to overcome obstacles in entrepreneurship in the field of nursing. Keywords: entreprenurse, model Abstrak Angka pengangguran perawat semakin meningkat dan masih banyak yang menganut perspektif tradisional dari profesi keperawatan sebagai pegawai. Era kompetitif global dan juga pandemik ini, memerlukan perawat out-of-the-box yang berani membuka praktik keperawatan sebagai wirausahawan dalam mengatasi bertambahnya angka pengangguran. Studi ini mencoba menginvestigasi tren perawat wirausaha dengan desain tinjauan integratif Whittemore dan Knafl, menganalisis kualitas artikel dengan QualSyst tool dari Alberta Heritage Foundation. Strategi pencarian adalah dengan kata kunci “nurse entrepreneur” dan “perawat wirausaha”, berbahasa Inggris dan Indonesia, dengan artikel yang dipublikasi 10 tahun terakhir. Hasil tinjauan integratif dari lima artikel eligible menghasilkan model entreprenurse. Model entreprenurse menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kecenderungan wirausaha atau kewirausahaan yaitu dimulai dengan tingkat mahasiswa (course period - urgensi mencari pekerjaan) dan kreativitas. Kemudian, berangkat dari itu, ada identifikasi peluang dilakukan untuk menjadi entreprenurse, tapi ada juga persepsi hambatan yang dirasakan oleh entreprenurse. Rekomendasi pada Fakultas keperawatan untuk dapat berinvestasi dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk praktek entrepreneurship di bangku kuliah dan kepada perawat wirausahawan untuk dapat berbagi pengalaman yang dapat memberikan wawasan mengenai identifikasi peluang dan cara mengatasi hambatan dalam kewirausahaan dalam bidang keperawatan. Kata Kunci: entreprenurse, model
Abstract Grit or persistence is an individual effort exerted to achieve a long-term effort with a sustainable spirit and to develop this grittiness, a growth mindset is needed by that individual in order to believe or appreciate these abilities. The purpose of this study was to determine the relationship between grit and mindset among nursing students at Universitas Klabat, using a correlative method and consecutive sampling technique, consented by 226 students. Data analysis employing percentage, frequency, mean, standard deviation, and Spearman’s Correlation test. It is found that the grit of the participants averaged in 3.43 (SD= 0.531) signifying that the students were “quite gritty”. While for mindset the students were at the “intermediate mindset” level (M= 2.460; SD=0.676). Moreover, Spearman’s correlation revealed p=0.002 (<0.01) and r=-0.201 indicating a negative weak correlation between grit and mindset, signifying that the more gritty the student, the more fixed their mindset. It is recommended to conduct similar research to other students or study program and that the information about grit and mindset could be passed along throughout Universitas Klabat or other schools, and that also experimental study is suggested in the area of grit and mindset. For the institution, it is recommended that grit and mindset seminars, training, or workshops could be conducted for the students that they may aware of their situation and improve to be better and eventually achieve a successful learning experience. Keywords: grit, mindset, nursing, students Abstrak Grit atau ketekunan adalah usaha seseorang untuk mencapai tujuan jangka panjang dengan semangat yang berkelanjutan, dan untuk mengembangkan grit diperlukan growth mindset agar seseorang percaya akan kemampuan diri dan menghargai kemampuan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara grit dan mindset pada mahasiswa Keperawatan Universitas Klabat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan teknik consecutive sampling diikuti oleh 226 mahasiswa yang setuju berpartisipasi. Analisa data menggunakan persentase, frekuensi, serta uji statistik Spearman’s Correlation menemukan rata-rata grit dari seluruh partisipan adalah M=3.43 (SD= 0.531) yang berarti partisipan berada pada skala “agak gritty”. Sedangkan rata-rata mindset dari partisipan berada pada nilai M= 2.460 (SD=0.676) yang berarti skala rata-rata “intermediate mindset” dan hasil uji Spearman’s correlation menunjukkan nilai p=0.002 (<0.01) dengan nilai r=-0.201 yang artinya ada hubungan negatif yang signifikan namun lemah antara grit dan mindset pada mahasiswa Keperawatan Universitas Klabat, yang artinya semakin gritty seorang mahasiswa, mereka berada pada mindset yang semakin fixed. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian dengan menambah jumlah sampel dan memperluas penelitian ke fakultas lain agar informasi mengenai grit dan mindset juga dapat disalurkan kepada semua mahasiswa di Universitas Klabat bahkan di Universitas dan sekolah lain, serta dapat melakukan penelitian eksperimental pada area grit dan mindset. Bagi institusi, kiranya dapat mempelajari grit dan mindset, serta memberikan seminar, training atau workshop mengenai hal ini, sehingga mahasiswa boleh aware mengenai keadaan mereka. Kata kunci: grit, mindset, mahasiswa, perawat
Tidur merupakan proses biologis yang penting untuk kehidupan dan kesehatan yang optimal. Tidur berhubungan erat dengan kesehatan mental. Kualitas tidur dan resiliensi secara teoritis dapat membagi dasar mekanisme saraf yang saling mempengaruhi. Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan resiliensi dan kualitas tidur pada mahasiswa profersi ners Universitas Klabat tahun ajaran 2019/2020. Metode Penelitian: merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Analisa data menggunakan uji spearman. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Kesiliensi yang diterjemahkan dari Nicholson McBride Resilience Questionnaire (NMRQ), dan kualitas Tidur adalah Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), yang diberikan kepada 60 responden. Hasil analisa: menunjukan bahwa dari 60 responden 27 (45%) responden memiliki resiliensi “luar biasa” dan 3 (5%) responden memiliki resiliensi “berkembang” sedangkan Kualitas Tidur 57 (95%) responden memiliki “Kualitas Tidur Buruk” dan 3 (5%) memiliki “Kualitas Tidur Baik”. Hasil uji statistik korelasi Spearman, ditemukan nilai r = -0.149 dan p = .255 (> .05). Dengan demikian tidak ada hubungan yang signifikan antara Resiliensi dan Kualitas Tidur pada mahasiswa Profesi Ners Universitas Klabat. Tahun Ajaran 2019/2020. Rekomendasi: bagi peneliti selanjutnya agar mengambil lebih banyak jumlah sampel dan mengobservasi perilaku resiliensi responden secara langsung dan tidak hanya bergantung pada kuesioner self-rated. Walaupun hasil penelitian tidak menunjukkan bahwa kualitas tidur memiliki hubungan yang signifikan dengan resiliensi, tetapi, tetap disarankan kepada mahasiswa profesi untuk menjaga kualitas tidur, bukan hanya karena ada alasan yang lain, tapi, bisa jadi resiliensi akan menurun setelah kualitas tidur buruk jangka panjang. Kata kunci : resiliensi, kualitas tidur, mahasiswa
Abstract Dysmenorrhea is still an unresolved public health problem that may negatively impact women's health, social relationships, school or work activities and psychological status. Managing dysmenorrhea can be done with self-care therapies or using complementary therapies to reduce pain with minimal side effects because of the natural ingredients. The purpose of this study was to determine the differences in types of complementary therapy with dysmenorrhea in students of the Faculty of Nursing at the Universitas Klabat. The study employing observational analytic research with a cross sectional approach. The sampling technique was accidental sampling and 223 female students approached to participate. The finding shown that majority of participants 103 (46.2%) experienced moderate pain dysmenorrhea. As for the type of complementary therapy used by female students, it was found that 6 female students (2.7%) used warm compress therapy, 4 female students (1.8%) used relaxation therapy, 2 participants (0.9%) used herbs, 68 (30.5%) used mineral water therapy, 2 (0.9%) did not do any therapy, 141 (63.2%) used combination therapy. Kruskal-Wallis statistical test showed that there was statistically significance difference between the types of complementary therapy and dysmenorrhea in nursing students at the Universitas Klabat with a p value of 0.003 (<.05). It is recommended for women that the usage of complementary therapies for the management of dysmenorrhea is applicable and for further research to research the most effective and efficient complementary therapies for dysmenorrhea. Keywords: complementary therapy, dysmenorrhea Abstrak Dismenore masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting yang dapat berdampak negatif pada kesehatan wanita, hubungan sosial, kegiatan sekolah atau pekerjaan dan status psikologis. Penanganan dismenore dapat dilakukan dengan perawatan mandiri atau menggunakan terapi komplementer untuk mengurangi rasa nyeri dengan efek samping minimal karena dari bahan alami. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan jenis terapi komplementer dengan dismenore pada mahasiswi Fakultas Keperawatan di Universitas Klabat. Metode penelitian. menggunakan jenis penelitian analitik observasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling dan 223 mahasiswi bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Distribusi frekuensi dismenore pada mahasiswi Fakultas Keperawatan di Universitas Klabat menunjukkan bahwa mayoritas mengalami nyeri sedang 103 (46,2%). Sedangkan untuk jenis terapi komplementer yang dipakai oleh mahasiswi didapati 6 mahasiswi (2,7%) menggunakan terapi kompres air hangat, 4 mahasiswi (1,8%) menggunakan terapi relaksasi, 2 mahasiswi (0,9%) menggunakan herbal, 68 mahasiswi (30,5%) menggunakan terapi minum air mineral, 2 mahasiswi (0,9%) tidak melakukan terapi apapun, 141 mahasiswi (63,2%) menggunakan terapi kombinasi. Uji statistik Kruskal-wallis menunjukkan bahwa ada perbedaan antara jenis terapi komplementer dengan dismenore pada mahasiswi Fakultas Keperawatan di Universitas Klabat dengan nilai p = 0.003 (<.05). Rekomendasi kepada para wanita dapat menggunakan terapi komplementer untuk penanganan dismenore dan untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti terapi komplementer yang paling efektif dan efisien untuk dismenore. Kata Kunci: dismenore, terapi komplementer
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.