Karet memiliki peran sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Beberapa kendala rendahnya produktivitas karet di Indonesia adalah kurangnya penerapan teknologi budidaya karet, gangguan cuaca, iklim dan hama penyakit. Penyakit jamur akar putih yang disebabkan patogen Rigidoporus microporus merupakan penyakit penting pada tanaman karet. Salah satu alternatif untuk pengendalian JAP adalah pemanfaatan jamur Trichoderma spp. Mekanisme pengendalian Trichoderma spp. terhadap jamur patogen tumbuhan yaitu dengan kompetisi terhadap tempat tumbuh dan nutrisi, antibiosis, dan parasitisme. Antibiosis mempunyai peran penting dalam proses pengendalian dan hampir selalu terkait dengan mekanisme lain yaitu kompetisi dan mikoparasitisme. Satu mekanisme penghambatan yang dimiliki Trichoderma spp. tidak dapat bekerja sendiri untuk menghasilkan penghambatan yang signifikan. Konsep pengendalian penyakit dengan agen hayati akan berhasil jika terdapat keseimbangan antara faktor suhu, pH, dan kelembaban yang optimum. Mekanisme antagonisme yang dimiliki oleh Trichoderma spp. berpotensi besar sebagai pengendali patogen tular tanah Rigidoporus microporus penyebab penyakit jamur akar putih.
Penyakit jamur akar putih yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman karet di Indonesia, baik di perkebunan besar maupun rakyat. Kerugian secara finansial akibat penyakit ini sangat tinggi terutama di perkebunan karet rakyat. Pengendalian yang disarankan untuk penyakit ini adalah dengan pengendalian terpadu yaitu integrasi beberapa teknik pengendalian seperti pembongkaran tunggul, tanaman penutup tanah kacangan, seleksi bahan tanam, tanaman antagonis, biofungisida serta fungisida kimia yang diaplikasikan secara bijak. Hasil pengendalian pada umumnya masih belum memuaskan karena beberapa kendala teknis maupun non-teknis. Salah satu kendala yang cukup mengganggu yaitu mahalnya biaya, terutama bagi pekebun karet rakyat. Sebagai salah satu unsur dalam pengendalian terpadu, pengendalian secara biologi merupakan metode yang berpotensi besar. Pengendalian biologi menggunakan Trichoderma sp. sudah digunakan secara luas dan terbukti efektivitasnya. Cara tersebut tidak hanya efektif sebagai upaya preventif, tetapi juga murah, mudah diaplikasikan, dan ramah terhadap lingkungan. Triko Combi merupakan biofungisida semi-komersial yang diformulasi Balai Penelitian Getas dan memiliki empat jenis bahan aktif, yaitu Trichoderma viride, Trichoderma koningii, Trichoderma harzianum dan satu strain lokal Trichoderma sp. Pada percobaan dengan infeksi buatan Rigidoporus microporus di pembibitan polibeg menunjukkan adanya penekanan intensitas penyakit oleh perlakuan kombinasi empat jenis Trichoderma spp. tersebut dibandingkan bibit tanpa perlakuan, maupun bibit dengan aplikasi fungisida kimia. Hasil yang signifikan juga diperoleh melalui pengujian penghambatan langsung miselium Rigidoporus microporus secara in-vitro di laboratorium.
Indonesia merupakan daerah yang dikelilingi oleh pegunungan berapi paling aktif di dunia, yang tersebar di berbagai pulau. Pada awal tahun 2014 yang lalu, Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur meletus sehingga menimbulkan kerusakan di sekitarnya, termasuk perkebunan Ngrangkah Pawon. Meskipun demikian, dalam jangka panjang material vulkanik sangat bermanfaat untuk perkebunan karena dapat menyuburkan tanah. Abu vulkanik merupakan mineral yang memiliki potensi sebagai pembenah tanah sekaligus berfungsi memperkaya tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari dan September 2014. Penelitian bertujuan mengindentifikasi dampak letusan Gunung Kelud, terhadap sifat kimia abu vulkanik dan tanah kebun Ngrangkah Pawon sekaligus menganalisis dampaknya terhadap kerusakan tanaman karet serta tindakan pemulihannya. Penelitian dilakukan dengan metode survey dengan mengambil contoh abu dan tanah serta pengamatan kondisi tanaman. Hasil analisis tanah dan abu menunjukkan kesuburan tanah cukup baik dicirikan pH tanah dan abu vulkanik berkisar 5-6 dan tergolong agak masam. pH tersebut merupakan pH optimum bagi pertumbuhan tanaman karet. Kandungan hara tanah terutama unsur makro P, dan K tergolong tinggi hingga sangat tinggi, sedangkan hara makro sekunder Ca dan Mg tergolong sedang hingga rendah. Hasil pengamatan kondisi visual tanaman karet enam bulan setelah letusan Gunung Kelud menunjukkan pemulihan tanaman cukup baik. Tindakan yang dilakukan untuk pemulihan tanaman yaitu pembukaan lapisan pasir di sekitar batang, pemberian bahan organik, pemberian mulsa, dan aplikasi pupuk anorganik. Kata kunci:
Kering Alur Sadap ( KAS) merupakan salah satu penyakit fisiologis pada tanaman karet. Gejala serangan penyakit ini umumnya ditandai dengan terhentinya aliran lateks dan mengeringnya bidang sadap. Penyebab pokok terjadinya KAS adalah adanya gangguan pada sistem pembuluh lateks dan kurangnya pasokan sukrosa yang berkelanjutan sehingga memicu terbentuknya senyawa-senyawa radikal tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan lutoid. Ketika lutoid pecah terjadi proses koagulasi lateks dalam pembuluh lateks. Koagulasi tersebut menjadi penyebab terbentuknya jaringan tilasoid, tersumbatnya pembuluh lateks, dan akhirnya lateks tidak dapat mengalir pada saat disadap. Peristiwa ini disebut sebagai kering alur sadap (KAS). Penyakit fisiologis ini juga dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jenis klon, penerapan sistem sadap dan tataguna panel, serta keseimbangan hara tanaman. Pemilihan klon yang sesuai, penerapan sistem sadap normatif sesuai tipologi klon, pemeliharaan tanaman yang lebih baik dan pengawasan dini adalah upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menangani KAS.
AbstrakTiap jenis tanaman menghendaki syarat iklim dan tanah tertentu bagi pertumbuhan optimalnya. Menyangkut hubungan tanah-tanaman, terdapat hubungan erat antara keserasian tanah dengan faktorfaktor curah hujan. Walaupun pengaruh curah hujan terhadap pertumbuhan tanaman amat bergantung pada penyebaran dan tipe tanahnya, curah hujan dan produksi tanaman mempunyai hubungan umum yang sangat kuat. Tanaman karet merupakan salah satu jenis tanaman hutan asli di lembah Amazon dengan ketinggian 200 m di atas permukaan laut (dpl) dan dekat dengan ekuator. Daerah ini memiliki karateristik suhu antara 24 sampai dengan o 28 C dengan curah hujan rerata 1500 -2500 mm/tahun. Selama ini penentuan kualitas lahan kaitannya dengan produksi tanaman karet masih bersifat kualitatif dengan berbagai macam versi. Penelitian mengenai hubungan antara potensi klon, tanah, dan iklim dengan produksi tanaman karet secara kuantitatif belum banyak dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui model potensi produksi karet klon tertentu pada wilayah dengan karateristik tanah dan iklim tertentu (spesifik wilayah). Asumsi yang digunakan untuk menentukan nilai optimal masing-masing adalah mengunakan persamaan regresi tipe kuadratik (regression quadratic model). Hasil penelitian menunjukkan hasil optimal untuk pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut yaitu 2640 mm curah hujan per tahun, 133 hari hujan pertahun, 3 bulan kering per tahun, 168 m dpl, 55% jumlah fraksi lempung, dan drainase kriteria ke-3 atau well drained. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan persamaan matematik dapat digunakan untuk menentukan potensi klon tertentu pada suatu wilayah dengan cepat dengan tingkat akurasi 79,19 %.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.