Pemberian pakan ikan pada sistem budidaya ikan umumnya masih dilakukan dengan caraditaburkan menggunakan tangan yang memyebabkan takaran pakan yang diberikan kurang tepat.Salah inovasi yang dilakukan adalah melalui rancang bangun alat pemberi pakan ikan otomatis.Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah melalui pendekatan perancangan. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa alat pemberi pakan ikan otomatis dilengkapi dengan alarm sebagaipetanda pakan ikan pada hopper akan habis. Hasil pengujian alat menunjukkan ketepatanpemberian pakan secara otomatis sebesar 95,90%, ketepatan penambahan jumlah pemberian pakansebesar 99,46% dan banyaknya pellet yang hancur kurang dari 1%.Kata kunci: budidaya, ikan nila, pemberi pakan otomatis, rancang bangun, model
Bangunan greenhouse digunakan untuk menciptakan kondisi optimal dalam kegiatan budidaya tanaman dengan lingkungan terkendali. Kondisi bangunan greenhouse harus dapat memenuhi persyaratan teknis struktur maupun syarat tumbuh optimal tanaman sehingga diperlukan analisis struktur dan fungsional untuk menentukan kelayakan bangunan dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian analisis struktur bangunan greenhouse menunjukkan bahwa tegangan tarik yang terjadi pada struktur atap, kuda-kuda, dinding tembok dan dinding plastik secara berurutan sebesar 1404 kg/m2, 571900 kg/m2, 1283 kg/m2, dan 2832 kg/m2. Tegangan lentur yang terjadi pada struktur gording sebesar 319100 kg/m2 dan pada kolom berkisar antara 1041000-42710000 kg/m2 serta lendutan yang terjadi pada kasau, gording, dan dinding relatif sangat kecil. Tegangan tekan pada pondasi akibat pembebanan keseluruhan bangunan mencapai 14392 kg/m2 yang mana daya dukung tanah dapat mencapai 20119 kg/m2 dengan begitu menunjukkan bangunan dalam kondisi yang layak terhadap pembebanan maupun evaluasi. Hasil analisis fungsional menjukkan bahwa suhu rata-rata di dalam bangunan mencapai 28 oC dengan kelembaban relatif sebesar 73% menunjukkan bahwa kondisi tersebut cukup memenuhi syarat optimal pertumbuhan tanaman tomat cherry pada fase vegetatif.Kata Kunci: analisis fungsional, analisis struktur, greenhouse, kelayakan
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang berasal dari minyak nabati. Kemiri sunan (Reutealis trisperma) merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai bahan baku biodiesel. Untuk mendapatkan mutu biodiesel yang optimal, perlu dilakukan peningkatan asam lemak ester yang relevan melalui proses destilasi fraksinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur destilasi fraksinasi terhadap mutu biodiesel, mengetahui fraksi biodiesel dengan rendemen dan mutu terbaik, serta mengetahui mutu biodiesel kemiri sunan. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan analisis deskriptif. Destilasi fraksinasi dilakukan dengan tiga perlakuan suhu yaitu A = 260-330°C; B = 330-348°C; dan C = 348-360°C. Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biodiesel terdestilasi pada perlakuan A dan B. Fraksi biodiesel terbaik apabila ditinjau dari kebutuhan mesin dan kebutuhan proses merupakan fraksi biodiesel hasil perlakuan A dengan perolehan nilai terbaik dari rendemen, viskositas kinematik, densitas, kadar air, bilangan asam, bilangan iod, titik nyala, serta angka setana secara berturut-turut adalah 16,08%; 2,69 mm2/s; 872,27 g/cm3; 0,22%; 0,27 mg KOH/g minyak; 17,83 g-I2/100 g minyak; 288,33°C; dan 71,50.Kata Kunci: Biodiesel, kemiri sunan, destilasi fraksinasi
Manik H, Yurmiaty H, Asmara IY, Handarto, Iskandar J, Partasasmita R. 2018. Wattled Brushturkey hunting system in the Sigim and Sinaitousi communities in the buffer zone of the Arfak Mountain Nature Reserve, West Papua, Indonesia. Biodiversitas 19: 849-856. Illegal hunting is still the cause of the decline of wildlife populations in nature. This is particularly the case with protected wildlife and endemic species, such as the Wattled Brushturkey in Palau West Papuan. Thus, research needs to be done on the hunting system at the site. The aim of this research was to know Wattled Brushturkey (Aepypodius arfakianus) hunting system by Sigim and Sinaitousi villagers, Arfak Mountains of West Papua. The research used descriptive method with field observation technique and semistructured interviews. The results showed that the main purpose of hunting Wattled Brushturkey conducted by the Sigim and Sinaitousi communities is to consume the meat, while a part of egg hunting is for sale. The hunting by the two villagers was generally done in groups. The frequency of hunting depends on needs and demand. Hunting is done using snares, dogs, and combinations of snares and dogs. The tools used are snares, machetes, air rifles, arrows nad bows. The modern tools such as gun have been used in both villages. The hunting of Wattled Brushturkey begins in the morning and continues until late afternoon. The location of hunting is usually primary forest, secondary forest of former garden and river basin.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.