Latar belakang: Gagal jantung kronik merupakan penyakit progresif lambat dengan morbiditas serta mortalitas yang tinggi; penggunaan obat-obatan seringkali tidak berhasil memperbaiki hasil keluaran. Enhanced external counterpulsation (EECP) bersifat non-invasive dan merupakan alternatif terapi dalam penanganan gagal jantung. Penelitian ini bertujuan menilai pengaruh EECP terhadap myeloperoksidase (MPO) sebagai penanda inflamasi, dan pada keluaran klinis. Metode: Penelitian ini menggunakan desain uji klinik terkontrol secara randomisasi terbuka terhadap 66 penderita gagal jantung kronik pada Januari-Desember 2012. Pasien dibagi dalam dua kelompok: kelompok yang menjalani terapi EECP (n = 33) dan yang tidak menjalani terapi (non-EECP) (n = 33). Pemeriksaan MPO dilakukan pada awal dan setelah 6 bulan pengamatan. Selain itu juga dinilai kejadian kardiovaskular. Uji t tidak berpasangan digunakan untuk membandingkan kadar MPO dan uji chi-kuadrat untuk analisis kejadian kardiovaskular.
AbstrakInsidens penyakit jantung koroner (PJK) telah mengalami kenaikan yang bermakna dari tahun ke tahun dan menunjukkan angkn kematian yang tinggi di Indoneisa. Salnh satu faktor isiko PJK yang penting adalah kadar lipid yang tidak normal atau dislipidemia, walaupun terdapat faktor risiko lain di negara-negara Barat. Data mengenai faktor risiko PJK di Indonesia sangat terbatas dan biasanya hanya terdapat di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profil risiko PJK pada pasien dislipidemia yang datang di praktek-praktek dokter di Indonesia. Penelitian ini merupakan survei potong-Iintang melalui dokter-dokter praktek di l3 kota yang biasa mengobati pasien dislipidemia. Mayoritas pasien dislipidemia dalam praktek adalah kelompok risiko tinggi untuk PJK. Umur, HDL-C rendah dan hipertensi adalah faktor-faktor risiko umum yang terbanyak. Prevalensi faktor-faktor risiko dan proporsi penderita dislipidemia yang masuk golongan risiko tinggi dalam penelitian ini sebanding dengan hasil penelitian L-TAP Amerika Seriknt. (Med J Inilones 2001; 10: 42'7)
AbstractThe incidence of coronary heart disease (CHD) has signifi.cantly increased and has been associated to the high mortality rate in Indonesia. One important CHD risk is the abnormal lipid profile or dyslipidemia, but there are other risk factors that has been associated with CHD in Western population. In Indonesia, data on CHD risk factors are very limited and ustnlly only availabLe as hospital-based data. The aim of this study is to analyze the CHD risk profile in the private clinical practice setting and to determine the factors affecting CHD in dystipidemic patients in Indonesia. This study is a cross-sectional survey which targeted physicians in 1 3 cities in Indonesia who regularly treat patients with dyslipidemia. The majority of dyslipidemic patients in clinical practice setting was the CHD high-risk group. Age, low HDL-C andhypertensionwere the most common riskfactors. The prevalence of the riskfactors and the proportion of dystipidemic patients which belongs to the high isk group were comparable to the resuh of US (L-TAP) study.(Med J Irulones 2001; 10: 42-7)
Kadar serum "high density lipoproten cholesterol".(HDL-C) yang rendah merupakan prediktor yang hut untuk terjadinya penyakit jantung koroner (ptX). poa" populasi laki-taki dalam penelitian Framingham diperkirakan terdapat I lVa orang diantaranya yang-mempinyai kadar HDL-C i"ndoh taio dan kira-kira 30Vo penderita dislipidemia mempunyai kadar HDL-C < 35 mg/dl ftipàalihalipoproteinemia), Di samping itu sampai saat ini masih terdapat ketidakpastian mengenai pengelolaan penderila tersebut. Di'Indànesia iekarang belum ada iata-epidemiologi mengenai prevalensi hipoalphalipoproteinemia dan dampak pengobatan dengan anti lipid pada kadai HDL-C pada sejumlah besar penderita. Kami telah melakukan survei di 13 kota di Indonesia untuk menilai prruoirnri hipoatphalipoproteinemia-diantara penderita dislipidemia dan menilai dampak pengobatan dengan anti lipid pada penderita terlebui rrtik'^"nropai kadar target HDL-C > 35 mg/dl atau lebih pada praktek dokter rutin. Sebanyak 1420 penderita 'dislipidemia (rata-rata usia 50 tahun, t"t i-t"t t 58%) telah diikut sertakan dalam surt,ei ini. Prevalensi keseluruhan hipialphalipoproteinemia dalam studi ini adalah 35.4Vo dan kekerapan tersebut berhubungan terbalik dengan tingkat isiko pendeita yàit")l.S% ioda penderita risiko rendah (penderita < 2 faktor risiko lain), 39.6Vo pada risiko tinggi (penderita 22 faktor risiko lain) 'dan 44.3Vo pada penderita PJK. Setelah piengobatan 12 minggu, prevalensi tersebut menurun menjadi I2Vo, 20Vo dan lSVo masingmasing podo k"Ià^pok risiko rendah, tinggi dan PJK. Besarnya perubahan kadar HDL-C mempunyai korelasi terbalik dengan kndnr HDL awal. perubahan terbesar (59Vù teiàapar pada kelompok HDL rendah (<25 ms/dl) dan perubahan terkecil (23Vo) terdapat pada kelompok HDL tertinggi (> 45 ms/dl). Hanya terdapat 46Vo dengan HDL-C < 35 mg/dl pads saat awal yang dapat mencapai kadar HDL-C sesuai target NCEP (> 35 m7/dt) setelah terapi 12 minggu. (Meil J Irulones 2001; I0: 98'102
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.