Background: The high deficiency of vitamin D were caused by low vitamin D intake which are limited amounts of vitamin D food sources, and sunlight exposure. Indoor workers were likely to be lower sunlight exposure, while outdoor workers were higher of sunlight exposure, but when someone often exposed sunlight used covering clothes and sun protector then the exposure was not enough to complete the needs of vitamin D. The purpose of this study was to compare intake of vitamin D and sunlight exposure between indoor and outdoor workers.Methods: The analytic descriptive study was held in Sayung Subdistrict with 60 sample aged 19-64 years were selected by using consecutive sampling. Vitamin D intakes was measured by SQ-FFQ and analyzed using nutrisurvey. Sunlight exposure were obtained by doing direct interview with questionnaire and sunlight exposure recall 3x24h. The data were analyzed by using descriptive tests and bivariate tests.Results: The indoor worker’s frequency of sunlight exposure was higher (p = 0.001), indoor worker’s body was more closed (p = 0.02), indoor worker’s habit of using sunlight protector was more often (p = 0.001), outdoor worker’s total duration of sunlight exposure was higher (p = 0.001), outdoor workers were more often to use polyester material textile (p= 0.07), and vitamin D intake was higher in outdoor workers than indoor workers (p = 0.79). Conclusion: Indoor workers were at higher risk of vitamin D deficiency due to low vitamin D intake and sunlight exposure because of often used covering clothes and sunlight protectors.
Latar Belakang: Mahasiswa tingkat akhir dapat mengalami stres disebabkan oleh beberapa faktor, seperti mengerjakan tugas akhir, hubungan pertemanan yang tidak baik, memenuhi kewajiban orang tua, dan meningkatkan softskill agar mempermudah dalam mencari pekerjaan. Stres dapat mempengaruhi perilaku makan sehingga akhirnya mempengaruhi status gizi.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres, perilaku makan, dan asupan zat gizi dengan status gizi pada mahasiswa tingkat akhirMetode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode consecutive sampling. Jumlah subjek sebanyak 46 mahasiswa Fakultas Teknik yang sedang mengerjakan skripsi. Data stres diukur menggunakan kuesioner Depression, Anxiety, and Stress Scale (DASS), data perilaku makan diukur menggunakan kuesioner Adult Eating Behaviour Questionnaire (AEBQ), data asupan energi, karbohidrat, lemak, dan protein diukur menggunakan kuesioner FFQ semi kuantitatif, dan data aktivitas fisik subjek diukur menggunakan kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Data dianalisis menggunakan uji Rank Spearman.Hasil: Ditemukan 15,2% subjek memiliki status gizi kurang dan 41,3% subjek memiliki status gizi lebih. Sebanyak 43,5% subjek mengalami stres, 54,3% mengalami perubahan perilaku makan,54,3% memiliki asupan energi kurang, 50% kekurangan asupan karobohidrat, 67,4% asupan proteinnya kurang, dan 43,5% memiliki aktivitas fisik kurang. Hubungan stres, perilaku emotional under eating, perilaku emotional over eating, dan aktivitas fisik dengan status gizi secara berturut-turut adalah (p= 0,214; 0,726; 0,100 dan 0,416). Sementara hubungan asupan energi, asupan karbohidrat, dan asupan protein dengan status gizi secara berurutan adalah (p= 0,008; 0,002 dan 0,003).Simpulan: Asupan energi, karbohidrat dan protein berhubungan dengan status gizi. Stres, perilaku makan dan asupan lemak tidak berhubungan signifikan dengan status gizi.
Latar Belakang: Ikan Teri (Stolephorus sp) merupakan pangan lokal di Kabupaten Tegal yang potensial dijadikan PMT-P untuk balita gizi kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh subtitusi tepung ikan teri terhadap kandungan gizi dan daya terima PMT-P Cookies Ikan Teri.Metode: Penelitian eksperimental rancangan acak lengkap satu faktor dengan variasi persentase subtitusi tepung ikan teri (n=4) dari F0= 0% (kontrol), F1= 10%, F2=15% dan F3=20%. Kadar protein diukur dengan menggunakan metode Micro-Kjedahl, karbohidrat dengan metode by difference, lemak dengan metode Soxhlet, energi melalui perhitungan, kadar air dengan metode gravimetri, kadar abu dengan metode pengabuan kering dan kadar kalsium serta besi diukur dengan menggunakan metode Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Daya terima menggunakan uji hedonik. Hasil: Rata-rata kandungan gizi per 100 gram PMT-P cookies ikan teri F0, F1,F2, dan F3 secara berturut-turut adalah energi sebesar 424±0,24; 421±0,97; 413±0,42; 422±0,40; protein sebesar 7,67±0,20; 9,48±0,03; 11,85±0,07; 12,77±0,08 g; lemak sebanyak 9,20±0,04; 10,35±0,18; 9,58±0,12; 10.47±0.11 g, karbohidrat sebesar 77,70±0,17; 72,59±0,16; 70,03±0,25; 69,17±0,17 g; kadar air sebanyak 3,75±0,03; 4,56±0,01; 4,66±0,03; 4,40±0,06 %; kadar abu sebesar 1,66±0,01; 3,01±0,03; 3,86±0,02; 3,18±0,02 %; besi 4,04±0,08; 4,51±0,06; 4,78±0,08; 5,32±0,14 mg; dan kalsium sebanyak 1419±3,02; 2600±1,98; 2880±1,98; 3133±2,29 mg. Semakin tinggi subtitusi tepung ikan teri semakin rendah daya terima warna, aroma, dan rasa cookies. Cookies yang mendekati standar permenkes dan daya terimanya baik yaitu F1 dengan subtitusi tepung ikan teri sebanyak 10%.Simpulan: Semakin meningkat subtitusi tepung ikan teri maka semakin meningkat protein, lemak, kadar air, kadar abu, besi, dan kalsium serta menurunnya karbohidrat juga daya terima warna, aroma, dan rasa cookies ikan teri.
Latar Belakang: Stunting merupakan gambaran dari status gizi yang kurang yang bersifat kronik. Banyak faktor yang mempengaruhi stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara riwayat inisiasi menyusu dini (IMD), riwayat ASI eksklusif, riwayat asupan energi, dan riwayat asupan protein dengan kejadian stunting pada usia 6 – 24 bulan di provinsi Jawa Tengah. Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan studi analitik observasional dengan pendekatan Cross-sectional. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder yang berasal dari survey Pemantauan Status Gizi (PSG) provinsi Jawa Tengah tahun 2017. Sejumlah 3.776 sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu berusia 6-24 bulan yang terdaftar pada data PSG provinsi Jawa Tengah tahun 2017. Data PSG meliputi data berat badan, panjang lahir, status gizi, riwayat ASI eksklusif, riwayat IMD, dan riwayat asupan zat gizi pada usia 6-24 bulan. Analisis statistik dengan univariat berupa distribusi frekuensi. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antar variabel. Uji regresi logistik untuk mengetahui besar risiko pada variabel bebas dengan kejadian stunting.Hasil: Prevalensi stunting usia 6-24 bulan di Jawa Tengah sejumlah 18,5%. Faktor kejadian stunting di provinsi Jawa Tengah adalah Asupan Energi (p=0,001 OR 1,495 95%CI : 1,178 – 1,897), dan riwayat ASI Eksklusif (p=0,006 OR 1,282 95%CI : 1,076 – 1,527). Simpulan: Riwayat ASI eksklusif dan riwayat asupan energi merupakan fakor kejadian stunting pada usia 6 -24 bulan di provinsi Jawa Tengah.
Background WHZ, WAZ and HAZ in preschool children.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.